Mari Optimalkan Motorik Kasar & Halus Sebelum Anak Sekolah

 

Anak adalah sosok yang terus berkembang dan berproses. Dalam Montessori, perkembangan anak menjadi 4 fase perkembangan. Fase pertama adalah 0-6 tahun, fase ke dua 6 – 12 tahun, fase ke tiga 12-18 tahun, fase ke empat 18-24 tahun (Maria Montessori, The Absorbent Mind). Pada fase pertama atau yang biasa kita kenal dengan golden age (periode emas), pikiran anak seperti layaknya spons, menyerap informasi apapun dan dari siapapun yang ada sekitar mereka. Pada umumnya fase ini bisa dikatakan fase pra sekolah dan sekolah.

Saat anak sekolah, itulah masa dimana sang anak beradaptasi dalam tahapan yang baru. Ada tuntutan kemampuan akademis yang harus dimiliki anak. Tetapi orang tua tidak boleh lupa, masa sebelum sekolah inilah yang menjadi dasar kemampuan akademis dapat berkembang dengan baik dimasa depan. Tentunya, sebagai orang tua yang mendampingi keseharian anak dirumah perlu menyiapkan bekal anak agar saat menjalani masa transisi ini tidak terjadi kesulitan yang berarti.

Lalu apa yang perlu dilakukan oleh orang tua? Orang tua perlu mengetahui, sebelum lahirnya suatu kemampuan akademis atau kecerdasan, ada bagian yang perlu dimatangkan yaitu motorik karena ini yang menjadi pondasi untuk sampai dipuncak (kecerdasan). Motorik adalah sebuah sistem kerja tubuh manusia yang sangat kompleks. Gerakan tubuh secara umum dimulai dengan bekerjanya organ reseptor atau penerima stimulus, kemudian masuk di sistem saraf sensorik, kemudian di proses oleh sistem motorik dan terjadilah gerak pada organ. Contohnya ketika bayi mulai belajar duduk, prosesnya dimulai dari adanya stimulus berupa ajakan untuk duduk dari sang ibu “ayo duduk”, saraf sensorik menerima stimulus ajakan tersebut dan membuat perhitungan posisi duduk kemudian mengirimkan perintah ke sistem motorik untuk menggerakan ototnya, selanjutnya sistem motorik mengerakan otot tubuh hingga posisi duduk.

Dalam proses perkembangannya, motorik terbagi menjadi dua bagian motorik kasar dan halus. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan kordinasi antar anggota tubuh dengan menggunakan otot besar, contohnya berjalan, berlari. Aspek perkembangan pada anak usia di bawah 2,5 tahun adalah pada motorik kasarnya. Anak – anak pada usia ini dapat diberikan rangsangan dengan cara bermain karena bermain merupakan cara anak belajar. Stimulasi yang dapat diberikan di antaranya dengan mengajak anak bermain di taman supaya anak bisa berlari, bergelantungan ataupun memanjat. Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatakan otot kecil serta kordinasi mata dan tangan. Stimulasi motorik halus untuk anak usia dini bisa didapatkan dari melakukan kegiatan sehari – hari atau yang biasa disebut practical life . Anak usia 2 hingga 3 tahun bisa kita ajak latihan menyendok dengan cara memindahkannya kacang dari satu mangkok ke mangkok lainnya menggunakan sendok, meronce, atau menggunting kertas. Pada kegiatan ini anak akan melatih konsentrasi, melatih kordinasi & menguatkan otot ibu jari, telunjuk dan jari tengah (pincher grasp) serta kordinasi antara mata dan tangannya.

Sampai disini,tentunya orang tua sudah mempunyai gambaran mengapa masa pengembangan motorik ini menjadi masa yang penting untuk kita maksimalkan. Sebab, keduanya bersinergi membantu anak untuk memiliki kemampuan akademis dimasa depan seperti menulis, membaca, berbicara baik dengan sesama temannya atau gurunya, ke toilet sendiri, bahkan sesederhana anak dapat mengikuti gerakan senam sehat disekolah juga berawal dari motorik kasar yang baik. Ada keseimbangan yang sudah dimiliki. Nah, kemampuan menulis dan membaca, itu memang termasuk kemampuan motorik halus, namun jangan lupa motorik kasar juga memiliki sumbangsih karena sebelum jari jemari anak kuat memegang alat tulis, kekuatan bahunya juga harus stabil dulu. Mencapai kekuatan bahu itu ada dalam kegiatan-kegiatan motorik kasar, seperti lempar bola salah satunya.

Jika kedua motorik sudah bersinergi dengan baik maka anak dapat mencapai tingkatan baru dalam perkembangannya yaitu konsentrasi. Konsentrasi adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang terkait dengan perhatian dan daya tahan. Kemampuan ini tidak secara langsung dimiliki oleh anak, tetapi melalui proses. Stimulasi motorik dapat melatih konsentrasi anak secara bertahap. Mulai dari berlatih fokus mendengarkan perintah, fokus melihat benda saat melakukan pekerjaan, fokus saat melalukan gerakan tubuh yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata serta tangan dominan dan non dominan.

Orang tua perlu memahami efek buruk jika stimulasi motorik tidak terpenuhi diantaranya otot ibu jari, telunjuk, dan jari tengah tidak kuat atau tidak berkordinasi dengan baik sehingga akan menjadi hambatan dalam menulis. Kurang matangnya persepsi visual seorang anak sehingga kesulitan dalam membedakan kanan dan kiri, huruf b dan huruf d, hal ini akan menjadi hambatan ketika anak belajar membaca.

Sebaliknya jika sistem motorik dan sensorik anak sudah matang, anak akan nyaman dengan tubuhnya. Pada tahap ini ia sudah bisa menguasai tubuhnya, bisa mengendalikan fokusnya dan bisa berkonsentrasi saat melakukan suatu kegiatan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan anak sebagai persiapan memasuki tahap sekolah, agar anak dapat mengikuti instruksi dari guru serta pelajaran disekolah dengan baik.

Sumber :

Montessori, Maria Dr. The 1913-Rome Lecture.2013

Parenting Module (Rumah anak SIGAP, Tanoto Foundaton)

Christina, Ani. Tuntas Motorik . Filla Press 2019

Montessori, Maria. “The Absorbent Mind”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.