
Ayah dan Bunda, pernah nggak secara refleks bilang “Jangan nangis” ke si Kecil?
Kedengarannya memang sederhana, tapi kalimat ini ternyata bisa berdampak besar pada tumbuh kembang emosinya, lho. Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Efek Melarang si Kecil Menangis
Kadang, kita berpikir ini adalah larangan yang wajar dan tidak berdampak pada tumbuh kembangnya. Padahal, pengaruhnya bisa cukup besar pada si Kecil, di antaranya:
- Merasa Disepelekan
Saat si Kecil menangis lalu dimarahi atau diabaikan, anak bisa merasa perasaannya tidak penting. Padahal, semua emosi layak diberi perhatian oleh orang tua.
- Kepercayaan Diri Menurun
Melarang si Kecil mengekspresikan perasaan bisa membuatnya takut untuk minta bantuan dan merasa lemah. Ini bisa mengganggu kepercayaan dirinya dalam jangka panjang.
- Menganggap Emosi Itu Salah
Anak yang sering dilarang menangis bisa menganggap bahwa perasaan sedih atau kecewa itu salah. Ia jadi terbiasa memendam emosi dan berpura-pura baik-baik saja.
- Sulit Berempati
Anak yang tidak diberi ruang untuk mengekspresikan emosi bisa tumbuh jadi pribadi yang sulit memahami perasaan orang lain.
- Rentan Stres dan Cemas
Menahan tangis bukan berarti masalahnya selesai. Si Kecil justru bisa merasa makin tertekan karena emosinya tidak tersalurkan.
- Berubah Menjadi Ekspresi Emosi yang Tidak Sehat
Karena tak bisa menangis, si Kecil bisa melampiaskan emosinya lewat cara yang tidak sehat, seperti marah-marah atau bersikap agresif.
- Sulit Mengatasi Masalah
Menangis sering jadi cara si Kecil melepaskan perasaan frustrasi. Jika dilarang, ia bisa kesulitan mengelola emosi saat menghadapi tantangan.
Sebenarnya, Menangis Juga Punya Manfaat, lho!
Menangis bukan cuma soal emosi, tapi juga bagian dari proses tubuh untuk kembali seimbang.
Saat menangis, tubuh anak melepaskan hormon stres dan zat-zat sisa lewat air mata. Nggak cuma itu, air mata juga membantu membersihkan mata dari debu dan kotoran kecil yang bisa menyebabkan infeksi.
Jika si Kecil menahan tangis, hormon-hormon, seperti kortisol dan adrenalin bisa menumpuk. Ini bisa bikin jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, bahkan dada terasa sesak. Itulah kenapa anak kadang jadi sulit bernapas setelah dipaksa menahan tangis.
Terlalu sering menahan tangis justru bikin stres menumpuk. Jadi, memberi ruang untuk si Kecil menangis sebenarnya adalah bentuk dukungan yang sangat sehat, baik untuk tubuh maupun perasaannya.
Apa yang Sebaiknya Dilakukan saat si Kecil Menangis?
- Peluk, Bukan Marah: Tangisan si Kecil adalah sinyal, bukan masalah. Dekati, beri pelukan atau usapan lembut agar ia merasa aman dan nyaman.
- Ajak Bercerita: Setelah tenang, bantu anak kenali emosinya. Tanyakan: “Adik kenapa sedih/kesal?” Ini akan membantunya belajar mengungkapkan perasaan.
- Tetap Tenang saat Anak Tantrum: Jangan bereaksi berlebihan saat si Kecil menangis di tempat umum. Bawa ke tempat sepi dan tenangkan tanpa marah atau membentak.
- Tawarkan Pilihan: Alihkan keinginan yang tidak bisa dipenuhi dengan pilihan lain: “Nggak boleh es krim malam-malam, tapi ada buah apel kesukaan kamu atau anggur yang manis. Adik mau yang mana?”
- Arahkan Emosi Lewat Aktivitas: Gambar, nyanyi, atau olahraga bisa bantu anak menyalurkan emosinya. Cari tahu aktivitas yang ia sukai untuk jadi “pelampiasan” emosinya secara sehat.
- Bantu si Kecil Lebih Percaya Diri: Tangisan bisa jadi sinyal rasa tidak percaya diri. Dampingi saat ia bermain dengan teman, bantu kenalkan dan beri semangat.
- Apresiasi Usahanya: Saat anak berhasil mengungkapkan perasaan tanpa menangis, beri pujian: “Terima kasih sudah cerita ke Bunda, ya.”
Menangis Bukan Berarti Lemah
Ingat, ya, Ayah dan Bunda! Tangisan bukanlah tanda kelemahan, melainkan cara si Kecil mengungkapkan perasaan dan meredakan stres. Daripada melarang, lebih baik dampingi dan bantu anak mengenali serta menyalurkan emosinya dengan cara yang sehat. Dengan begitu, anak akan tumbuh lebih percaya diri, empatik, dan mampu mengelola emosinya dengan baik di masa depan.
Yuk, mulai biasakan memberi ruang aman untuk emosi si Kecil. Karena dengan memahami tangisannya, kita juga sedang membantunya tumbuh jadi pribadi yang sehat secara emosional.
Referensi:
https://hellosehat.com/parenting/anak-1-sampai-5-tahun/perkembangan-balita/menghadapi-anak-cengeng