Kenali Keterlambatan Bicara dan Bahasa pada Si Kecil

 
Si Kecil dianggap memiliki keterlambatan bicara jika perkembangan bicara anak secara signifikan dibawah standar untuk anak normal.

Beberapa orang tua merasa keterlambatan bicara adalah sesuatu yang mengerikan. Apakah keterlambatan bicara itu berbahaya dan fatal terhadap perkembangan Si Kecil? Faktanya, keterlambatan bicara cukup sering dialami oleh sebagian anak dan relatif tidak berbahaya. Si Kecil dianggap memiliki keterlambatan bicara jika perkembangan bicara anak secara signifikan dibawah standar untuk anak normal dengan usia yang sama.

Keterlambatan itu sendiri memiliki 2 (dua) aspek yaitu terlambat pada perkembangan bicara dan bahasa, bila dibandingkan dengan anak lain yang seusia, jenis kelamin, adat, dan kecerdasan. Aspek lainnya adalah terdapat kesenjangan antara potensi Si Kecil untuk bicara dengan penampilan anak yang kita observasi.

Agar Bunda mengetahui apakah Si Kecil terlambat bicara, mungkin perlu mengetahui apa saja tahap perkembangannya.

  • Usia 0-2 tahun
    Ketika Si Kecil baru terlahir ke dunia, yang bisa dilakukannya adalah menangis. Lambat laun, Si Kecil akan mulai merespon saat kita panggil sambil babbling. Pada usia 9 bulan, Si Kecil sudah dapat mengerti kata-kata umum seperti ma-ma, pa-pa, da-da.
    Menginjak usia 1 tahun, anak akan mulai mengikuti perintah verbal seperti mengatakan kata pertama, kemudian mulai menunjukkan anggota tubuh sambil belajar kosa kata baru secara perlahan. Barulah pada usia 2 tahun-an, Si Kecil sudah mengerti kalimat dan akan belajar kata-kata dengan cepat.
  • Usia 2-5 tahun
    Usia ke-3, Si Kecil telah mampu menjawab pertanyaan dan mengikuti perintah 2 tingkat. Bahkan 50% perkataannya sudah dapat dimengerti, lho! Dan akan berkembang pesat pada usia ke-4 Si Kecil mulai bertanya dengan pertanyaan “mengapa” dan ucapannya 75% dapat dimengerti.
    Di usianya yang ke-5, ucapan orang lain akan dimengerti secara lebih luas sesuai perkembangan kognitif. Si Kecil sudah dapat bercerita dan membuat kalimat dengan benar.

Adapun tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah tidak mengoceh, menunjuk, dan gerakannya terbatas pada usia 12 bulan. Tidak menoleh saat dipanggil namanya, serta tidak dapat menyebutkan 3 jenis benda berbeda pada usia 15 bulan. Tidak berjalan lurus dan tidak bisa mengucapkan kata sederhana seperti “mama, dada, papa” pada usia 18 bulan.

Selain itu, tanda-tanda bahwa Si Kecil harus segera diperiksa adanya gangguan bicara dan bahasa adalah ketika saat usia 2 tahun Si Kecil tidak dapat menunjuk gambar atau anggota tubuh yang disebutkan, tidak dapat menyebutkan 25 jenis kata. Apabila usia 2,5 tahun Si Kecil tidak merespon baik verbal atau tidak menggelengkan kepala jika ditanya, tidak bisa menyebutkan dua kata yang merupakan frase. Serta pada usia 3 tahun tidak mengerti preposisi dan kata kerja, tidak dapat berbicara minimal 200 kata, dan tidak dapat mengulangi perkataan sebagai pernyataan.

Melihat pentingnya mengenal tanda-tanda keterlambatan bicara pada Si Kecil, Tanoto Foundation melalui Komunitas SIGAP menggelar kegiatan sosialisasi bagi Ayah dan Bunda agar lebih memahami mengenai topik tersebut. Komunitas SIGAP mengadakan Temu Komunitas SIGAP yang diadakan di TK Negeri Duren Sawit 01 dan telah dihadiri lebih dari 40 Bunda dan Si Kecil. Pada Temu Komunitas kali ini Tim SIGAP mengusung tema “Kenali Keterlambatan Bicara pada Anak Usia Dini”.

Adapun beberapa tips dan informasi yang pernah diberikan yaitu tentang pentingnya imunisasi. Pada tema ini terdapat poin-poin penting antara lain, manfaat imunisasi, meluruskan isu-isu hoax seputar imunisasi, serta penjelasan imunisasi dan siapa saja yang mengawasi program imunisasi. Tidak hanya itu, ada juga informasi mengenai penyebab dan gejala-gejala ketika Si Kecil mengalami perut kembung, rekomendasi mainan edukasi untuk Si Kecil usia 3 Tahun. Berbagai unggahan informasi seperti resep es krim pisang, himbauan untuk berhenti merokok, manfaat buah naga untuk bayi, dan lain-lain.

Temu Komunitas SIGAP terbukti telah menjadi ajang berkumpul dan saling kenal satu sama lain, menjalin silaturahmi antara fasilitator, dan partisipan. Temu Komunitas SIGAP juga diharapkan mampu menjadi wadah sumber informasi dan diskusi bagi Ayah dan Bunda.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.