
Menyusui adalah momen istimewa antara Bunda dan Si Kecil. Namun, tidak sedikit ibu menyusui yang merasakan perasaan sedih, cemas, atau bahkan putus asa. Kondisi ini sering kali membuat Ayah dan Bunda bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan perasaan ini? Yuk, kita bahas penyebab dan solusinya!
Perubahan Hormon Saat Menyusui
Saat menyusui, tubuh Bunda mengalami berbagai perubahan hormon yang memengaruhi suasana hati. Salah satu hormon yang berperan adalah dopamin, yang menurun drastis saat ASI keluar (let-down reflex). Penurunan ini dapat menyebabkan kondisi yang disebut Dysphoric Milk Ejection Reflex (D-MER).
Apa itu D-MER?
D-MER adalah kondisi di mana Bunda merasakan emosi negatif, seperti sedih, cemas, atau putus asa, tepat sebelum ASI keluar. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan kadar dopamin secara tiba-tiba, yang merupakan bagian alami dari proses refleks keluarnya ASI.
Perasaan ini biasanya berlangsung selama beberapa menit dan dapat bervariasi intensitasnya pada setiap ibu, mulai dari rasa tidak nyaman ringan hingga perasaan putus asa yang berat.
Bagaimana Mengatasi D-MER?
- Kenali Gejala: Penting bagi ibu untuk memahami bahwa perasaan ini bersifat sementara dan terkait dengan perubahan hormon, bukan karena kesalahan pribadi.
- Teknik Relaksasi: Cobalah teknik pernapasan dalam atau meditasi untuk membantu mengelola perasaan negatif saat D-MER terjadi.
- Dukungan dari Keluarga: Ayah dan keluarga dapat membantu memberikan dukungan emosional dan fisik selama proses menyusui untuk meringankan beban ibu.
Perubahan Hormon dan Dampaknya Pada Ibu Menyusui
Setelah melahirkan, tubuh Bunda mengalami perubahan hormon yang signifikan, terutama penurunan kadar estrogen dan progesteron. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi fisik tetapi juga kesejahteraan emosional. Estrogen berperan dalam meningkatkan serotonin, zat kimia yang membantu menjaga kestabilan suasana hati, sedangkan progesteron berkontribusi dalam menciptakan efek menenangkan.
Ketika kadar kedua hormon ini menurun, ibu menyusui mungkin merasakan perubahan suasana hati yang drastis, mulai dari mudah tersinggung, cemas, hingga merasa lebih emosional. Selain itu, hormon prolaktin—yang meningkat selama menyusui—bisa menyebabkan kelelahan, sementara oksitosin yang dilepaskan saat menyusui dapat memicu perasaan tenang atau, dalam beberapa kasus, justru memicu respons emosional yang beragam, termasuk Dysphoric Milk Ejection Reflex (D-MER).
Memahami bahwa perubahan ini bersifat biologis dan umum terjadi dapat membantu Bunda dan keluarga lebih siap menghadapi tantangan di masa menyusui.
Efek Baby Blues
Baby blues adalah kondisi yang dialami oleh 70-80% ibu setelah melahirkan. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa minggu dan ditandai dengan:
- Mood swings yang tiba-tiba.
- Perasaan cemas dan mudah menangis.
- Rasa lelah yang berlebihan.
Baby blues bisa menjadi salah satu alasan utama mengapa ibu menyusui merasa sedih. Jika tidak segera diatasi, baby blues dapat berkembang menjadi depresi pascamelahirkan, yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut.
Tantangan Dalam Menyusui
Menyusui bukan hanya soal memberikan ASI, tetapi juga melibatkan banyak tantangan fisik dan emosional, seperti:
- Rasa Sakit: Puting yang lecet atau sakit saat menyusui bisa menjadi sumber stres.
- Kelelahan: Ibu menyusui sering merasa kelelahan akibat kurang tidur dan menyusui di malam hari.
- Kurangnya Dukungan: Tidak semua ibu mendapatkan dukungan dari pasangan atau keluarga, yang membuat mereka merasa sendirian dalam perjuangan menyusui.
Kombinasi dari semua faktor ini dapat memperburuk perasaan sedih saat menyusui.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika Ayah dan Bunda mendapati ibu menyusui merasa sedih, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu:
Kenali dan Pahami D-MER: Jika Bunda mengalami perasaan negatif saat menyusui, cobalah untuk mengenali pola dan durasinya. Konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi untuk mendapatkan dukungan.
Dukungan Emosional: Ayah dapat membantu dengan memberikan perhatian lebih, seperti mendengarkan keluhan Bunda atau membantu mengurus Si Kecil.
Istirahat yang Cukup: Agar Bunda dapat beristirahat dengan cukup, Ayah dan Bunda bisa mengatur pembagian tugas. Misalnya, di malam hari Ayah mendapat tugas untuk menjaga si Kecil agar Bunda dapat tidur dengan cukup.
Bergabung dengan Komunitas: Komunitas ibu menyusui dapat memberikan rasa kebersamaan dan dukungan emosional yang besar.
Konsultasi Profesional: Jika perasaan sedih berlangsung lebih dari beberapa minggu atau terasa semakin berat, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.
Perasaan sedih saat menyusui adalah hal yang umum dan sering kali dipengaruhi oleh perubahan hormon, baby blues, atau tantangan dalam menyusui. Dengan dukungan yang tepat dari Ayah dan keluarga, Bunda dapat melalui fase ini dengan lebih baik. Jangan lupa, menyusui adalah perjalanan yang penuh perjuangan, tetapi juga penuh cinta dan kasih sayang.
Referensi: