Ayah dan Bunda, pernah mendengar tentang PCOS, atau mungkin familiar dengan gejala-gejala seperti ganguan menstruasi, tumbuh rambut di area yang biasanya hanya dialami laki-laki seperti wajah, dada, atau punggung? Jika iya, yuk baca artikelnya sampai selesai!
PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome adalah salah satu gangguan hormonal yang sering dialami oleh perempuan. Namun, banyak dari Ayah dan Bunda yang mungkin belum terlalu memahami apa itu PCOS, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengelolanya.
Simak artikel yang disusun oleh dr. Imelda Rosmaida Siagian SpOG untuk mengetahui lebih lanjut tentang PCOS dengan cara yang mudah dipahami.
Apa Itu PCOS dan Penyebabnya?
PCOS adalah gangguan hormon yang terjadi akibat kelebihan hormon androgen (hormon maskulin) atau resistensi insulin. Insulin yang berlebih dapat memicu peningkatan hormon androgen yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor genetik dan gaya hidup, seperti kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan manis yang berlebihan, juga bisa menjadi pemicu PCOS.
Gejala Umum PCOS
PCOS dikenal dengan beberapa gejala yang bisa muncul sejak masa puber hingga dewasa. Beberapa gejala utamanya adalah:
- Gangguan Menstruasi: Siklus menstruasi yang tidak teratur, bisa memanjang hingga lebih dari 35 hari atau menstruasi yang jarang terjadi.
- Kelebihan Hormon Androgen: Tumbuhnya rambut di area yang biasanya hanya terjadi pada pria, seperti wajah, dada, atau punggung. Jerawat dan kebotakan juga bisa terjadi.
- Adanya Polycystic pada Ovarium: Melalui pemeriksaan USG, seringkali terlihat banyak polycystic atau kista kecil pada ovarium.
Bagaimana Diagnosis PCOS Dilakukan?
Untuk mendiagnosis PCOS, biasanya dokter akan melakukan anamnesis atau tanya jawab mengenai gejala yang dirasakan. Selain itu, pemeriksaan USG akan dilakukan untuk melihat apakah ada tanda-tanda polycystic pada ovarium.
Pemeriksaan Lain yang Diperlukan
Selain USG, pemeriksaan resistensi insulin seperti HOMA-IR juga bisa dilakukan untuk memastikan kondisi ini. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi metabolik tubuh.
Komplikasi yang Mungkin Timbul Akibat PCOS
PCOS dapat menyebabkan komplikasi seperti sulit hamil (infertilitas), diabetes gestasional, hipertensi saat hamil, hingga keguguran. Pada usia yang lebih tua, PCOS juga bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2, hipertensi, hingga kanker ovarium.
Bagaimana PCOS Dikelola?
PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) adalah kondisi yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya karena penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, dan faktor-faktor yang memicunya seringkali kompleks, melibatkan kombinasi genetik, hormonal, dan lingkungan. Karena tidak ada penyebab tunggal yang bisa dihilangkan, perawatan yang ada fokus pada pengelolaan gejala dan dampaknya, bukan pada penyembuhan.
Mengelola PCOS bisa dimulai dengan perubahan gaya hidup. Rutin berolahraga, mengatur pola makan, dan menghindari makanan manis dapat membantu mengurangi gejala.
Gaya hidup sehat yang diterapkan secara konsisten dapat membantu penderita PCOS untuk lepas dari kebutuhan obat-obatan. Perlu diingat, obat-obatan yang diberikan pada penderita PCOS hanya berfungsi untuk mengatasi gejala, seperti:
- Pil KB biasanya diresepkan untuk mengatasi keluhan menstruasi yang tidak teratur. Pil KB dapat membantu siklus menstruasi menjadi teratur.
- Obat penyubur atau prosedur pembedahan untuk menghilangkan kista kecil di ovarium diresepkan atau dilakukan sebagai upaya untuk program kehamilan. Upaya medis lainnya bisa berupa program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Akan tetapi, perubahan gaya hidup yang lebih sehat dan konsisten adalah cara yang paling sustainable untuk mengelola PCOS. Meskipun PCOS tidak dapat disembuhkan, dengan manajemen yang tepat, gejalanya bisa dikurangi, dan dampaknya dapat diminimalkan, memungkinkan penderita untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
Peran Obat-Obatan dalam Penanganan PCOS
Ada beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan oleh dokter untuk penanganan PCOS. Misalnya, obat seperti metformin dan inlacin dapat membantu meengurangi resistensi insulin pada penderita PCOS. Selain itu, suplemen seperti inositol, omega-3, selenium, vitamin B kompleks, dan vitamin D seringkali diresepkan untuk membantu mengatasi gejala PCOS. Lebih lanjut lagi, ada juga jenis obat yang diresepkan untuk mengurangi gejala mestruasi yang tidak teratur.
Perubahan Gaya Hidup yang Disarankan
- Rutin Berolahraga: Lakukan olahraga ringan namun konsisten, seperti jalan kaki 45 menit setiap hari.
- Menjaga Pola Makan Sehat: Hindari makanan tinggi gula dan karbohidrat, dan perbanyak sayur, buah, serta protein tanpa lemak.
- Mengonsumsi Suplemen: Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen.
- Menjaga Berat Badan Ideal: Pantau dan pastikan berat badan Bunda berada dalam berat badan ideal, artinya tidak overweight dan obesitas. Poin sebelumnya yaitu rutin berolahraga dan menjaga pola makan tetap sehat menjadi salah satu cara untuk menjaga berat badan.
- Menerapkan Pola Tidur Sehat: Pola tidur yang cukup penting untuk menjaga keseimbangan hormon tubuh, termasuk hormon yang berkaitan dengan PCOS. Dengan menjaga pola tidur yang cukup dapat membantu untuk mengurangi stres, meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat menjaga kadar gula darah tetap normal, menjaga berat badan, serta memperbaiki kesehatan reproduksi seperti ovulasi yang teratur.
Dampak PCOS pada Kesuburan dan Kehamilan
Pada penderita PCOS, ovulasi seringkali tidak terjadi yang menyebabkan kondisi tidak subur. Normalnya, setiap bulan ovarium menghasilkan satu folikel yang berkembang menjadi besar. Pada saat subur, folikel tersebut akan pecah dan mengeluarkan oosit (sel telur) yang siap dibuahi oleh sperma. Akan tetapi, kondisi PCOS, yang berikaitan erat denganresistensi insulin dan kelebihan hormon androgen akan membuat ovarium hanya menghasilkan folikel-folikel kecil dalam jumlah yang banyak. Hal ini membuat folikel tidak akan pecah dan tidak mengeluarkan oosit (sel telur) yang siap dibuahi. Dengan kata lain, penderita PCOS tidak akan menghasilkan oosit (sel telur) untuk dibuahi setiap bulannya. Kondisi ini juga disebut dengan anovulasi atau tidak adanya ovulasi.
Saran untuk Penderita PCOS yang Baru Didiagnosis
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh penderita PCOS adalah mengubah gaya hidup. Bunda bisa mengawalinya dengan mengubah pola makan dan rutin berolahraga secara bertahap dan konsisten. Perubahan gaya hidup membuat pengelolaan PCOS menjadi lebih berkelanjutan. Ayah dan Bunda juga bisa berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan arahan medis yang lebih personalized, menyesuaikan kondisi kesehatan Bunda.
Mengelola PCOS bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan pemahaman yang baik dan perubahan gaya hidup yang tepat, gejala PCOS dapat dikendalikan. Selain itu, upayakan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju gaya hidup sehat bisa membawa perubahan besar dalam pengelolaan PCOS!