Bantu Perkembangan Otak Buah Hati dengan Berbicara

 
Perlu diingat, perkembangan otak adalah bagian dari perkembangan kognitif yang juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.

Momen-momen awal setelah Si Kecil lahir merupakan periode emas bagi perkembangan dan pertumbuhannya. Banyak yang menyebut periode emas perkembangan otak mereka ada pada 1.000 hari pertama kehidupannya, yaitu sejak di kandungan hingga berusia tiga tahun. Karena itu, sebagai orang tua wajar jika ingin memberikan yang terbaik bagi si kesayangan.

Perlu diingat, perkembangan otak adalah bagian dari perkembangan kognitif yang juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Di antaranya adalah keterampilan mereka dalam belajar, berpikir, maupun memecahkan permasalahan. Hal-hal ini juga nantinya akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karena itu, salah satu yang bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan otak mereka adalah dengan memberikan stimulasi atau rangsangan dari luar diri Si Kecil.

Berdasarkan penelitian, mengajak Si Kecil berbicara ternyata membantu dalam memaksimalkan hal tersebut. Studi yang disampaikan oleh para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyebut sebuah percakapan diperlukan untuk memperkuat jaringan pemrosesan bahasa di otak mereka.

Sebuah studi penting pada 1995 menemukan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan tinggi mendengar sekitar 30 juta lebih banyak kata selama tiga tahun pertama kehidupannya daripada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Kesenjangan 30 juta kata ini berkorelasi dengan perbedaan signifikan dalam tes kosakata, perkembangan bahasa, maupun pemahaman bacaan. Pengalaman masa kecil, termasuk paparan bahasa, ternyata memiliki dampak besar pada perkembangan otak.

“Yang penting bukan hanya menyampaikan kata-kata kepada Si Kecil, tetapi terlibat dalam pembicaraan atau ngobrol dengan anak Anda. Ini bukan hanya tentang memasukkan bahasa ke dalam otak anak Anda, tetapi untuk benar-benar melakukan percakapan dengan mereka,” kata seorang mahasiswa pascasarjana di Harvard dan MIT dan penulis utama makalah tersebut, Rachel Romeo.

Penelitian lainnya, yang dipimpin oleh peneliti McGovern Institute John Gabrieli menunjukkan ketika sebuah keluarga mengubah gaya komunikasi mereka, dengan memasukkan lebih banyak aspek pertukaran kata atau mengobrol antara anak dan orang dewasa, wilayah otak utama tumbuh dan kemampuan bahasa anak-anak meningkat. Bagian lain dari otak ada kemungkinan juga ikut terpengaruh.


Tak hanya itu, dalam sebuah penelitian terhadap anak-anak usia prasekolah dan taman kanak-kanak dan keluarga mereka, seorang peneliti pascadoktoral Harvard Rachel Romeo Gabrieli dan rekannya menemukan bahwa peningkatan percakapan memiliki dampak terukur pada struktur otak dan kognisi anak-anak hanya dalam beberapa bulan. “Hanya dalam sembilan minggu, fluktuasi seberapa sering orang tua berbicara dengan anak-anak mereka tampaknya membuat perbedaan dalam perkembangan otak, perkembangan bahasa, dan perkembangan fungsi eksekutif,” kata Gabrieli. Temuan tim ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Cognitive Neuroscience edisi Juni.

Untuk diketahui, berdasarkan kerangka konseptual UNICEF (1990), ada tiga aspek yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup Si Kecil. Mereka adalah konsumsi makanan penuh gizi, kesehatan dan stimulasi psikososial. Karena itu, salah satu aspek pengasuhan yang berperan penting dalam perkembangan Buah Hati adalah pola makan dan stimulasi psikososial. Adapun yang dimaksud dengan stimulasi psikososial adalah rangsangan yang diberikan dari luar atau lingkungan, dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, serta sosial-emosi Si Kecil.

Stimulasi psikososial pada Si Kecil utamanya yang berada di usia dini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kognitif, sosial emosional, dan bahasa mereka. Pada kesempatan in, Ayah dan Bunda juga berupaya mendukung perkembangan mereka sembari bermain, mengajak Si Kecil berbicara, maupun kegiatan lainnya.

Di era modern saat ini, ada banyak aplikasi maupun mainan pendidikan yang ditujukan untuk mengisi celah kata itu dan memperluas kosakata Si Kecil sejak hari pertama. Namun, membanjiri anak-anak dengan jutaan kata satu arah seperti ini memiliki kemungkinan kehilangan faktor penting dalam perkembangan, yaitu hubungan antar-manusia, dan interaksi sosial.

Faktanya, studi MIT menunjukkan Ayah Bunda bahkan mungkin harus lebih sedikit berbicara, dan lebih banyak mendengarkan. “Jumlah kata yang orang dewasa miliki sepertinya tidak penting sama sekali untuk fungsi otak. Yang penting adalah seberapa sering terjadinya percakapan,” kata Romeo.

Gagasan belajar melalui keterlibatan sosial dan ikatan emosional berpadu dengan hasil penelitian lain, tentang bagaimana bayi belajar bahasa. Seperti yang kita tahu, Si Kecil yang baru lahir cenderung belajar dengan melihat dan meniru orang dewasa yang paling dekat dengan mereka. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa bernyanyi dan berpelukan jauh lebih efektif, daripada alat pendidikan berteknologi tinggi untuk perkembangan mereka.

Kemudian pada masa pertumbuhan lebih lanjut, Si Kecil paling efektif belajar melalui permainan, misalnya bermain peran imajiner dengan teman atau orang dewasa. Yuk Ayah Bunda biasakan untuk mulai bercakap-cakap dengan Si Kecil ya

Sumber :
https://mcgovern.mit.edu/2021/07/20/having-more-conversations-to-boost-brain-development/
https://news.mit.edu/2018/conversation-boost-childrens-brain-response-language-0214#:~:text=Caption%3A-,MIT%20cognitive%20scientists%20have%20found%20that%20conversation%20between%20an%20adult,children%20from%20lower%2Dincome%20families.
https://www.weforum.org/agenda/2018/02/how-you-talk-to-your-child-changes-their-brain/

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.