Jangan – Jangan Kamu Toxic Parents?

 

Bukan hanya bisa ular yang memiliki racun, menjadi orang tua juga ada istilah orang tua beracun yang dikenal dengan istilah toxic parents. Pertama kali mendengar mungkin bertanya-tanya, orang tua yang selama ini erat dengan mulia, apakah ada yang jahat juga, ya? Sebetulnya kata racun tidak berarti jahat, semua orang tua punya niat yang baik untuk anaknya. Hanya saja, kadangkala niat yang baik tidak cukup tersampaikan dengan cara yang tepat juga. Di sinilah terjadi benturan antara anak dan orang tua. Orang tua merasa yang dilakukannya benar dan anak merasa yang dilakukan orang tua salah. Agar tidak salah jalan, berikut ciri toxic parents yang mesti kita hindari, ya, Ayah dan Bunda.

Ciri pertama toxic parents adalah berpusat pada diri sendiri. Misal ketika anak sedang sedih, sedang marah, atau situasi dengan lingkungan rumah tidak menyenangkan orang tua dengan toxic parents akan berpusat pada kondisi dirinya dibanding orang lain. Sebelum bertanya bagaimana perasaan orang lain justru pertanyaannya adalah, “Bagaimana dengan saya, atau perasaan saya gimana?” Pusat perhatian orang tua adalah bagaimana dirinya. Memang baik sekali memperhatikan perasaan diri sendiri, tapi juga jangan lupa memperhatikan perasaan anak dan menerima apa yang dirasakan oleh anak.

Ciri kedua adalah melakukan kekerasan fisik dan juga perkataan yang kasar serta menyakiti. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa itu adalah bentuk kedisiplinan, anak yang tidak diperlakukan dengan tegas dan keras akan menjadi anak yang lemah dan kurang tempaan. Faktanya, sikap seperti ini ke anak akan memberikan rasa trauma yang sangat dalam. Anak mungkin tetap akan taat kepada orang tuanya, tapi saat anak dewasa, ketika ia sudah dapat memutuskan sikap dan melepaskan diri dari orang tua maka ia akan berontak.

Ciri ketiga adalah mengontrol seluruh perilaku anak dengan sangat kuat. Pada dasarnya manusia memiliki batasan personal dirinya dan orang lain meskipun ia adalah anak yang lahir dari rahim Bunda. Ada batasan emosi dan fisik, dimana Ayah dan Bunda mesti menghargainya. Sejak dini Si Kecil mesti diberikan ruang emosi yang tepat, jika ia butuh sendiri berikan waktu bermain sendiri. Jika ia sedang kesal, berikan juga kesempatan untuk menyampaikannya, rasa kesal identik dengan perasaan negatif yang timbul dari ketidaknyamanan. Tidak selalu Ayah dan Bunda perlu terlibat penuh dalam hidup anak. Bagaimanapun juga Ayah Bunda dan anak adalah pribadi yang berbeda.

Ketiga ciri ini adalah indikasi kuat perilaku orang tua yang memberikan dampak buruk bagi perkembangan psikologis anak. Mungkin selama ini Ayah dan Bunda merasakan hal demikian, tidak ada kata terlambat, segeralah memperbaiki kontrol diri dalam mengasuh dan membesarkan buah hati. Anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan sikap demikian maka akan tumbuh dengan keyakinan diri yang rendah, sulit percaya pada orang dan hubungan, dan bahkan lebih buruknya tanpa sadar anak akan melakukan hal yang sama pada anak-anaknya saat ia menjadi orang tua.

Referensi :

Healthline.com. Understanding and Dealing with Toxic Parents and Co-Parents. https://www.healthline.com/health/parenting/toxic-parents#What-are-the-effects-of-toxic-parents?

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.