Hati-hati, Pilih Kasih Berikan Dampak Buruk Bagi Anak

 
Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda perlu lebih adil, objektif, tidak membanding-bandingkan Buah Hati, agar tidak muncul kesan pilih kasih itu.

Sepanjang hidup Si Kecil, kasih sayang dan perhatian dari Ayah Bunda adalah hal yang mereka butuhkan. Dukungan dan dorongan yang diberikan akan menjadi motivasi bagi mereka, agar menjadi sosok yang lebih baik lagi. Namun, tak bisa dipungkiri terkadang sikap pilih kasih bisa muncul dalam keluarga.

Ada beberapa alasan mengapa Ayah dan Bunda bersikap seperti itu, mulai dari karena salah satu Buah Hati di rumah memiliki penyakit, lebih pintar dari yang lainnya, anak bungsu, dan lain sebagainya. Seorang psikolog klinis bernama Dr. Carla Marie Manly menyebut, terkadang orang tua tidak sadar telah memperlakukan anaknya secara tidak adil. Lebih buruknya, sikap pilih kasih terhadap satu orang anak ini ternyata mampu menciptakan lingkungan yang toxic dan berdampak buruk.

Apa saja dampak buruk pilih kasih?

  1. Kurangnya motivasi hingga depresi
    Bagi Buah Hati yang merasa tidak diperhatikan oleh Ayah dan Bundanya, ia akan minim motivasi, bahkan berpotensi depresi. Seorang konselor profesional, Yelena Gidenko, mengatakan anak yang tidak disukai oleh orang tuanya akan cenderung merasa tidak mendapat dukungan dalam hal apa pun. Akibatnya, ia selalu merasa kalah atau bahkan tidak termotivasi menjalankan hidup.
  2. Kepercayaan diri rendah
    Selain tidak mendapat perhatian dari Ayah dan Bundanya, biasanya Buah Hati juga jarang mendapatkan pengakuan (validasi). Karena itu, mereka akan selalu membandingkan diri, berpandangan negatif terhadap diri sendiri, bahkan kepercayaan dirinya rendah. Pada akhirnya, anaktidak akan pernah merasa dirinya cukup baik dan berharga. Seorang penulis di bidang health and wellness, Kristine Fellizar, menyebut Si Kecil yang tidak disukai biasanya akan membandingkan dirinya sampai tahap yang sangat parah. Ia akan terus merasa harus sempurna agar dicintai dan dipedulikan. Ini menjadi alasan mengapa ia akan terus membandingkan dirinya dengan orang lain atau khususnya dengan saudaranya sendiri, karena merasa dirinya tidak memiliki nilai dan tidak berharga.
  3. Tertutup dan selalu mengalah
    Karena terbiasa dinomor duakan, seterusnya mereka akan memiliki kecenderungan untuk selalu mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain di atas diri sendiri. Mereka akan stres dan berpikir bahwa kebutuhannya tidak sepenting orang lain. Dalam jangka panjang, mereka bisa menjadi sangat tertutup, selalu mengalah dan menganggap dirinya tidak penting.
  4. Memunculkan persaingan antar saudara
    Bagi Si Kecil yang tidak mendapatkan perhatian akibat pilih kasih dari orang tuanya, mereka akan mengalami masalah terkait stres dan harga diri. Saat harga diri anak sudah rusak, masalah lain akan bermunculan. Salah satunya yang harus diantisipasi adalah persaingan yang tidak perlu dan tidak sehat hingga saling menjatuhkan antar saudara, alih-alih mendukung satu sama lain. Dampak paling buruknya, Buah Hati yang cemburu bahkan bisa mencoba menyakiti maupun melukai saudaranya yang lain.
  5. Hubungan yang tidak harmonis dengan Ayah Bunda
    Meski kebanyakan orang tua tidak mengakui mereka menerapkan sikap pilih kasih dalam keluarga, sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Family Psychology menemukan fakta bahwa 74% Bunda dan 70% Ayah ternyata memiliki ‘anak emas’. Bahkan meski Ayah dan Bunda mengaku tidak menunjukkannya di depan anak, tetapi saudaranya yang lain dapat merasakannya. Ketika hal ini terjadi, Si Kecil yang merasa tersisihkan akan menujukkan penolakan, terutama saat beranjak remaja yang penuh dengan dinamika. Hubungan antara orang tua dan anak akan renggang, tidak harmonis dan muncul perbedaan pendapat, yang mana Buah Hati akan tampak lebih sulit diatur, bahkan mungkin lebih memilih dengan temannya dibandingkan keluarga sendiri.
  6. Bersikap terlalu manja
    Selain berdampak bagi Si Kecil yang tersisihkan, bagi Buah Hati yang disukai pun juga memiliki pengaruh buruk. Biasanya, mereka akan menjadi sosok yang manja, menunjukkan emosi yang tidak perlu, terlalu banyak menuntut dan perilaku keras kepala sejak kecil. Selain itu, Si Kecil yang menjadi ‘anak emas’ ini juga kerap merasa superior, bahkan merasa mampu melanggar aturan yang ada. Dalam skala sosial, kondisi ini akan membawa masalah di masa depan.

Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda perlu lebih adil, objektif, tidak membanding-bandingkan Buah Hati, serta mengendalikan stres agar tidak muncul kesan pilih kasih itu. Komunikasi yang baik dalam keluarga dibutuhkan untuk menghindari kondisi semacam ini.

Sumber:
https://www.anakku.id/artikel/detil/ketika-orang-tua-pilih-kasih-pada-anak
https://www.halodoc.com/artikel/pilih-kasih-pada-anak-apa-dampak-psikologisnya
https://www.idntimes.com/life/family/nisa-meisa-zarawaki/dampak-negatif-orangtua-yang-pilih-kasih-c1c2?page=all

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.