Ayah dan Bunda, akhir-akhir ini pemberitaan di Indonesia ramai dengan isu-isu seputar pelecehan atau kekerasan seksual pada anak. Hal ini terjadi di berbagai kota, bahkan yang menjadi tersangka merupakan kerabat dekat keluarga yang tidak seharusnya terjadi. Kondisi ini baiknya menjadi perhatian dan tugas bagi orang tua, agar lebih waspada dan melakukan tindakan pencegahan agar kejadian tersebut tidak menimpa keluarga kita.
Membahas sedikit seputar kasus kejahatan seksual yang menimpa anak-anak, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan jumlah pengaduan masyarakat terkait kasus perlindungan khususnya anak pada 2021 sebanyak 2.982 kasus. Dari ribuan kasus ini, 859 kasus di antaranya ternyata seputar anak yang menjadi korban kejahatan seksual.
Adapun aduan tertinggi kasus kejahatan seksual terhadap anak berasal dari jenis anak sebagai korban pencabulan sebanyak 536 kasus (62%), anak sebagai korban kekerasan seksual pemerkosaan atau persetubuhan 285 kasus (33%), anak sebagai korban pencabulan sesama jenis 29 kasus (3%), serta anak sebagai korban kekerasan seksual pemerkosaan/persetubuhan sesama jenis 9 kasus (1%).
Mengerikan sekali ya Ayah dan Bunda kalau melihat data itu. Belum lagi, pelaku pelecehan seksual terhadap anak ini cenderung variatif, karena bisa berasal dari keluarga, tetangga, teman, bahkan orang tua kandung maupun sambung. Oknum-oknum di dunia pendidikan, seperti pendidik dan tenaga kependidikan, dan oknum aparat juga disebut berpotensi melakukan kejahatan ini.
Lantas, apa yang bisa dilakukan Ayah Bunda agar terhindar dari kejadian tidak mengenakkan ini?
Selain lebih berhati-hati dan waspada dengan lingkungan tempat si kecil tumbuh dan besar, sebagai orang tua juga bisa untuk mengenalkan bagian tubuh pada anak sedini mungkin. Cara ini dinilai bisa membantu agar anak lebih mengenali tubuhnya sendiri, mempermudah toilet training, serta menambah kosakata si kecil.
Kenalkan pada anak bahwa ada beberapa bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain, khususnya di luar keluarga. Bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan sembarangan atau tertutup adalah yang tertutup oleh pakaian, dan biasanya dimulai dari bagian bawah leher hingga bagain lutut.
Dalam memperkenalkan bagian tubuh, usahakan pula untuk menggunakan nama yang tepat dan benar, seperti penis, anus, vagina, dan payudara. Seorang ahli pendidik seksual, Melissa Carnagey, menyebut memperkenalkan organ tubuh pada anak sejak dini merupakan percakapan paling awal yang dapat dilakukan orang tua dengan si kecil untuk mendukung kesehatan dan keselamatan mereka. Bila dirasa canggung untuk mengajari anak-anak secara langsung, Ayah Bunda bisa menggunakan lagu-lagu atau video yang saat ini banyak dibagikan di media sosial.
Setelah memperkenalkan bagian-bagian tubuh, Ayah dan Bunda bisa mulai menjelaskan bagian mana yang boleh dan tidak boleh dipegang sembarangan oleh orang lain. Bagian tubuh yang boleh disentuh atau safe touch antara lain adalah tangan bukan lengan, kepala (area rambut) dan kaki. Sedangkan bagian yang tidak boleh disentuh dan dilihat orang sembarangan adalah mulut, dada, kemaluan, serta area bokong.
Ajarkan pada Si Kecil bagian tubuh ini hanya boleh disentuh oleh beberapa orang, seperti Ayah dan Bunda saat akan memandikan dan membersihkan setelah buang air, dokter yang akan melakukan pemeriksaan jika anak sakit, atau pengasuh yang sehari-hari mendampingi dan membantu mereka. Ingatkan pada Si Kecil anggota keluarga besar atau bukan keluarga inti, seperti Om, Tante dan Kakek, sebaiknya tidak masuk dalam kategori boleh menyentuh mereka. Hal ini karena banyak pelaku atau tersangka kekerasan seksual pada anak adalah anggota keluarga besar.
Selanjutnya, biasakan Si Kecil agar membuka dan berganti baju di ruangan yang tertutup, seperti kamar tidur dan kamar mandi. Ajarkan anak untuk berani berkata “tidak” atau “jangan”, ketika ada orang lain yang berusaha menyentuh bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh sembarangan, menyuruh si kecil membuka baju di depannya, atau menunjukkan bagian pribadi tubuh mereka. Selain itu, Ayah Bunda juga wajib mengajarkan hal-hal yang harus dilakukan si kecil jika ada yang berani meminta bahkan memaksa mereka melakukan hal-hal di atas. Bisa dengan mengajari anak berlari menjauhi orang tersebut, berteriak meminta tolong, maupun melapor pada guru, orang tua, atau orang dewasa di sekitarnya.
Jika ada orang asing atau yang tidak mereka kenal memberikan sesuatu atau mengajak mereka pergi, ajarkan anak untuk menolak hal tersebut, Pun, jika ada kerabat atau keluarga yang mau memberikan barang atau mengajak buah hati bepergian, pastikan harus dengan persetujuan dan pengawasan Ayah Bunda.
Terakhir, biasakan untuk selalu berkomunikasi dan terbuka dengan si kecil. Cara ini akan meningkatkan kepercayaan antara dua pihak dan membangun keharmonisan. Anak-anak yang terbiasa berkomunikasi dan terbuka akan membuat mereka lebih mudah mengekspresikan perasaan dan bercerita tentang apa yang ia lalui hari itu.Agar anak merasa nyaman menceritakan apapun kepada Ayah dan Bunda, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mendengarkan secara seksama dan jangan cepat menghakimi.
Nah, semoga cara-cara ini bisa membantu Ayah dan Bunda dalam mengindarkan buah hati dari kekerasan dan pelecehan seksual ya. Waspada selalu.
Sumber :