Ayah Jadi Pahlawan untuk Cegah Stunting, Ini Caranya!

 
Peran Ayah dalam mencegah stunting bukan sekadar membantu secara fisik atau finansial, tapi juga aktif dalam hal gizi, stimulasi, kebersihan, dan pola asuh

Stunting atau gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berkepanjangan, dan kebersihan lingkungan, masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Di dalam Buletin Stunting yang diterbitkan oleh Kemenkes, stunting dikenal juga dengan istilah balita pendek dan umumnya terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya serta perkembangan otaknya terhambat. Upaya penurunan angka stunting seringnya ditekankan kepada ibu dan anak balita. Namun, sejatinya peran Ayah tidak kalah penting lho dalam mencegah stunting melalui dukungan gizi, pengasuhan, dan lingkungan keluarga.

Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!

Mengapa Ayah Harus Terlibat dalam Pencegahan Stunting?

  • Peran Ayah Sejak Masa Kehamilan

Peran Ayah dalam pencegahan stunting bahkan sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan, antara lain mendampingi Bunda dalam proses kehamilan, mendukung asupan nutrisi dan kesehatan Bunda, serta menciptakan suasana kondusif agar Bunda dapat menjalani kehamilan dengan baik.

Dengan keterlibatan sejak awal, Ayah dapat membantu memastikan fondasi pertumbuhan anak sejak dalam kandungan jadi lebih sehat dan kuat.

  • Ayah dan Stimulasi Emosional, Sosial, Kognitif

Stunting bukan hanya soal tinggi badan ya, Ayah dan Bunda. Dampaknya juga menyentuh perkembangan otak, kemampuan belajar, dan karakter anak. Menurut penelitian, anak yang diasuh secara langsung oleh kedua orang tua cenderung memiliki nilai IQ yang lebih baik karena stimulasi dari interaksi antara anak dan orang tua.

Kehadiran Ayah, melalui pelukan, menggendong bayi, tatapan kasih sayang, memberi rasa aman dan kenyamanan pada bayi. Ini turut mendorong perkembangan emosional dan sosial anak.

Langkah Nyata yang Bisa Dilakukan Ayah dalam Mencegah Stunting

  • Mendampingi Istri selama Kehamilan dan Pasca Persalinan

Ayah dapat menemani istri untuk memeriksakan kehamilan di dokter atau bidan secara rutin. Selain itu, pastikan istri mendapatkan asupan makanan seimbang selama hamil, serta dukungan fisik dan emosional. Setelah melahirkan, Ayah dapat mengingatkan Bunda agar membawa bayi ke posyandu, memantau pertumbuhan (berat dan tinggi badan), dan menjaga kesehatan si Kecil.

  • Terlibat dalam Menyusun Menu Gizi Keluarga

Ayah dan Bunda dapat bersama-sama menentukan menu keluarga yang seimbang. Orang tua perlu memahami porsi dan jenis makanan, mulai dari nasi, lauk, sayur, dan buah, karena setiap bagian memberi manfaat berbeda.

Konsep “Isi Piringku” bisa menjadi acuan: satu piring makan idealnya terdiri dari separuh sayur dan buah, separuh karbohidrat + protein.

  • Memberi Edukasi Makan Sejak Dini

Ayah bisa menjelaskan kepada si Kecil (bahkan sejak ia mulai makan sendiri) tentang manfaat makanan, mengapa kita makan sayur, lauk, buah. Saat makan bersama di meja makan, orang tua bisa membangun suasana yang edukatif tapi menyenangkan.

Dengan cara ini, anak akan belajar tentang nilai-nilai gizi dan kebiasaan makan sehat sejak awal.

  • Menjaga Kebersihan Lingkungan Keluarga

Ayah dan Bunda perlu memahami pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan agar anak terlindung dari penyakit. Ayah dapat berperan dalam menjaga kebersihan ruang makan, kamar anak, toilet, pekarangan, dan semua bagian lingkungan yang berdampak pada kesehatan anak.

  • Menjadi Teladan dan Panutan

Ayah bukan hanya pemberi gizi, tapi juga figur teladan. Kebiasaan Ayah, seperti mencuci tangan sebelum makan, memilih makanan sehat, atau olahraga ringan, akan menjadi teladan yang baik bagi anak di masa kecilnya.

Selain itu, peran Ayah sebagai pendamping dan pelindung keluarga turut membentuk karakter tanggung jawab, kesederhanaan, dan kepedulian dalam diri anak.

Tantangan yang Dihadapi dan Cara Mengatasinya

Tentunya, tidak semua Ayah otomatis bisa menjalankan semua langkah di atas secara sempurna. Berikut beberapa tantangan dan solusinya:

  • Tantangan: Waktu terbatas karena kerja.
    Solusi: Sisihkan waktu (misalnya 10–15 menit sebelum tidur) untuk aktivitas bersama anak atau diskusi tentang menu makanan yang si Kecil suka.
  • Tantangan: Kurangnya pengetahuan tentang gizi.
    Solusi: Belajar dari sumber terpercaya atau terlibat dalam komunitas tentang parenting.
  • Tantangan: Jarak lokasi kerja/rumah terpisah.
    Solusi: Manfaatkan waktu libur atau akhir pekan untuk ikut mendampingi, belanja bahan makanan sehat, atau aktivitas bersama keluarga.

Dampak Peran Ayah pada Penurunan Stunting

  • Asupan gizi sejak dalam kandungan hingga masa balita lebih terjamin
  • Lingkungan keluarga mendukung kesehatan anak
  • Anak mendapatkan stimulasi emosional, sosial, dan kognitif dari interaksi penuh dengan kedua orang tua
  • Karakter dan kebiasaan hidup sehat ditanamkan sejak dini melalui teladan ayah

Ketika Ayah, Bunda, dan anak bekerja sama, saling dukung, dan berperan aktif, maka upaya mencegah stunting pun akan lebih efektif.

Yuk, Jadi Pahlawan Gizi Keluarga!

Peran Ayah dalam mencegah stunting bukan sekadar membantu secara fisik atau finansial, tapi juga aktif dalam hal gizi, stimulasi, kebersihan, dan pola asuh. Dengan bekal pengetahuan, perhatian, dan kesediaan untuk turun tangan, Ayah bisa menjadi Pahlawan Gizi dan Nutrisi dalam keluarga, lho.

Ingat:

  • Terlibat sejak masa kehamilan
  • Rancang menu bersama
  • Edukasi makan secara positif
  • Jaga kebersihan lingkungan
  • Tunjukkan teladan

Dengan begitu, keluarga menjadi tim kuat dalam menjaga tumbuh kembang anak agar terhindar dari stunting. Semangat jadi pahlawan, Ayah!

Referensi:

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.