Sebetulnya sejak dulu teknologi yang baru datang akan selalu menimbulkan rasa khawatir terhadap masyarakat. Ingatkan Ayah dan Bunda saat kita kecil dulu orang tua melarang kita untuk terlalu banyak menonton televisi. Penggunaan televisi dibatasi, ada rasa khawatir anak akan kecanduan tayangan televisi, tentu saja orang tua kita dulu membandingkan dengan zamannya dimana anak-anak hanya bermain di tanah lapang dengan suka cita.
Zaman bergulir, kekhawatiran terhadap televisi tergeser dengan hadirnya gadget berupa handphone yang aksesnya sangat luas dan tak terbatas. Tanpa disadari kita sebagai orang tua juga memiliki rasa khawatir yang sama seperti orang tua kita dulu, bedanya pada objek yang dikhawatirkannya.
Lalu apakah gadget saat ini juga dianggap barang yang mesti dijauhi? Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu, itulah pesan Ali Bin Abi Thalib yang paling fenomenal.
Zaman berganti, kebutuhan berubah kita tidak bisa membawa konsep belajar dan pengasuhan masa kecil kita kepada anak-anak kita saat ini. Sekuat tenaga kita menjauhkan anak dari teknologi anak akan tumbuh besar bukan bayi lagi yang bisa kita timang dan kita atur kehidupannya.
Namun kita juga tidak bisa membebaskan Si Kecil menggunakan tanpa aturan dari kita orangtuanya. Anak tetap memerlukan panduan, mana baik, mana buruk, faktor resiko dan mengenalkan kelebihan dan kekurangan dari pilihannya. Untuk itu, sebelum memberikan akses teknologi orangtua juga mesti mengerti hal-hal berikut sebagai panduan mendidik anak dengan teknologi. Berikut hal krusial yang mesti orang tua ketahui.
Pertama, orangtua harus mengenal dirinya sendiri. Saat menjadi orangtua kita belajar untuk mengenal anak dan pasangan, namun sebelum itu kita semestinya tahu diri sendiri seperti apa, seperti bagaimana kita memposisikan diri kita di dalam perkembangan teknologi ini. Apa kaitan ini dengan teknologi? Begini, pernahkah kita merasa mumet sekali dengan perkembangan sosial media saat ini? Tiktok, aplikasi apa itu? Bahkan saat kita perlu meraba istilah – istilah seperti bucin, mager, friendzone dan berbagai istilah lainnya.
Reaksi kita saat mendengar kata-kata asing itu mungkin akan, “Anak muda sekarang kok ada-ada saja, sih!” Eh, tunggu dulu, ingat gak kita pernah punya kata-kata ini ; bokis, bokin, doski?
Kita juga tidak bisa memaksa diri kita untuk berbaur dengan bahasa anak muda saat ini dan generasi ke depan karena generasi kita juga sudah punya kisahnya sendiri. Namun, sebagai orangtua kita punya tanggung jawab moril untuk tetap keep in touch dengan anak-anak kita, sehingga di dunia yang serba terbuka ini kita tetap hadir membersamai anak-anak bertumbuh, anak tidak terbang mengarung tanpa batas ini sendirian.
Kedua, kenali anak. Kenali usia anak, kenali kebutuhan anak. Sebelum memberikan anak akses menggunakan gadget, pahami kelebihan dan kelemahan dari gadget, aplikasi yang diperlukan anak dari sisi orangtua dan sisi anak.
Terapkan disiplin waktu. Berdasarkan referensi dari American Academy of Pediatrics, anak usia 0-2 tahun belum perlu diperkenalkan oleh gadget karena stimulus yang diperlukan adalah stimulus sensorik yang langsung bersentuhan dengan inderanya. Memegang, menggenggam, menginjak, meraba, dan bentuk interaksi langsung lainnya.
Sementara untuk anak usia lebih dari dua tahun waktu optimal adalah 1 – 2 jam per hari dengan program berkualitas dan pengawasan orangtua. Anak usia 6 tahun ke atas boleh bermain gadget, tapi dengan waktu yang sudah disepakati bersama orang tua, misalnya hanya pada akhir pekan atau maksimal 2 jam per hari atau diberikan hari tertentu untuk screen time mengingat usia 3-6 tahun sudah memasuki usia sekolah. Satu hal yang penting adalah mengimbangi penggunaan media digital dan interaksi di dunia nyata.
Selamat mendampingi anak bertumbuh dengan zamannya, ya Ayah dan Bunda.
Referensi :
Alodokter.com. Berapa Jam Waktu Ideal Anak Gunakan Gadget Setiap Hari. https://www.alodokter.com/berapa-jam-waktu-ideal-anak-gunakan-gadget-setiap-hari (6 November 2021)