
Ketika mendengar kata “sekolah”, yang terbayang biasanya adalah ruang kelas, papan tulis, dan deretan meja-kursi. Padahal, sebelum anak mengenal guru dan teman-teman di sekolah, ada “sekolah” yang jauh lebih dekat: rumah sendiri. Di sinilah pelajaran pertama tentang hidup dimulai, dan orang tua adalah guru terbaik yang memimpin prosesnya.
Mengapa rumah disebut sekolah pertama? Karena sejak bayi, anak belajar segalanya, mulai dari interaksi sehari-hari, seperti cara berbicara, meniru perilaku, mengenal emosi, hingga menilai benar dan salah. Menurut banyak pakar parenting, fondasi karakter anak sangat dipengaruhi oleh pengalaman awal di rumah. Maka, peran Ayah dan Bunda tak hanya sebagai pengasuh, tapi juga pendidik utama.
Ayah dan Bunda Bisa Memulai dengan Langkah-Langkah Ini
- Jadilah Teladan yang Konsisten
Anak adalah peniru ulung. Mereka menyerap kebiasaan orang tua, mulai dari cara berbicara, mengelola emosi, hingga kebiasaan sederhana, seperti membereskan mainan. Itulah sebabnya, menjadi teladan yang konsisten melalui perbuatan jauh lebih efektif daripada hanya sekadar kata-kata.
- Jika Ayah dan Bunda ingin anak disiplin, tunjukkan lewat rutinitas harian: menepati janji, merapikan barang, dan menghargai waktu.
- Saat menghadapi masalah, tunjukkan cara menenangkan diri, bukan marah-marah. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa emosi bisa dikelola dengan sehat.
- Ciptakan Lingkungan Belajar yang Menyenangkan
Belajar di rumah tak harus seperti sekolah formal. Jadikan aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan belajar, misalnya:
- Masak bersama bisa jadi pelajaran “matematika” (mengukur bahan), “sains” (melihat adonan mengembang), dan “seni” (menata makanan).
- Berkebun mengajarkan kesabaran, siklus hidup tanaman, sekaligus menumbuhkan rasa cinta pada alam.
- Bermain peran membantu anak mengasah imajinasi dan kemampuan komunikasi.
Lingkungan yang mendukung rasa ingin tahu akan membuat si Kecil antusias mengeksplorasi pengetahuan baru.
- Komunikasi Hangat dan Terbuka
Menjadi guru terbaik bukan berarti selalu punya jawaban. Yang terpenting adalah mendengarkan dan memberi ruang bagi anak untuk bertanya.
- Sediakan waktu ngobrol santai setiap hari, misalnya sebelum tidur.
- Tanggapi pertanyaan anak dengan sabar, bahkan ketika pertanyaannya sederhana atau diulang-ulang.
- Tunjukkan rasa hormat pada pendapat mereka agar anak merasa dihargai dan berani mengekspresikan diri.
Dengan komunikasi yang baik, anak belajar bahwa pendapatnya penting dan dipercaya.
- Tanamkan Nilai-Nilai Kehidupan
Sekolah formal mungkin mengajarkan matematika dan sains, tetapi nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan integritas berakar dari rumah.
- Empati: Ajak anak peka terhadap perasaan orang lain, misalnya dengan menolong teman atau merawat hewan peliharaan.
- Tanggung jawab: Libatkan anak dalam tugas rumah sesuai usia, seperti membereskan mainan atau membantu menyiapkan meja makan.
- Kejujuran: Hargai kejujuran meski anak mengaku melakukan kesalahan.
Nilai-nilai ini akan menjadi bekal penting ketika anak bersosialisasi di luar rumah.
- Gunakan Teknologi dengan Bijak
Di era digital, gawai bisa jadi sarana belajar yang menarik, selama penggunaannya terarah.
- Pilih konten edukatif, seperti video eksperimen sains atau cerita interaktif.
- Batasi waktu layar sesuai usia agar anak tetap aktif bergerak dan berinteraksi secara nyata.
- Dampingi anak saat menonton atau bermain aplikasi untuk membantu mereka memahami dan menilai informasi.
Teknologi yang dikelola dengan baik akan mendukung pembelajaran, bukan menggantikannya.
- Rayakan Proses, Bukan Hanya Hasil
Memberi pujian hanya pada nilai atau prestasi bisa membuat anak merasa dicintai karena pencapaiannya saja. Sebaliknya, mengapresiasi setiap proses si Kecil akan menumbuhkan rasa percaya diri.
- Ucapkan, “Hebat, kamu sudah berusaha keras!” atau “Bunda bangga kamu sabar menyusun puzzle tadi.”
- Dengan fokus pada usaha, si Kecil belajar bahwa kegigihan lebih penting daripada kesempurnaan.
- Jaga Keseimbangan Peran
Menjadi “guru” bukan berarti orang tua harus selalu serius. Anak juga butuh orang tua yang hangat dan penuh kasih.
Sisihkan waktu bermain bersama tanpa distraksi.
- Tertawalah bersama, bercanda, dan tunjukkan bahwa belajar bisa menyenangkan.
- Hubungan emosional yang hangat membuat anak merasa aman dan siap menyerap pelajaran apa pun.
Rumah adalah Sekolah Pertama bagi Anak
Sekolah formal tentu penting, tetapi rumah adalah tempat nilai-nilai dasar kehidupan terbentuk. Ketika Ayah dan Bunda hadir sebagai guru terbaik dengan memberi teladan, menciptakan lingkungan belajar yang kaya, dan menanamkan nilai, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan berkarakter.
Tak perlu menunggu momen khusus. Setiap obrolan di meja makan, setiap cerita sebelum tidur, setiap tawa dan pelukan adalah pelajaran berharga. Ingatlah, guru terbaik bukan yang tahu semua jawaban, tapi yang mau belajar bersama anaknya. Rumah yang penuh kasih dan kebijaksanaan akan menjadi sekolah pertama yang tak tergantikan.
Referensi:
https://www.halodoc.com/artikel/ini-5-cara-menjadi-guru-terbaik-untuk-anak-sendiri?