Cara Bangkit dari Kesedihan Usai Keguguran

 
Ketika sedang dalam kondisi terpuruk, tidak ada salahnya untuk bercerita atau berkonsultasi dengan pemuka agama atau guru spiritual.

Bagi sebagian besar pasangan suami-istri di Indonesia, memiliki momongan adalah hal yang sangat didamba-dambakan. Kehadiran Si Kecil seolah akan menambah warna dalam rumah tangga. Namun, tidak sedikit pula yang harus menelan pil pahit karena keguguran saat masa kehamilan. Hal ini bisa menjadi masa yang sangat emosional, bahkan traumatis.

Terkhusus untuk Bunda, selaku pihak yang mengandung dan membawa janin Buah Hati dalam perutnya, hal ini bisa sangat menyakitkan. Bukan hanya sedih, tapi juga kecewa dan tak jarang merasa bersalah atau marah, karena tidak bisa menjaga Si Kecil. Apapun perasaan yang muncul, hal ini adalah wajar, sebab setiap orang memproses kesedihannya dengan cara yang berbeda.

Gary S. Berger, MD, Marc Goldstein, MD, dan Mark Fuerst dalam bukunya The Couple’s Guide to Fertility, menyebutkan ada beberapa tahapan kesedihan yang biasa dihadapi manusia. Meski demikian, tahapan kesedihan ini terjadi tidak selalu berurutan, bisa secara bersamaan atau bahkan kembali pada siklus awa. Adapun tahapan yang dimaksud adalah:

  1. Penolakan terhadap apa yang telah terjadi;
  2. Kemarahan terhadap diri sendiri dan orang lain;
  3. Tawar-menawar terutama dengan Tuhan, meminta agar yang diambilNya, Ia kembalikan;
  4. Depresi, ketika merasa lelah, bersalah, dihukum, hingga tidak dapat merasakan kesenangan;
  5. Penerimaan. Ini merupakan tahap terakhir, saat akhirnya mulai menyadari bahwa hidup harus terus berjalan.

Cara mengatasi rasa sedih dan kehilangan setelah keguguran

Biarkan diri mengekspresikan emosi
Ketika masa awal setelah keguguran, emosi dan perasaan yang muncul bisa beragam. Usahakan untuk tidak memendam perasaan yang muncul dan ungkapkan semuanya. Pahami bahwa ini merupakan hal yang wajar dan proses berduka. Ada beberapa cara untuk mengungkap emosi, salah satunya menangis dan mengatur napas, berolahraga, curhat, menulis atau journaling, atau berolahraga. Bunda juga jangan ragu untuk berkata tidak apabila berada di situasi yang membuat merasa tidak nyaman atau sedang ingin sendiri. Dengan mengomunikasikan emosi kepada lingkungan akan membuat lingkungan lebih paham dan suasana lebih baik.

Andalkan bantuan orang yang dicintai dan teman
Jangan ragu untuk bercerita atau mengandalkan orang-orang terdekat, yang dicintai dan dipercaya, tentang apapun yang dirasakan. Hal ini dapat membantu merasa lebih tenang dan rileks. Pilih orang yang dirasa bisa memberikan dukungan sesuai porsinya. Tidak hanya itu, bila dalam kondisi berduka atau sedih, biasanya akan susah untuk melakukan tugas sehari-hari. Jangan ragu atau sungkan untuk meminta bantuan, baik untuk pekerjaan rumah atau keluarga. Hal ini setidaknya akan meringankan beban bagi Bunda.

Cari kelompok pendukung
Keguguran bukanlah suatu fenomena langka. Karena itu, Bunda bisa mencari teman, komunitas atau kelompok yang pernah mengalaminya sebagai teman untuk berbagi rasa dan bercerita. Cara ini dapat membantu Bunda agar lebih terhubung dan relevan, karena bertemu dengan orang lain tang mengalami kejadian serupa dan sama persis.

Temui bantuan profesional
Ketika sedang dalam kondisi terpuruk, tidak ada salahnya untuk bercerita atau berkonsultasi dengan pemuka agama atau guru spiritual. Menghadiri acara keagamaan juga bisa membantu agar lebih dekat dengan Tuhan dan berdoa agar diberi ketabahan, maupun kelapangan hati.Selain itu, seorang tenaga profesional seperti konselor duka juga bisa menjadi pertimbangan, untuk membantu mengatasi keguguran dan pulih dengan lebih efektif. Konseling ini bisa dilakukan sendiri ataupun bersama pasangan.

Untuk diingat, tidak ada cara instan yang mampu meringankan kesedihan setelah berduka akibat keguguran. Meski begitu, beberapa cara di atas secara bertahap dapat membantu menyembuhkan luka yang ada. Bunda juga bisa memilih untuk tidak mendengar komentar-komentar bernada negatif, agar tidak semakin larut dalam kesedihan dan duka.

Menurut Ingrid Kohn, Perry-Lynn Moffitt, and Isabelle A. Wilkins dalam bukunya berjudul A Silent Sorrow, Pregnancy Loss: Guidance and Support for You and Your Family, disebutkan bahwa tidak perlu menyesali kesedihan karena khawatir akan menularkan kesedihan kepada orang di sekitar. Rasa sedih adalah respons yang normal atas kehilangan yang dihadapi, sehingga tidak perlu menyalahkan diri sendiri atau meminta maaf kepada siapa pun atas perasaan tersebut.

Sumber:
https://www.orami.co.id/magazine/langkah-meringankan-kesedihan-setelah-keguguran-seiring-waktu
https://www.halodoc.com/artikel/cara-bangkit-dari-kesedihan-setelah-mengalami-keguguran

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.