Apa Anakku Marah-Marah Bisa Disebut Tantrum?

 

Kalau anak sudah mulai teriak, marah dan sulit dikendalikan, Ibu rasanya juga mau ikutan bertanduk keluar emosinya, bukan? Mungkin dulu perilaku ini dianggap sebagai pembangkangan atau anak yang melakukan ini bisa disebut sebagai anak nakal atau bandel. Ilmu pengetahuan bertambah, ternyata perilaku anak yang marah dengan hebatnya dinamakan tantrum, kabar baiknya tantrum adalah salah satu tanda proses perkembangan. Sebelum dibahas lebih jauh, kita kenali dulu ciri-ciri tantrum, ya.

Jika kita melihat anak menunjukkan perilaku seperti, ledakan kemarahan, anak tampak frustrasi, tangisan, teriakan, anggota badan anak menjadi kaku karena marah, punggung melengkung, menendang, jatuh, memukul-mukul atau melarikan diri bahkan dalam beberapa kejadian, anak-anak menahan napas, bahkan sampai muntah, ada yang memecahkan barang-barang atau menjadi agresif seperti menyerang. Tantrum biasa terjadi di antara usia 1 hingga 3 tahun. Jika anak kita memenuhi ciri tersebut kita perlu tahu lebih jauh bagaimana menghadapinya.

Di usia 1 – 3 tahun, keterampilan sosial dan emosional anak baru mulai berkembang. Anak-anak di usia ini sering sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosinya. Di satu sisi ada perasaan sudah mandiri dalam diri anak, tapi sebetulnya belum benar-benar mandiri. Jadi rasanya anak usia 1- 3 tahun ini mampu melakukan apa-apa sendiri, padahal belum benar-benar bisa. Di sinilah ledakan emosi terjadi, ketika ia merasa belum mampu namun namun sulit mengkomunikasikannya. Tantrum menjadi salah satu cara anak mengekspresikan dan mengelola perasaannya, dan ini juga cara anak mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka yang tidak mereka inginkan. Ternyata, tantrum adalah bagian dari perkembangan emosi yang wajar terjadi, ya.

Lalu setelah mengetahui alasannya, apa yang bisa kita lakukan ya untuk menghadapinya. Pertama, mungkin ini klise, tapi bersikap tenang tidak terpancing adalah langkah awal menghadapi anak tantrum. Jangan ikut terbawa emosi, tarik nafas dan bersikap datar. Kedua, akui perasaan anak seperti, “Bunda tahu adek kesal, kan.” Membantah perasaan anak akan membuat anak makin kesal. Ketiga, tetap di sebelah anak, jangan berdebat dan berargumen karena kehadiran kita untuk memperhatikannya. Keempat, jika anak meminta sesuatu biarkan ia tenang dulu baru turuti agar anak memahami bahwa tantrum tidak membuat ia mendapatkan apa yang dimau. Kelima, ini paling penting konsisten terhadap sikap ini, ya. Ayah dan Bunda harus saling bekerjasama, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi anak tantrum.

Sumber :

Raisingchildren.net.au.

Tantrums: why they happen and how to respond. 25 Juni 2021

https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.