Hi Ayah dan Bunda, pernah nggak tiba-tiba Si Kecil bertanya, “Bun, itu di perut Bunda ada isi adik bayi bagaimana isinya” atau “Aku lahir dari mana?”, “Kenapa dada Ibu besar tapi aku enggak?”, sampai “Kenapa laki-laki harus disunat?”. Waktu pertama kali dapat pertanyaan itu, rasanya panas dingin dan deg-degan nggak tuh?
Sebagai makhluk menggemaskan dan penuh dengan rasa penasaran, biasanya pertanyaan yang disampaikan Si Kecil memang unik-unik. Seiring bertambahnya usia, rasa ingin tahu mereka pun semakin besar dan pertanyaannya beragam, termasuk dengan hal-hal yang kita anggap tabu, yaitu tentang seks.
Nah, bagi sebagian besar masyarakat kita, pertanyaan-pertanyaan yang utamanya berkaitan dengan seks memang cenderung dihindari, apalagi jika yang bertanya masih dianggap anak kecil. Banyak yang merasa mereka masih terlalu kecil untuk mendapat informasi yang kompleks.
Padahal, pengetahuan ini justru lebih baik jika ditanamkan sedini mungkin, sesuai dengan tahapan dan usia Si Kecil. Sebab, dari Ayah Bundalah seharusnya mereka mendapatkan informasi ini untuk pertama kalinya.
Cara Menjawab Pertanyaan ‘Tabu’ Si Kecil
1. Tetap tenang
Hal pertama yang harus dilakukan Ayah dan Bunda adalah tetap tenang, tarik nafas dan berpikir bahwa ini bukan sesuatu yang menakutkan. Ketenangan Ayah Bunda memberikan sinyal bahwa membicarakan ini bukan suatu yang salah, sehingga Si Kecil juga bisa menerima diskusi ini dengan netral dan tenang. Maka, ketika Si Kecil mengajukan pertanyaan yang di luar kebiasaan atau perkiraan, panik adalah hal pertama yang harus dihindari. Reaksi panik dari Ayah dan Bunda yang berlebihan justru akan membuat mereka makin penasaran.
Psikolog tumbuh kembang anak, Irma Gustiana M.Psi, menyebut pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh Si Kecil sifatnya normal dan netral. Kadang-kadang, yang membuat mereka semakin penasaran justru karena melihat reaksi orang tua yang agak berlebihan. Karena itu, dibandingkan memberi ekspresi panik dan balik bertanya menyelidik, ia menganjurkan agar tetap tenang dan menjawab pertanyaan itu secara sederhana, tetapi tetap informatif.
2. Hindari memarahi
Menurut Kids Health, anak-anak tertarik untuk belajar tentang tubuh mereka sejak masa bayi. Mereka akan cenderung memperhatikan perbedaan antara anak laki-laki dengan perempuan, dan secara alami ingin tahu. Sama seperti balita yang melihat alat kelaminnya sendiri saat telanjang, anak-anak yang mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan seks bukanlah tindakan yang tidak sopan. Itu adalah wujud normal keingintahuan anak-anak.
Karena itu, Si Kecil yang mengajukan pertanyaan semacam itu tidak boleh dihukum atau dimarahi. Mereka yang kerap dimarahi ketika menanyakan hal tersebut akan merasa tidak enak dan malu akan keingintahuan alami mereka. Khawatirnya, mereka mencari tahu sendiri atau bersama temannya dan berujung pada hal-hal buruk yang tidak bisa dikontrol.
3. Gunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti Si Kecil
Saat menjawab pertanyaan Si Kecil, pastikan jawaban yang diberikan Ayah dan Bunda tidak malah membuat mereka bingung. Gunakan bahasa dan istilah yang sederhana dan mudah mereka mengerti. Bahkan, Ayah Bunda juga bisa memanfaatkan peraga yang banyak dijual di pasaran, seperti poster atau patung anatomi tubuh manusia. Selain itu, tontonan edukatif juga bisa digunakan, setelah disaring dan dicek isinya terlebih dahulu.
Di sisi lain, salah satu hal dasar yang harus Ayah Bunda kuasai adalah ada baiknya untuk membiasakan diri membahas nama-nama yang tepat untuk semua bagian dasar reproduksi tubuh, seperti payudara, vulva, vagina, rahim, ovarium, penis, dan testis. Ayah Bunda juga bisa menggunakan buah-buahan berbentuk panjang, seperti wortel atau timun, sebagai analogi alat kelamin. Analogi yang digunakan ini bisa lebih menyenangkan dan masuk dalam konsep berpikir anak.
