Perdebatan antara membangun karakter dan intelektual itu selalu seru untuk disimak. Sebagian orang tua merasa kematangan karakter lebih utama dibandingkan dengan intelektual bagi Si Kecil. Buat apa punya intelektual baik jika karakternya buruk. Sebagian lagi berpikir sebaliknya, sebetulnya mana yang lebih tepat diantara keduanya? Yuk kita kupas satu persatu definisi intelektual dan karakter.
Memahami apa itu kecerdasan intelektual
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelektual artinya cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Pada anak usia dini, si Kecil secara bertahap mengembangkan kemampuan berpikirnya mulai dari mengeksplorasi lingkungan lewat penginderaan, memahami keberadaan dirinya, mempelajari hal konkrit hingga akhirnya ia bisa memahami konsep abstrak mengenai dunia di usia remaja.
Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat si Kecil mengenali dunia dan mempelajari berbagai hal. Ayah dan Bunda memiliki peran penting dalam mempersiapkan terbentuknya kemampuan intelektual si Kecil. Stimulasi kemampuan kognitif si Kecil hendaknya dilakukan sesuai tahap usia perkembangan.
Ayah Bunda dapat merujuk pada ceklis di buku Kesehatan Ibu dan Anak untuk mengetahui tahap perkembangan kognitif sesuai usia si Kecil. Pengenalan warna, bentuk, huruf, dan angka merupakan contoh stimulasi kognitif yang dapat Ayah Bunda lakukan. Stimulasi kognitif ini hendaknya dilakukan dengan cara yang menyenangkan seperti sambil bermain, bernyanyi bersama maupun melalui dongeng.
Apakah definisi karakter yang sesungguhnya?
Karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Karakter anak adalah gambaran tingkah laku anak yang dapat dinilai dari norma-norma dalam lingkungan masyarakat. Karakter yang baik diharapkan ada pada anak dan dapat menjadi bekal hingga mereka tumbuh dewasa.
Anak usia dini memiliki sikap spontan, baik dalam melakukan aktivitas maupun saat berinteraksi dengan orang lain. Anak usia dini belum banyak mengetahui cara berperilaku yang dapat diterima oleh masyarakat. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang ditemukan anak, oleh karena itu peran Ayah Bunda menjadi sangat penting untuk pembentukan karakter.
Penanaman karakter bagi anak usia dini dapat dilakukan melalui keteladanan atau contoh perilaku dari orangtua, pembiasaan, nasihat maupun melalui perhatian dan pengawasan. Menurut Nuraeni (2014), kejujuran, kedisiplinan, toleransi dan kemandirian adalah karakter yang hendaknya Ayah Bunda tanamkan pada si Kecil sejak usia dini.
Ayah Bunda hendaknya menyesuaikan cara penanaman nilai-nilai baik sesuai dengan tahapan tumbuh kembang si Kecil. Misalnya menanamkan kejujuran melalui cerita dan juga contoh perilaku yang jujur dari ayah bunda. Saat orang tua harus pergi tanpa membawa si Kecil sampaikan dengan jujur, bukan berbohong, misal dengan mengatakan “pergi ke dokter”. Atau mengajarkan kemandirian dengan membiasakan si Kecil BAB dan BAK di kamar mandi, makan, dan juga berlatih memakai baju saat menginjak usia 2 tahun
Kecerdasan intelektual dan pembangunan karakter merupakan dua poin penting yang menjadi kebutuhan si Kecil. Apabila Ayah dan Bunda merujuk pada buku Kesehatan Ibu dan Anak, tahap perkembangan kecerdasan intelektual dan pembangunan karakter si Kecil tidak bisa dipisahkan dan secara konsisten perlu dicapai oleh anak di usia dini. Lakukan stimulasi secara menyenangkan setiap hari, agar si Kecil tumbuh cerdas dan memiliki karakter yang baik sebagai bekal hidupnya.
Sumber :
http://eprints.umpo.ac.id/5156/3/BAB%20II.pdf
https://hukum.uma.ac.id/2021/12/03/apa-itu-pengertian-karakter/
Agustin, Dyah Satya Yoga et all. (Juni 2015) . Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Surabaya : JSH, Jurnal Sosial Humaniora Vol.8 No.1. LPPM Institut Teknologi Sepuluh November
Kahironi, Muslimah. (Desember 2017) . Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Lombok : Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi Vol.01 No.2.
Sondang, Ester. (Februari, 2022). Perkembangan Kognitif vs Kecerdasan. Jakarta : ayahbunda.co.id