Agar tidak jadi berubah kesal, mari berkenalan dengan ciri perkembangan berpikir atau biasa disebut kognitif yang terjadi di usia 3 hingga 4 tahun. Jika Ayah dan Bunda sering membacakan si Kecil cerita, jangan kaget jika ia melontarkan komentar pada ceritanya. Rasa ingin tahu di usia ini memang tinggi dan si Kecil pun belum benar-benar dapat menyaring apakah pertanyaannya layak ditanyakan atau tidak karena ragam pertanyaannya hanyalah cerminan bagaimana si Kecil dipenuhi wawasan-wawasan baru yang ingin diketahuinya. Sebagai orangtua yang menjadi sumber pengetahuan baginya, Ayah & Bunda tetap sediakan jawaban yang sebaik-baiknya. Bahkan kalau mau semakin menarik, sajikan mereka kisah-kisah petualangan yang berisi teka-teki & ketegangan yang sesuai usianya agar memacu proses berpikir, rasa ingin tahu serta nalarnya.
Setelah membacakan buku atau menceritakan kisah seru, Ayah dan Bunda mungkin akan menyaksikan juga bagaimana anak bermain pura-pura atau pretending play. Kadang berpura-pura jadi Ayah yang berangkat ke kantor atau jadi Bunda dengan menyuapi boneka sebagai adik bayi. Bisa juga menjadi si Kancil sesuai dengan kisah yang sudah selesai dibacakan oleh Ayah dan Bunda. Kalau permainan si Kecil seperti itu artinya yang dilakukan si Kecil sudah sesuai dengan perkembangan kognitif seusianya. Ketika bertemu mobil-mobilan akan menirukan, “Bum bum bum..” Saat bertemu mainan pesawat akan menirukan, “Ngungggg ngungg..” Ini juga bagian perkembangan kognitif yang idealnya dimiliki Si Kecil.
Mendengar kata kognitif dan berpikir mungkin saja Ayah dan Bunda akan bertanya, apakah ada kaitannya dengan kemampuan matematika. Tentu saja ada, salah satu perkembangan berpikir adalah kemampuan berhitung namun sesuai usianya. Untuk usia 3 tahun si Kecil cukup menguasi beberapa dasar hitungan seperti mengenal bangun sederhana dan menggambar lingkaran, kotak dan beberapa huruf meski tidak sempurna. Selain gambar, balok juga dapat dijadikan stimulus kognitif, jika bosan membangun balok menjadi rumah atau istana, minta si Kecil memisahkan balok berdasarkan beberapa kategori. Permainan pertama pisahkan sesuai warna, ronde ke dua bisa pisahkan sesuai bentuk, ronde ke tiga pisahkan berdasarkan ukuran. Sepertinya mudah sekali ya, padahal si Kecil sedang belajar konsep matematika dasar sesuai usianya.
Tidak habis ide sampai di situ, semua benda di rumah juga dapat dijadikan media. Jika dompet bunda lebih besar dari ayah, dapat ditanyakan, mana yang lebih kecil atau lebih besar, lebih panjang atau pendek. Kalau Bunda punya banyak koleksi baju boleh juga ajak si Kecil berhitung, ingat saat mengajarkan anak usia 3 tahun berhitung, pastikan untuk menunjuk bendanya saat berhitung sebab di usia 3 tahun tahapan berpikir si kecil masih abstrak. Jika menghitung tanpa menyentuh barangnya maka jumlah hitungan yang diucapkan akan berbeda dengan jumlah sebenarnya sebab anak sedang menyebut urutan angka bukan sedang berhitung.
Bagaimana Ayah dan Bunda, sudah sesuaikah perkembangan kognitif si Kecil di rumah? Jangan lelah untuk menjawab pertanyaannya, ya.
Sumber :
Allen, K. E., & Marotz, L. R. (2010). Developmental profiles: Pre-birth through twelve. Clifton Park, NY: Thomson/Delmar Learning.