Mau Si kecil Mandiri? Perhatikan Ini Ya

 

Menurut teori psikososial Erik Erikson, mengatakan bahwa tugas perkembangan anak usia 3-6 tahun adalah initiavive vs guilt (inisiatif dan rasa bersalah). Pada usia ini, anak sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak. Dengan kata lain si Kecil siap dan ingin terlibat dengan lingkungannya.

Coba saja Ayah dan Bunda perhatikan, di fase-fase ini si Kecil pasti sudah mulai menunjjukkan sikap-sikap seperti di bawah ini:

1. Memiliki ambisi

2. Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sekitarnya, misalnya teman atau saudaranya untuk menyukai permainan tertentu.

3. Senang mengeksplor sesuatu, tempat baru, cerita baru atau hobi baru sesuai kemampuannya

4. Ingin atau mencari tantangan untuk mencapai sesuatu walau kadang bertemu dengan kegagalan

5. Mulai memiliki inisiatif

6. Mulai pandai bernegosiasi

Sesuai dengan pernyataan Erikson di atas, memberikan kesempatan pada anak untuk bergerak dengan tujuan tertentu merupakan salah satu kesempatan menumbuhkan kemampuan anak untuk berkembang. Salah satunya adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari. Selain dapat mengembangkan kemandirian pada anak, kegiatan ini juga membuat anak bergerak sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak, melatih kemampuan memecahkan masalah, melatih kemampuan motorik, menumbuhkan sensasi berhasil yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, dan juga membuat dirinya merasa berguna di dalam lingkungan.

Berikut adalah beberapa beberapa tips untuk Ayah dan Bunda untuk melatih kemandirian si Kecil dalam berkegiatan sehari-hari:

1. Berikan peralatan yang sesuai dengan ukuran anak-anak. Misalnya kemoceng kecil, handuk kecil, ember kecil jika ingin melibatkan si Kecil bersih-bersih rumah atau menyiram tanaman.

2. Ayah dan Bunda harus menurunkan eksprektasi karena pekerjaan si Kecil sudah pasti jauh dari sempurna. Justru kitalah yang sedang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.

3. Berikan instruksi yang jelas. Alih-alih “Bereskan ruangan mainmu ya” dapat diganti dengan “Yuk, mainannya yang berserakan di lantai dan meja dimasukkan ke dalam wadah”.

4. Ayah dan Bunda jangan lupa mengapresiasi ya. Hargai usahanya dengan memberikan kalimat-kalimat penyemangat, misalnya “Wah kamu sudah berhasil mengelap jendela sendiri”. Berikan pujian dengan porsi yang tepat. Jangan lebih dan jangan kurang.

5. Hindari memberikan imbalan. Hal ini untuk menghindari terjadinya aksi transaksional. Imbalan yang terlalu sering dilekatkan di setiap kegiatan akan membuat si Kecil bekerja hanya karena imbalan dibaliknya.

6. Jangan remehkan kemampuan si Kecil. Libatkan dan biarkan mereka menyelesaikan sesuai kecepatan dan kemampuannya.

7. Buat kegiatan ini menyenangkan. Hindari paksaan, ajak si kecil melakukan kegiatan ini dengan lembut. Berkegiatan bersama sambil bernyanyi dapat membantu membuat suasanya menjadi menyenangkan.

Selamat mencoba ya Ayah Bunda!

Sumber :

Andrews, Sarah. “The Four Planes of Development”, Montessori Northwest, 2013.

Erikson, Erik. 2010. Childhood and Society. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Montessori, Maria. “The Discovery of the Child”, A Ballantine Book, New York, 1967.

Seldin, Tim. “How To Raise An Amazing Child the Montessori Way: A Parents’ Guide to Building Creativity, Confidence, and Independence”. Penguin, 2017.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.