Membentak Anak, Mendisiplinkan Atau Menumpulkan?

 
Banyak dari Bunda juga mungkin Ayah yang meyakini anak mesti dikerasi agar taat dan disiplin.

“Mama bilang diam!” Sering kali kita membentak Si Kecil agar masalah cepat selesai dan anak segera menaati perintah kita sebagai orang tua lekas ditaati. Banyak dari orang tua yang mungkin meyakini anak mesti dikerasi agar taat dan disiplin. Bukankah orang tua jaman dulu juga banyak memberlakukan hal demikian dan konon menghasilkan anak yang tangguh dan tahan banting.

“Buktinya Ayah ini kuat, gak gampang nangis, padahal dulu dibentak-bentak kakek. Jadi anak jangan manja harus kuat!” Perbincangan seperti ini mungkin saja lazim kita dengar atau bahkan kita ucapkan. Mari kita cek kebenarannya, ya, Ayah dan Bunda mengenai hal ini. Berikut beberapa akta dampak melakukan bentakan terus menerus kepada Si Kecil.

Pertama, Si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang tampak kuat di luar namun rapuh di dalam. Menurut penelitian, anak yang dibesarkan dengan tekanan yang besar akan membuat anak memiliki kepercayaan diri yang rendah, kurang mandiri, mudah menyerah dan mudah merasa cemas. Situasi ini disebut kecanggungan sosial.

Kedua, anak yang tumbuh dari keluarga yang sangat disiplin tentu akan menghasilkan anak yang penurut. Betapa menyenangkannya ya Ayah dan Bunda jika kita memiliki anak yang manis, penurut dan tidak membantah. Faktanya, terlalu penurut disebabkan karena tekanan orang tua yang besar. Kebiasaan orang tua dalam mengarahkan dan mengontrol anaknya dapat menciptakan anak yang terlalu taat sehingga tidak dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam jangka waktu yang panjang tentu ini akan menyebabkan depresi pada anak.

Ketiga, Stanford dan Julie Lythcott menuliskan dalam buku mereka bahwa anak-anak yang tidak cukup diberikan kekebasan oleh orang tuanya dalam menyampaikan ide, gagasan, dan keinginannya maka akan membuat ia mudah menjadi sasaran perundungan. Ketidakmampuan Si Kecil mengkomunikasikan apa yang ia inginkan kepada orang tuanya akan sejalan dengan ketidakmampuan ia mengkomunikasikan apa yang ia inginkan kepada teman-temannya. Padahal dalam pergaulan sosial kemampuan komunikasi seperti menyampaikan yang ia mau dan menolak yang ia tidak mau sangatlah penting dikuasai.

Jika kita dulu pernah dibentak, kita pasti paham bahwa suara keras tidak membuat pesan menjadi lebih jelas. Hal ini pun terjadi pada anak-anak kita. Berteriak akan membuat mereka tidak menjadi lebih paham, teriakan juga tidak membuat Si Kecil lebih disiplin. Benar ia akan mengikuti yang kita inginkan dan kita mau, tapi karena rasa takut agar tidak makin dimarahi. Bahkan faktanya setiap kali Ayah dan Bunda meninggikan suara, maka justru penerimaan mereka semakin menurun. Oleh karenanya mendidik anak dengan teriakan tidak mendisiplinkan anak melainkan akan menumpulkan jiwa anak.

Sumber :
Healthline.com. The Long-Lasting Effects of Yelling at Your Kids. https://www.healthline.com/health/parenting/yelling-at-kids

Thejakartapost.com. Six negative effects of hyper-parenting. This article was published in thejakartapost.com with the title “Six negative effects of hyper-parenting”. Click to read: https://www.thejakartapost.com/life/2018/09/22/six-negative-effects-of-hyper-parenting.html.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.