Persiapan menjadi orangtua tidak hanya sebatas mengkonsumsi nutrisi-nutrisi terbaik untuk tubuh tetapi juga mengisi diri dengan wawasan yang berguna untuk mendampingi perkembangan anak. Salah satunya adalah berkenalan dengan istilah pelekatan yaitu sebuah tindakan yang sederhana namun sangat penting bagi anak. Peran sebagai orangtua yang memiliki anak usia dini tidak hanya sebatas pada pertumbuhan anak saja tetapi lebih mendalam lagi adalah cara orangtua berinteraksi dengan anak mereka yang akan memberikan efek mendalam pada kesehatan fisik dan mental anak. Pola kepercayaan awal membantu anak-anak membangun dasar kepercayaan yang kuat yang penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka. Jika seorang anak berhasil mengembangkan kepercayaan, mereka akan merasa aman dan tenteram di tahapan usia selanjutnya. Orangtua pada dasarnya membentuk kepribadian anak dan menentukan bagaimana anak akan melihat lingkungan sekelilingnya kelak.
Setiap bayi berkomunikasi secara berbeda, jadi membiasakan diri dengan gaya komunikasi bayi kita adalah kunci sukses pada tahap ini. Memperhatikan dan menanggapi sinyal-sinyal, apakah itu tangisan, gerakan tubuh, bisikan, atau bahkan kata-kata, membantu mereka belajar memercayai kita dan lingkungan di sekitar mereka.
Untuk menciptakan hubungan dan kepercayaan dengan bayi kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui:
Pola kelekatan (attachment) adalah kualitas hubungan orang tua dengan anak terutama pada masa awal kehidupan anak hingga usia 3 tahun, melalui interaksi yang konsisten dan terus-menerus. Anak juga dapat mengembangkan kelekatan pada orang dewasa lain seperti nenek atau kakek, namun figur kelekatan utama tetaplah pada orangtua. Itulah mengapa kualitas hubungan ini sangat penting dan faktor utamanya dipengaruhi oleh cara orang tua merespons kebutuhan anak. Kelekatan intens yang terbentuk antara orang tua dan anak ini meliputi kelekatan fisik & emosinal. Kelekatan atau bonding dilakukan agar anak merasa aman, nyaman, dan mendapat dukungan serta merasa diterima di lingkungannya.
Di dalam Buku Understanding Attachment in Young Children, Pola Kelekatan terbagi menjadi dua yaitu, pola kelekatan aman (secure attachment) & pola kelekatan tidak aman (insecure attachment) yang kemudian terbagi lagi resisten (resistance), menghindar (avoidant) dan disorganisasi (disorganized).
Anak-anak yang memiliki pola kelekatan aman (secure attachment) akan merespon dan berinteraksi bersama orangtuanya dengan senang, aktif. Orangtua dalam pola kelekatan ini akan menjadi tempat mereka mengadu dikala situasi mereka tidak aman atau tidak nyaman. Anak-anak yang memiliki pola kelekatan aman akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan baik karena mereka memiliki kontrol yang baik terhadap stress mereka.
Berbeda dengan pola kelekatan aman, Anak-anak dengan pola kelekatan tidak aman-resisten (resistance-insecure attachment) akan menujukkan perilaku cemas saat ditinggal orang tuanya. Akan tetapi ketika orangtua datang, mereka akan menjauhinya. Kelompok ini umumnya diisi oleh anak-anak yang mudah frustasi dan enggan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Anakdengan pola kelekatan menghindar (avoidant-insecure attachment) seringnya mengabaikan kehadiran bahkan respon orangtua terhadap perilaku mereka. Selanjutnya adalah anakdari kelompok pola kelekatan disorganisasi (disorganized -insecure attachment) yang umumnya tidak dapat diprediksi. Mereka cenderung kesulitan mengatasi rasa tidak nyaman dan menunjukkan sikap takut atau marah saat berada di antara orang dewasa.
Secara umum, anak-anak yang memiliki pola kelekatan tidak aman akan kesulitan memiliki kepercayaan diri dan enggan mengeksplorasi lingkungannya. Hal ini juga yang membuat anak-anak dari kelompok ini akan susah memiliki emosi yang stabil dan susah mengekspresikan diri sehingga berososialisasi pun menjadi hal yang tidak mudah bagi mereka. Dengan demikian, sebagai calon orang tua, penting sekali untuk berkomitmen menciptakan pola kelekatan aman dengan anak agar tercipta rasa aman & nyaman bagi anak untuk terus tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya.
Terakhir, bayi kita umumnya berkomunikasi dengan kita melalui tangisan, gerakan tubuh, bisikan, atau bahkan kata-kata yang perlu kita tanggapi secara responsif karena mereka membutuhkan kasih sayang, kenyamanan, dan makanan. Jika kita terbiasa menanggapi dengan responsif gaya komunikasi bayi kita ini bisa menjadi kunci sukses membangun kepercayaan dan kelekatan kita dan bayi kita.
Sumber :
Parenting Module (Rumah anak SIGAP, Tanoto Foundaton)
Brotherson, SeamUnderstanding Attachment In Young Children, 2001