4. Ajak Si Kecil berdiskusi bersama
Saat pertama kali menjawab pertanyaan Si Kecil, jangan berekspektasi mereka akan langsung paham dan mengerti. Kemungkinan besar akan muncul pertanyaan-pertanyaan tambahan yang lebih menuntut dan detail. Karena itu, Ayah Bunda harus siap dan mau untuk mengajak Si Kecil untuk berdialog dengan bertanya, “Kamu paham maksud Ayah/Bunda?” atau “Ada yang ingin kamu tanyakan lagi?” Cara ini akan membuat Si Kecil merasa didengarkan dan dihargai, sekaligus memperkuat hubungan komunikasi yang positif.
Lalu, saat berdiskusi Ayah Bunda juga perlu menanyakan apa yang sudah Si Kecil ketahui hingga akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika mereka bercerita, jangan dibantah atau disela dulu ya. Tanyakan kepada Si Kecil apa yang mereka dengar, lalu konfirmasikan apa pun yang benar dan perbaiki yang salah. Di kondisi ini, penting untuk tidak menertawakan apa pun yang mereka katakan atau bahkan merasa marah, karena sebenarnya Si Kecil hanya mengutarakan apa yang mereka ketahui dan ingin tahu jawaban benarnya saja kok.
Selain itu, jangan pernah memotong atau menghentikan percakapan secara tiba-tiba saat sedang berdiskusi. Tunggu sampai mereka puas dengan jawaban yang diterima. Sebaliknya, jika di tengah diskusi mereka terlihat bosan, jangan paksakan untuk selesai dalam satu waktu. Ikuti alurnya dan biarkan topik pembicaraan mengalir sewajarnya.
5. Jujur
Meskipun Ayah dan Bunda merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang diberikan, namun menghindari diskusi atau mengatakan ketidakbenaran hanya akan memberi tanda kepada Si Kecil bahwa ada sesuatu yang salah. Menurut Very Well Family, Si Kecil bahkan mungkin akan merasa malu jika tidak ada yang menjawab atau percaya bahwa pertanyaan itu tidak pantas atau buruk.
Saat mendiskusikan mengenai hal ini, pastikan kenyamanan anak-anak dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan. Di sisi lain, beri penjelasan yang jujur alih-alih menjawab dengan mengisahkan dongeng. Dengan begitu, Ayah Bunda dapat membantu mereka mengembangkan pengetahuan yang sehat mengenai tubuh manusia, kehamilan, ketuhanan, dan seks.
Ayah Bunda perlu ingat, di tangan Ayah Bundalah kendali obrolan itu ada. Sehingga bisa disampaikan, “Kita bisa membicarakannya lain kali ya,” jika Ayah dan Bunda merasa tiba-tiba belum siap memilih kalimat atau kata yang pas. Ayah dan Bunda juga boleh kok berpikir dulu, buka google dulu, serta mencari referensi paling sesuai dulu sebelum membuka obrolan lagi.
Menghadapi pertanyaan tabu dari Si Kecil mungkin bisa membuat Ayah dan Bunda berpikir keras. Tapi percayalah, dengan pendekatan yang santai, jujur, dan sesuai usia, Ayah dan Bunda bisa membantu Si Kecil memahami hal-hal besar dengan cara yang mereka butuhkan. Pastikan bahwa komunikasi yang terbuka akan membuat Si Kecil merasa lebih nyaman dan dekat dengan Ayah dan Bunda.
Terakhir, Ayah Bunda juga harus tahu bahwa membicarakan topik ini dengan anak-anak tidak mengubah perilaku mereka sama sekali, atau membuat mereka menjadi anak yang aktif seksual. Penelitian menunjukkan remaja yang telah menerima informasi akurat dan sesuai usia dari sumber terpercaya akan menunda aktivitas seksual dan menjadikan mereka lebih aman dan sehat. Anak-anak juga biasanya lebih puas dengan jawaban sederhana yang jelas.
Referensi:
https://tirto.id/tips-menjawab-pertanyaan-dari-mana-asalnya-bayi-pada-anak-f47Z