5 Tips Menghadapi Perbedaan Pola Asuh dengan Mertua

 
Dengan pendekatan yang penuh hormat, komunikasi yang baik, serta pikiran yang terbuka, Ayah dan Bunda bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan mertua

Perbedaan pola asuh antara Ayah dan Bunda dengan mertua adalah hal yang wajar dan sering terjadi. Hal ini umumnya disebabkan oleh perbedaan usia, pengalaman, serta cara pandang antar generasi.

Meski kadang sulit, penting bagi Ayah dan Bunda untuk menemukan cara yang baik dalam menghadapi perbedaan ini tanpa menciptakan konflik dengan mertua. Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan mertua, sekaligus menjalankan pola asuh yang sesuai dengan visi Ayah dan Bunda.

1. Dengarkan Saran yang Diberikan Mertua

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mendengarkan saran yang diberikan oleh mertua. Walaupun pola asuh mereka mungkin berbeda dengan pola asuh yang Ayah dan Bunda jalani, mertua memiliki banyak pengalaman dalam membesarkan anak. Mendengarkan tidak berarti harus selalu menuruti, tapi setidaknya Ayah dan Bunda menunjukkan rasa hormat dengan bersedia mendengar pendapat mereka. Cobalah pahami sudut pandang mertua tanpa langsung menolak.

Misalnya, ketika mertua memberi nasihat terkait pemberian buah bagi si kecil dirasa lebih penting daripada pemberian protein hewani, Ayah atau Bunda dapat merespon seperti berikut, “Wah, iya ya bu, sepertinya memang harus lebih banyak sedia buah di rumah. Jadi nanti setelah adik makan menu lengkap, bisa diberikan lebih banyak variasi buah saat jam ngemil.”

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Ayah dan Bunda tetap mendengar pendapat mertua terkait konsumsi buah, tanpa harus mengorbankan menu lengkap bagi si kecil. Sikap terbuka ini dapat meredakan ketegangan dan mencegah potensi konflik.

2. Berpikiran Terbuka

Setelah mendengarkan saran mertua, Ayah dan Bunda perlu berpikiran terbuka. Meskipun mertua lebih berpengalaman, Ayah dan Bunda tetap memiliki hak untuk menentukan pola asuh terbaik untuk anak-anak. Penting untuk diingat bahwa mendengar tidak selalu sama dengan menuruti 100%.

Ayah dan Bunda bisa berdiskusi untuk memilih nasihat yang sesuai dengan visi dan misi keluarga, serta kebutuhan si kecil. Contohnya, jika mertua menyarankan penggunaan obat-obatan tradisional saat si kecil demam, Ayah dan Bunda bisa mempertimbangkannya, namun tetap memutuskan apakah cara tersebut sejalan dengan prinsip pengasuhan yang Ayah dan Bunda pilih.

3. Komunikasikan dengan Pasangan dan Mertua

Sebelum mengomunikasikan perbedaan pola asuh dengan mertua, Ayah dan Bunda harus satu suara terlebih dahulu. Diskusikan bersama pasangan mana nasihat yang akan diterima dan mana yang tidak sesuai. Dengan begitu, Ayah dan Bunda bisa memberikan penjelasan kepada mertua dengan cara yang sopan dan penuh penghargaan.

Misalnya, mertua Bunda menyarankan untuk memberikan makanan padat di usia 4 bulan karena menurut mereka dulu itu cara yang efektif agar si kecil cepat kenyang. Namun, berdasarkan rekomendasi dokter, Ayah dan Bunda ingin menunggu sampai si kecil berusia 6 bulan, sesuai dengan panduan kesehatan modern.

Sebelum menanggapi saran tersebut, Ayah dan Bunda perlu berdiskusi terlebih dahulu dan sepakat akan mengikuti rekomendasi dokter. Setelah sepakat, Ayah bisa menyampaikan kepada orang tuanya dengan cara yang sopan.

Dengan menyampaikan pendapat secara baik-baik, Ayah dan Bunda bisa menjaga hubungan yang harmonis tanpa menyinggung perasaan mertua. Penting untuk tidak terkesan menggurui atau menyalahkan pola asuh yang diterapkan mertua di masa lalu. Jelaskan bahwa keputusan yang diambil bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi si kecil, bukan untuk mengkritik.

4. Diam Adalah Emas

Terkadang, ada saatnya diam menjadi pilihan terbaik. Ketika perbedaan pendapat dengan mertua semakin tajam dan sulit dijembatani, Ayah dan Bunda bisa memilih untuk tidak berdebat dan mengambil sikap tenang. Diam bukan berarti setuju, tetapi lebih kepada menghindari situasi yang bisa memperburuk keadaan.

Misalnya, jika mertua terus memaksa pola asuh tertentu yang tidak sesuai dengan prinsip Ayah dan Bunda, terkadang lebih baik diam dan mengalihkan pembicaraan daripada memperpanjang argumen. Setelah suasana lebih tenang, Ayah dan Bunda bisa kembali mendiskusikan topik tersebut dan menentukan langkah apa yang selanjutnya akan diambil dalam menghadapi mertua.

5. Prioritaskan Hubungan yang Harmonis

Perbedaan pendapat dengan mertua tidak boleh sampai merusak hubungan keluarga. Selalu ingat bahwa Ayah dan Bunda adalah satu tim yang bekerja sama untuk membesarkan anak-anak. Jaga hubungan yang harmonis dengan mertua agar mereka tetap merasa dihargai sebagai bagian dari keluarga besar.

Jika hubungan tetap hangat dan penuh rasa hormat, mertua akan lebih mungkin mendukung pola asuh yang Ayah dan Bunda jalankan. Jangan ragu untuk mengajak mertua berdiskusi secara terbuka dan jujur, tanpa membuat mereka merasa tersinggung atau disingkirkan dari pengasuhan cucu mereka.

Perbedaan pola asuh dengan mertua adalah hal yang lumrah dan sering kali terjadi dalam setiap keluarga. Namun, dengan pendekatan yang penuh hormat, komunikasi yang baik, serta pikiran yang terbuka, Ayah dan Bunda bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan mertua sekaligus menjalankan pola asuh yang sesuai dengan visi keluarga.

Jangan lupa, mendengarkan nasihat mertua bukan berarti harus menuruti semuanya. Yang penting, Ayah dan Bunda selalu berdiskusi dan satu suara dalam menentukan apa yang terbaik bagi si kecil, sambil tetap menjaga perasaan dan hubungan baik dengan mertua.

Referensi:

https://nakita.grid.id/read/022756427/tanpa-perlu-menyakiti-hati-mertua-begini-cara-mengatasi-perbedaan-pendapat-dalam-pola-mengasuh-anak-menurut-psikolog?page=all

https://www.orami.co.id/magazine/beda-pola-asuh-anak-dengan-mertua-ini-jalan-tengahnya

https://mommiesdaily.com/2016/11/02/mengatasi-perbedaan-pola-asih-dengan-mertua

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.