Masa kehamilan merupakan periode terpenting dalam awal pertumbuhan anak. Oleh karena itu, pada masa-masa ini sang Ibu harus ekstra hati-hati dan ekstra peduli pada janin, seperti apa saja yang dikonsumsi, karena akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak kelak. Salah satu yang harus diwaspadai adalah adanya risiko stunting. Pada tulisan kali ini, mari kita ketahui salah satu dari banyak faktor penyebab stunting, yaitu anemia. Sebelum lebih jauh membahas bagaimana Anemia menyebabkan stunting pada anak, mari kita bahas lebih dulu apa itu stunting.
Kaitan Stunting dan Anemia?
Stunting merupakan kegagalan untuk mencapai pertumbuhan optimal, diukur berdasarkan tinggi badan/panjang badan menurut umur (TB/U). Kontribusi penyebab Stunting dapat terjadi sejak janin masih dalam kandungan hingga saat anak berusia dua tahun, atau sering disebut sebagai periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Beberapa faktor penyebab stunting diantaranya adalah asupan gizi yang tidak mencukupi, anemia di usia remaja, saat kehamilan, hingga masa menyusui, tidak mendapat ASI eksklusif, ASI tidak sampai 2 tahun, dan lain-lain.
Sementara itu, secara sederhana Anemia dapat dijelaskan sebagai kurangnya sel darah merah yang sehat dalam tubuh, lebih rendah daripada batas normalnya. Kondisi ini bisa terjadi karena sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke tubuh. Pada ibu hamil, gejala yang ditimbulkan dapat berupa tubuh terasa lemas, letih, dan lesu terus menerus, pusing, sesak nafas, detak jantung tidak teratur, nyeri di dada, tangan dan kaki dingin, hingga sulit berkonsentrasi.
Anemia penyebab Stunting
Anemia pada saat kehamilan sangat berisiko terhadap perkembangan bayi yang akan dilahirkan yang dapat berisiko mengalami stunting. Pasalnya, anemia yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi besi atau kekurangan zat besi.
Padahal, zat ini sangat penting bagi tubuh karena sangat diperlukan bagi pembentukan hemoglobin atau protein dalam sel darah merah.
Sel darah merah memiliki fungsi untuk mengalirkan nutrisi ke seluruh tubuh dan janin yang dikandung. Oleh karena itu, jika jumlah sel darah merah terlalu sedikit, pendistribusian nutrisi ke janin tidak akan maksimal, sehingga rentan melahirkan anak stunting.
Anemia juga meningkatkan risiko proses melahirkan secara prematur, hingga berat badan bayi dibawah rata-rata ketika dilahirkan. Mengingat bahayanya anemia saat hamil yang tidak hanya membahayakan anak, tetapi juga sang ibu, maka kita perlu menyadari agar tidak menyepelekan anemia serta pentingnya asupan gizi seimbang.
Ayah harus terlibat dalam memeriksakan kondisi Ibu dan calon anak ke petugas kesehatan secara teratur karena pada masa-masa ini adalah penentu kesehatan dan tumbuh kembang anak kelak. Umumnya pemeriksaan darah dilakukan pada masa awal kehamilan dan dilakukan satu kali lagi selama kehamilan.
Sumber :
6 Pesan Kunci Pencegahan Stunting-Pedoman Strakom Perubahan Perilaku dalam Percepatan pencegahan Stunting di Indonesia, Kemenkes 2018
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). https://kesmas.kemkes.go.id/