Cara Tepat Melatih Kemandirian Pada Anak Sejak Dini

 

Jika berbicara mengenai kemandirian banyak sekali informasi yang kita baca mengenai bagaimana memandirikan Si Kecil. “Kok anakku manja banget, ya. Dikit-dikit bunda, sebentar-sebentar bunda..” Atau kegelisahan lainnya pada Si Kecil, “Anakku gak bisa banget deh lepas, bundanya. Gak kelihatan langsung nangis, manja deh..” Ayah dan Bunda mungkin juga sering mengutarakan ini, ya. Apakah benar jika Si Kecil tidak bisa lepas dari kedua orang tua dapat dikatakan manja serta tidak mandiri? Ayah dan Bunda kenalan dulu dengan kemandirian itu apa, yuk. Manja dan gelisah itu dua hal yang berbeda, anak yang merengek ketakutan sampai mencari Ayah dan Bunda tidak selalu maknanya manja, kita kenalan dulu ya dengan perkembangan kemandirian agar tidak salah sangka pada Si Kecil.

Mengajarkan kemandirian itu ternyata bisa dilakukan sejak bayi, loh. Si Kecil akan belajar mandiri jika ia tahu rasanya diberikan rasa aman dan percaya dari sekitarnya. Saat Si Kecil merasa hidupnya aman, ia tahu konsep percaya pada diri sendiri, yang kemudian akan membuatnya lebih dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan kemandirian lainnya atas dukungan orang tua.

Mari kita bahas kemandirian dari mulai 0 tahun sampai 12 bulan. Di usia ini Si Kecil hanya memerlukan rasa percaya. Membangun rasa percaya dengan merespon Si Kecil dengan segera saat ia lapar dan butuh pelukan. Sebenarnya, tidak ada istilah “bau tangan” dalam parenting. Karena, justru saat Si Kecil menangis selain lapar dan mengantuk, ia butuh sekali rasa aman dari sekitar, pelukan dan gendongan itu lah sumber kepercayaan bahwa dunia begitu baik padanya. Jika di usia ini tidak dipenuhi Si Kecil kelak akan sulit membangun rasa percaya dan sulit membangun komitmen dengan orang lain.

Memasuki usia 12 bulan sampai 3 tahun Si Kecil sudah mulai menunjukkan sikap mandiri seperti mampu melakukan hal sederhana sendirian, bukan? Di usia ini lah kesempatan untuk membiarkan anak makan sendiri, berjalan dan berbicara serta mengutarakan gagasanya dilakukan. Beri Si Kecil kepercayaan meskipun masih belum terlalu tepat dan sempurna. Makanannya masih berantakan, suapanya masih belum tepat ke dalam mulut, genggaman sendok dan garpunya belum kokoh, tidak mengapa Ayah dan Bunda, di saat seperti inilah justru kepercayaan yang Ayah dan Bunda berikan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri. Ayah dan Bunda tidak ingin kan anak tumbuh menjadi pribadi peragu, maka berilah kesempatan itu dengan pendampingan, nanti yang tumpah bisa dibereskan bersama, jika dilihat sedikit makannya nanti bisa ditambah lagi dengan cemilan atau temani sampai makannya selesai, ya.

Si Kecil semakin besar, memasuki usia 3 hingga 6 tahun kebutuhan kemandirianya semakin besar lagi. Si Kecil sudah lancar jalan, lancar juga bicaranya. Kebutuhan selanjutnya di usia ini adalah Si Kecil perlu diberi kepercayaan mengambil tindakan untuk dirinya sendiri. Si Kecil sudah kelihatan mengambil inisiatif untuk dirinya sendiri meski kadang belum tepat, seperti mau pakai baju yang ia ingin saja, berhari-hari tidak mau diganti. Kalau pergi sudah maunya sendiri memutuskan apa yang ia gunakan. Tindakan ini memancing Ayah dan Bunda untuk protes, “Kok dia sekarang maunya sendiri sekarang, ya!”

Tenang, Ayah dan Bunda di fase ini jangan langsung memotong pendapatnya, tapi tanyakan dulu, “Kenapa kakak maunya begitu?” Jika Si Kecil bermain keran, tanyakan, “Adek tahu cara membereskannya, kan?” Kalimat-kalimat ini memacu anak berpikir solusi dibandingkan disalahkan atas perbuatannya. Saat Si kecil memutuskan baju yang ingin digunakan adalah baju santai padahal keluarga ingin pergi ke acara resmi, sampaikan pandangan dengan bahasa yang sederhana, “Iya baju ini kakak memang suka, tapi kita mau pergi ke acara bagus, gimana kalau tidak sesuai dengan tamu lain?” Diskusi ini akan memberikan stimulus kepada anak untuk berpikir lagi namun tidak menyudutkan. Di sinilah kemandirian berpikir anak dibangun ya Ayah dan Bunda. Mandiri tidak hanya sekedar anak melakukan apa-apa sendiri, di balik kemandirian ada pondasi kepercayaan terlebih dulu. Jika rasa percaya ada, maka Si Kecil percaya diri untuk melakulan banyak hal sendiri.

Sumber :

Feist, Jess, Feist, Gregory J.. (2010). Teori Kepribadian (Theories of Personality) / Jess Feist, Gregory J. Feist-Buku 1 . Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin.. (2009). Human development (11). : McGraw-Hill,.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.