Sadar atau tidak, sebagai manusia kita terkadang hanya fokus kepada kesehatan fisik. Sebenarnya kesehatan fisik memiliki keterikatan dengan kesehatan pikiran dan emosi atau perasaan. Ketiganya berhubungan dan dan saling mempengaruhi. Emosi menurut KBBI adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Menurut buku Discovering Psychology, emosi adalah kondisi psikologi kompleks yang mencakup 3 komponen berbeda yaitu pengalaman subjektif, respon fisiologis, dan respon ekspresif. Secara sederhananya, emosi bisa jelaskan dengan kumpulan perasaan yang dipengaruhi banyak hal termasuk pengalaman pribadi terhadap lawan bicara (subjektif), respon tubuh, dan respon perilaku. Saat marah, kita akan secara tidak sadar mengepalkan tangan (respon tubuh), menaikkan nada suara (respon perilaku), dan lain-lain. Namun Sebagian besar orang mengasosiasikan emosi itu dengan rasa marah. Padahal jenis-jenis emosi itu beragam. Mari berkenalan dengan ragam emosi.
Ada 5 emosi dasar manusia, yaitu senang, sedih, takut, marah, dan malu. Di luar itu juga masih banyak emosi lainnya seperti kecewa, cemburu, cemas, merasa bersalah, khawatir berlebihan dan lain sebagainya. Sementara pada dunia psikologi, diketahui terdapat 10 jenis emosi yaitu; cinta, benci, takut, marah, malu, dengki, cemburu, gembira, terkejut, dan sedih. Beberapa emosi tersebut dapat dirasakan semua orang terlepas dari latar belakang dan budayanya, tapi pengalaman pribadi terhadap emosi yang dirasakan ketika mengalami suatu kejadian akan membedakannya dengan emosi yang dirasakan oleh orang lain pada situasi yang sama.
Seperti halnya pikiran, emosi manusia sangat berguna jika kita mampu mengelolanya dengan baik karena sesungguhnya emosi memiliki fungsi yang spesifik. Misalnya, saat seseorang mengalami kehilangan sesuatu yang disayangi atau dicintai, rasa sedih bisa meliputi duka, bahkan depresi jika mengalami kesedihan dalam waktu yang lama. Namun, jika seseorang bisa mengelola rasa sedih, dengan mencurahkannya pada orang terdekat, maka rasa sedih itu bisa dikelola sebelum mencapai tahap depresi. Emosi sedih membantu kita untuk merasa berduka setelah kehilangan sehingga kita mampu melepaskan atau merelakan kepergian seseorang.
Emosi marah berfungsi mengembalikan kembali batasan-batasan kita yang telah dilanggar oleh orang lain. Jika emosi marah tidak dikendalikan, maka dapat menjadi destruktif yang akan merusak diri sendiri serta orang lain. Sementara itu, emosi malu akan timbul ketika seseorang merasa telah melakukan suatu perbuatan yang tercela atau mempertaruhkan harga dirinya. Emosi malu membantu kita untuk melihat ke dalam diri dan merefleksikan perilaku kita sehingga tidak terjerumus dalam perilaku yang salah, serta memberikan ciri kepribadian yang positif dengan mencegah seseorang melakukan perbuatan yang salah.
Dalam porsi yang wajar, emosi akan bermanfaat sebagai manusia namun ketika kadar emosi menjadi berlebihan, maka manusia pun akan susah mengelolanya dan hal inilah yang akan merugikan. Mengapa demikian? Emosi yang berlebihan akan menjadi sumber stress yang akan berdampak pada fisik dan mental kita. Bahkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa orang-orang yang sering tenggelam dalam stress akan memiiki kemungkinan lebih besar untuk terdampak pada fisiknya seperti : sakit jantung, pencernaan atau asam lambung, nyeri punggung atau leher, migrain hingga masalah yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Maka dari itu, dibutuhkan kontrol diri dan pikiran kia dalam memilah dan mengelola emosi yang mengaliri diri. Biasanya seorang manusia jarang merasakan satu jenis emosi yang murni, melainkan campuran antara berbagai emosi tergantung dengan situasi yang dialami pada saat itu. Pelan-pelan kenali diri dan emosinya, mari Ayah Bunda kita belajar bersama-sama untuk mengelola emosi agar senantiasa memberi dampak positif untuk kehidupan.
Sumber :
Parenting Module (Rumah anak SIGAP, Tanoto Foundaton)
Caccioppo John T. Dyscovering Psychology “The Science of Mind”.