Ragam Mitos dan Fakta MPASI yang Perlu Diketahui

 
Bunda perlu berhati-hati karena beredar dengan luas berbagai mitos tentang MPASI.

Saat Si Kecil memasuki usia 6 bulan, itu tandanya Bunda sudah bisa memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Bunda perlu berhati-hati karena beredar dengan luas berbagai mitos tentang MPASI. Mitos-mitos ini tentunya akan menghambat Bunda dalam pemberian asupan makanan untuk Si Kecil, nah jangan percaya mitos, ayo cari tahu faktanya.

Jangan memberikan daging, ikan, dan telur sampai Si Kecil berusia 8-12 bulan
Faktanya, ketiga sumber protein tersebut harus diberikan pada masa awal MPASI. Protein nabati mengandung vitamin, mineral dan lemak esensial yang penting untuk pertumbuhan tulang dan otak si Kecil. Pastikan Bunda harus memberikan daging, ikan, dan telur yang masih segar, rendah merkuri, serta dicuci bersih dan dimasak sampai matang untuk membunuh bakteri.

Hindari memberikan gula dan garam
Faktanya, kebutuhan sodium anak berusia 6 bulan – 1 tahun adalah kurang dari 1 gram sehari. Sementara ASI mengandung sodium sebanyak 0,4 gram. Jadi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan si Kecil akan garam. Bukan hanya gula dan garam, MPASI juga tidak perlu ditambahkan perasa buatan lainnya, seperti kaldu kemasan, minyak wijen atau kecap. Lebih baik Ayah Bunda menanamkan kebiasaan hidup sehat dengan membiasakan si Kecil mengenal rasa asli dari makanan.

Jangan berikan makanan bertekstur, hanya berikan makanan lembut
Faktanya, MPASI merupakan tahap dimana Si Kecil dapat mengenal berbagai tekstur yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Seiring bertambahnya usia, Si Kecil harus diberi makanan yang lebih padat dan bertekstur. Ayah dan Bunda tidak perlu ragu memberikan makanan bertekstur walaupun Si Kecil belum tumbuh gigi, karena Si Kecil tetap bisa mengunyah dan menelan makanan bertekstur dengan baik.

MPASI pertama Si Kecil adalah sayur
Faktanya, pemberian MPASI tidak dibatasi dengan urutan tertentu. Sejak pemberian MPASI pertama si Kecil harus diberikan makanan dengan kandungan gizi lengkap yang terdiri dari ⅓ karbohidrat, ⅓ protein hewani dan nabati, sedikit minyak, dan ⅓ sayuran serta dan buah-buahan alami dari sumber lokal.

Si Kecil harus menghabiskan MPASI
Faktanya, Bunda tidak perlu memaksa Si Kecil untuk menghabiskan makanan, karena bisa saja Si Kecil sudah kenyang ataupun merasa tidak nyaman karena sedang tumbuh gigi. MPASI adalah pengalaman pertama bagi si Kecil untuk mengenal makanan lain selain ASI. Pelajari tanda lapar dan kenyang si Kecil, buatlah jadwal rutin makan dan camilan dalam sehari serta beri jarak 2-3 jam antara makan utama dan camilan. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat menyuapi si Kecil, tatap matanya dan ajaklah ia bicara.

Pemberian kopi agar Si Kecil tidak step
Tahukah Bunda, pada tahun 2019 sempat ramai kasus bayi diberikan kopi sejak 6 bulan demi mencegah step atau kejang akibat demam. Praktisi Kesehatan Anak, dr Wiyarni Pambudi, SpA, mengatakan informasi itu tidak benar. Saat anak memiliki risiko atau kondisi kejang, maka lebih baik Ayah dan Bunda segera membawanya ke dokter agar diberikan resep obat anti kejang, bukan memberikan kopi. Dr Wiyarni lebih lanjut menuturkan bahwa konsumsi kopi pada Si Kecil dapat membahayakan, karena zat kafein pada kopi bisa mempengaruhi organ tubuhnya, walaupun hanya sesendok kecil, karena kondisi Si Kecil jauh lebih sensitif daripada orang dewasa. Sedangkan efek kafein itu sendiri bisa bertahan sampai lebih dari 6 jam.

Madu untuk MPASI, Boleh atau tidak?
Terdapat satu bahan makanan yang menurut sebagian besar orang menyehatkan, tetapi cukup berbahaya jika dikonsumsi si Kecil, yaitu madu. Faktanya, madu hanya boleh diberikan saat usia si Kecil menginjak 1 tahun. Pemberian madu pada bayi dibawah satu tahun dapat menyebabkan terjadinya keracunan madu atau botulisme, kerusakan gigi, dan obesitas.

Apa itu Botulisme?
Botulisme adalah bakteri Clostridium Botulinum yang menjadi penyebab utama keracunan serius pada Si Kecil. Bakteri ini akan menyerang sistem saraf, membuat otot-otot menjadi lemah, bahkan lumpuh, serta mengganggu sistem pernapasan. Meski botulisme jarang terjadi, tetapi tidak sedikit yang bisa berakibat fatal dan mengancam nyawa.

Adapun gejala botulisme pada Si Kecil adalah, sulit buang air besar, terlihat lemas, susah bernapas dan menelan, serta ketika menangis tidak sekencang biasanya. Botulisme juga bisa menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Meski begitu, jika Si Kecil sudah berusia di atas 1 tahun, madu aman diberikan karena sistem pencernaannya sudah lebih kuat dan matang, selain itu madu juga kaya akan gizi.

Nah itu dia sedikit penjelasan mengenai berbagai mitos yang sering dijumpai. Adanya pembahasan kali ini diharapkan Ayah dan Bunda bisa lebih berhati-hati terhadap mitos-mitos yang terkadang justru menghambat pertumbuhan Si Kecil.

Sumber :

https://www.alodokter.com/mitos-seputar-mpasi-yang-perlu-diluruskan (Diakses pada 20 Okt 2022)
https://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/mitos-tentang-bayi-makan- (Diakses pada 29 Okt 2022)
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4709126/bayi-diberi-minum-kopi-untuk-cegah-kejang-dokter-hoax#:~:text=Jakarta%20%2D%20Ramainya%20kasus%20bayi%20yang,itu%20tidak%20benar%20(hoax) (diakses pada 29 Okt 2022)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.