Sudah Tahu Belum Apa itu Konsep Merdeka Belajar?

 
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

Perlu diakui pendidikan adalah salah satu hal penting dalam kehidupan apalagi pada si Kecil, karena apa yang diajarkan sejak dini akan berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan masa depan si Kecil. Namun, masih banyak yang beranggapan bahwa belajar yang layak dan baik hanya bisa didapatkan di lembaga pendidikan formal. Padahal sebenarnya, belajar bisa didapat dari mana saja termasuk orang tua.

Seperti yang dikutip dari buku karya Zakiah Darajat, bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar, artinya orang tua memiliki tanggung jawab mendidik, mengasuh, dan membimbing si Kecil, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasarnya.

Mengapa orang tua disebut sebagai pembelajaran pertama dan krusial?

Disadari atau tidak, orang tua adalah sosok yang mengajarkan anak berbahasa, bersosialisasi, dan mengajarkan anak mengontrol emosi mereka. Ayah dan Bunda lah yang turut membentuk kepribadian serta keahlian-keahlian tertentu bahkan sejak sejak awal kelahirannya karena segala keputusan terhadap apa yang boleh dan tidak boleh diajarkan pada anak berada pada tangan Ayah dan Bunda.

Atas alasan mendasar itulah, maka Ayah dan Bunda perlu berdiskusi tentang apa saja yang akan diberikan kepada si kecil, seperti apakah memperbolehkan anak memegang gadget, apakah akan memberikan anak mainan mahal atau mainan sederhana yang penuh nilai edukasi, apakah Ayah dan Bunda akan menjadi teman terbaik dengan memotivasi ketika si kecil mengalami kegagalan dalam proses belajar, atau malah mengomeli anak. Semua keputusan tersebut adalah tahap pertama yang menentukan pertumbuhan dan pembentukan karakter si kecil.

Untuk mendampingi pembelajaran, Ayah dan Bunda bisa memberikan edukasi dalam bentuk apapun seperti meluangkan waktu untuk belajar ataupun melalui cara yang lebih mengasyikkan yaitu melalui mainan edukasi. Terdapat banyak mainan edukasi yang bisa digunakan sebagai media belajar seperti kartu bergambar benda-benda, huruf, angka, hewan, serta susun balok dengan beragam bentuk dan warna.

Balok-balok ini bagus untuk membantu mengembangkan keterampilan motorik kasar dan memicu kreativitas pada si Kecil sesuai imajinasinya. Ayah dan bunda bisa turut mendampingi buah hati, kegiatan belajar ini tidak hanya meningkatkan otak kiri anak tetapi juga membangun hubungan sosialisasi yang baik antara anak dan orang tua.

Bunda juga bisa mengajak anak ke luar ruangan untuk bermain bola, belajar mengayuh sepeda, atau hanya sekedar berjalan-jalan kecil sambil mengenalkan lingkungan rumah dan alam sekitar, menunjukkan si kecil dengan pohon, daun, hewan-hewan, dan lain-lain. Kegiatan ini bisa melatih koordinasi otak, melatih keseimbangan tubuh, gerak motorik, membantu perkembangan fisik. Semua metode belajar ini adalah upaya agar si kecil bisa lebih siap dan mudah menerima informasi baru di lembaga formal nanti.

Lantas, apakah ketika anak telah mendapat pendidikan formal Ayah dan Bunda bisa lepas tangan begitu saja?

Jawabannya adalah tidak. Ayah dan Bunda harus tetap mengawasi si kecil, tidak hanya mengawasi apakah si kecil mendapat nilai yang baik dari guru, tetapi harus senantiasa memotivasi agar anak bisa meraih atau mempertahankan prestasi yang si kecil raih di lembaga pendidikan.

Ayah dan Bunda juga harus mengawasi apa saja yang si kecil pelajari di sekolah, membantu si kecil mengingat kembali materi dan mengembangkan apa saja yang di dapat di sekolah, menanyakan bagaimana hubungan si kecil dengan guru dan teman sebaya. Hal ini penting dilakukan karena Ayah dan Bunda memiliki waktu yang lebih banyak bersama si kecil di rumah dibandingkan guru.

Bahkan, jika diperlukan Ayah dan Bunda bisa bekerja sama dengan guru sekolah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pencapaian akademis anak dipengaruhi oleh keterlibatan orang tua pada proses pendidikannya. Hal ini adalah salah satu alasan adanya rapor di akhir semester adalah momen untuk berdiskusi secara khusus mengenai perkembangan anak. Luangkan waktu Ayah dan Bunda untuk datang pada tahun ajaran baru, menghadiri seminar khusus orang tua, agar bisa memahami kurikulum sekolah dan mengenal siapa saja guru yang mengajari si kecil.

Menurut Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd, psikolog anak dan keluarga, orang tua harus menghormati guru si kecil, jangan menyalahkan guru ketika terjadi sesuatu yang negatif pada anak, misalnya mendapat nilai jelek, terjadi bully pada lingkungan teman, atau ketika anak dihukum karena melakukan kesalahan. Ayah dan Bunda bisa mengkomunikasikan ketidaksetujuan, pertanyaan, dan protes dengan cara yang baik, serta tidak melakukannya di depan anak, karena hal itu akan membuat anak tidak hormat pada guru. Padahal guru adalah orang tua pengganti di sekolah.

Sumber:
https://www.orami.co.id/magazine/4-rekomendasi-mainan-edukasi-anak

https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/kerjasama-orang-tua-dan-guru

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.