Pasti Ayah dan Bunda sudah tidak asing lagi mendengar kata diabetes, atau sering dikenal dengan nama penyakit gula. Rupanya, menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) 2021, Indonesia menempati posisi kelima dengan penderita diabetes tertinggi di dunia. Maka dari itu, setiap tanggal 18 April diperingati sebagai hari Diabetes Nasional. Harapannya, peringatan ini menjadi media untuk menyadarkan masyarakat agar mawas diri dalam mengkonsumsi gula di dalam kesehariannya. Sebab diabetes adalah ‘gerbang” beragam penyakit-penyakit metabolis lainnya seperti stroke, jantung, infeksi kaki, kerusakan kulit hingga mengakibatkan amputasi, gagal ginjal dan juga disfungsi seksual.
Untuk saling berwaspada terhadap bahaya diabetes, tim penulis SIGAP mewawancarai Dokter Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K seorang dokter gizi klinis yang praktek di beberapa rumah sakit swasta di Jakarta dan Tangerang.
Hallo Dokter Yohan, belakangan ini sedang banyak digalakkan pencegahan diabetes pada anak, apakah anak dan dewasa itu resiko terkena diabetesnya sama ya dok?
Pada dasarnya risiko terkena diabetes pada dewasa lebih tinggi daripada anak, bahkan sering disebut penyakitnya orang tua. Tentunya yang kita bicarakan disini adalah Diabetes Melitus (DM)tipe 2 yang merupakan dampak obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat dalam jangka panjang. Namun akhir-akhir ini, kasus DM Tipe 2 ini meningkat di kalangan anak-anak, data di Amerika Serikat menunjukkan dari semua anak dan remaja yang terdiagnosis DM (baik Tipe 1 maupun Tipe 2, 20% diantaranya adalah yang Tipe 2, sedangkan 10 tahun lalu hanya tercatat 5% saja.
Bolehkah dijelaskan kah Dok, sebenarnya penyebab utama diabetes itu apa? Apakah makan terlalu banyak manis-manis?
Diabetes adalah ketidakmampuan tubuh untuk memasukkan gula di darah ke dalam sel target karena adanya kerusakan reseptor insulin ataupun kerusakan pankreas sehingga tidak dapat secara optimal memproduksi insulin. Diabetes dibagi atas beberapa tipe, dengan yang umum adalah Tipe 1 dan Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1) terjadi karena sejak dari lahir pankreas tidak dapat memproduksi insulin, penyebabnya tidak diketahui tapi diduga berkaitan dengan genetik dan autoimun.
Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) terjadi lebih karena kondisi gaya hidup yang tidak sehat, salah satunya ya karena obesitas ditambah kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis-manis. Jika sudah ada turunan dari orang tua, maka anak menjadi lebih rentan terkena. Sebagai tambahan informasi, dilansir dari laman Kemenkes, autoimun adalah suatu kondisi atau penyakit yang mana sistem kekebalan tubuh manusia menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Autoimun dapat mengakibatkan kegagalan sistem imun melawan infeksi atau organisme asing. Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang memiliki gejala serupa yaitu nyeri otot, kelelahan dan demam.
Dokter, bolehkah kami diinformasikan mengenai gejala Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2 pada dewasa?
Masalahnya, Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) baru akan bergejala jika penyakitnya sudah berjalan lama, misalnya jadi lebih cepat capek, gampang lapar, sering haus dan buang air kecil. Jika tidak tertangani dengan baik, DMT2 akan berkomplikasi menjadi gangguan penglihatan, penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, stroke dan kerusakan pembuluh darah kaki sehingga mudah luka dan infeksi bahkan harus diamputasi. Namun jika masih awal, gejalanya tidak ada yang khas, sehingga disebut sebagai salah satu silent disease atau penyakit yang diam-diam menimbulkan kerusakan di tubuh kita.
Lalu Dokter, jika sudah divonis Diabetes, apakah kita dapat sembuh?
Untuk yang baru saja terdiagnosis DMT2, apalagi jika usianya relative muda, masih dapat sembuh (reversible) dengan catatan langsung mengatur pola makan dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, tentunya juga menurunkan berat badan jika memang memiliki riwayat kelebihan berat badan. Tentu saja tetap harus dievaluasi setiap 2-3 bulan, untuk mempertimbangkan apakah obat yang diberikan sudah dapat dikurangi atau dihentikan oleh dokter.
Bagaimanakah cara pencegahannya ya Dok agar kami para Ayah Bunda ini tidak terkena Diabetes?
Karena faktor risikonya seperti yang dijelaskan tadi, tentu cara mencegahnya adalah dengan selalu menjaga berat badan ideal dan membatasi jenis-jenis makanan/minuman yang tinggi gula dan juga yang berupa karbohidrat simple seperti makanan tepung-tepungan terlalu banyak atau terlalu sering. Berikut adalah contoh daftar makanan dan minuman yang harus dibatasi ya : minuman kemasan, minuman bersoda, minuman manis seperti es buah, es campur, es krim, teh boba, produk roti-rotian ala bakery dan pastry, permen, fast food (makanan cepat saji), gorengan, jajanan pasar, kerupuk dan keripik, mie serta pasta. Bijaklah dalam memilih makanan dan menentukan posisinya.
Hal-hal lain yang tidak kalah penting dalam proses pencegahannya adalah membiasakan untuk olahraga rutin, makan dengan jadwal teratur dan tidak begadang juga beberapa cara untuk mencegah terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 atau DMT2 karena ketiga hal tersebut berperan penting dalam meregulasi insulin di dalam tubuh kita.
Meskipun Diabetes Melitus tidak terlihat kehadirannya, maka dari itu, jangan sering-sering mengundangnya melalui pilihan makanan Ayah & Bunda. Pastikan kadar gula Ayah & Bunda untuk stabil dibawah 200 mg/dL. Meskipun kondisi gula berubah-ubah, pola hidup sehat dapat menjadi sebuah acuan untuk melakukan pencegahan terhadap beragam penyakit, salah satunya diabetes.