Ngidam Saat Hamil, Mitos atau Fakta?

 
Ngidam saat hamil adalah bagian unik dari perjalanan kehamilan yang, dengan pemahaman dan strategi yang tepat, dapat dikelola dengan cara yang sehat dan menyenangkan

Salah satu hal yang lekat dengan kehamilan adalah fenomena ngidam, atau keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan tertentu. Dalam beberapa kasus, makanan yang diinginkan bisa saja berupa makanan yang biasanya tidak disukai, atau tidak tersedia di tempat ayah dan bunda tinggal.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa anggapan bahwa ngidam itu wajib untuk diikuti. Jika tidak, akan beresiko pada janin di kemudian hari. Tapi, benarkah demikian? Yuk baca artikel ini lebih lanjut untuk untuk mengetahui apakah fenomena ngidam merupakan fakta atau mitos belaka!

Berkenalan Lebih Lanjut Mengenai Ngidam Saat Hamil

Ngidam merupakan keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan yang dialami oleh banyak perempuan hamil. Keinginan ini sangat bervariasi, dan bisa jadi di luar kebiasaan makan yang dimiliki oleh sang ibu. Sebenarnya, penyebab pasti munculnya ngidam ini belum sepenuhnya dapat dipahami. Namun, ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa ngidam bisa jadi cara tubuh untuk memberi sinyal kebutuhan akan nutrisi tertentu, atau respons terhadap peningkatan kebutuhan kalori selama kehamilan.

Banyak di antara kita yang menganggap bahwa ngidam adalah sesuatu yang lucu atau aneh, tetapi ngidam dapat memicu frustasi bagi para perempuan hamil yang menginginkan makanan yang tidak sehat atau tidak biasa. Penting diingat bahwa ngidam saat hamil adalah hal yang normal dan tidak selalu menunjukkan adanya kekurangan nutrisi tertentu. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa ngidam saat hamil tidak jauh berbeda dari keinginan makan yang dialami oleh individu yang tidak hamil.

Namun, kehamilan adalah masa di mana kebutuhan nutrisi perempuan meningkat. Karena itu, penting bagi Bunda untuk memastikan pola makan yang seimbang dan memenuhi semua nutrisi yang diperlukan untuk mendukung perkembangan si Kecil.

Peran Hormon dan Nutrisi dalam Ngidam Saat Hamil

Hormon memainkan peran penting dalam ngidam saat hamil. Peningkatan progesteron, misalnya, dapat memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan keinginan untuk mengonsumsi makanan tertentu. Selain itu, hormon ghrelin, yang dikenal sebagai “hormon lapar,” dapat meningkat selama kehamilan, yang berpotensi menyebabkan keinginan untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi.

Kebutuhan nutrisi juga berubah selama kehamilan, dan ngidam mungkin mencerminkan upaya tubuh untuk mendapatkan nutrisi yang diperlukan. Misalnya, ngidam daging merah bisa menunjukkan kebutuhan akan lebih banyak zat besi, sementara ngidam produk susu bisa menjadi sinyal kebutuhan akan tambahan kalsium.

Mitos dan Fakta tentang Ngidam Saat Hamil

  • Mitos 1: Semua Perempuan Hamil Mengalami Ngidam
    Meskipun ngidam adalah hal yang umum, tidak semua perempuan hamil mengalaminya. Beberapa perempuan mungkin justru mengalami penurunan nafsu makan atau bahkan merasa tidak suka terhadap makanan tertentu.
  • Mitos 2: Jika Tidak Diikuti, Bayi Akan Punya Kebiasaan Ngiler
    Pada beberapa daerah, ada kepercayaan yang menyebutkan bahwa jika ngidam tidak dituruti akan menimbulkan kebiasaan ngiler bagi bayi setelah anak lahir. Akan tetapi, tidak pernah ada bukti ilmiah yang mendukung gagasan ini. Maka, bisa dikatakan jika hal ini merupakan mitos.
  • Mitos 3: Ngidam Menentukan Jenis Kelamin Bayi
    Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan bahwa ngidam dapat memprediksi jenis kelamin bayi. Ini hanyalah mitos yang berkembang di masyarakat.

Mengelola Ngidam Saat Hamil

  • Pilih Alternatif Sehat
    Ketika ngidam datang, coba penuhi dengan pilihan yang lebih sehat. Jika bunda mengidam sesuatu yang manis, pilihlah buah-buahan daripada permen. Jika mengidam makanan asin, cobalah kacang yang sedikit asin atau popcorn tanpa mentega daripada keripik kentang. Ayah bisa membantu dengan menyiapkan pilihan camilan sehat yang selalu tersedia di rumah.
  • Dapatkan Dukungan
    Diskusikan ngidam dan kekhawatiran bunda dengan penyedia layanan kesehatan yang bisa memberikan panduan. Bergabung dengan kelompok dukungan kehamilan atau berhubungan dengan ibu hamil lainnya juga bisa membantu.
  • Jangan Lewatkan Sarapan
    Sarapan yang bergizi dapat membantu mencegah ngidam di kemudian hari. Pilihlah sarapan yang mencakup protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat.
  • Makan dalam Porsi Kecil tetapi Sering
    Cobalah makan lima atau enam porsi kecil sepanjang hari untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mengurangi ngidam. Pilih makanan yang kaya serat, seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran.
  • Kendalikan Porsi Makan
    Perhatikan ukuran porsi saat memanjakan ngidam. Nikmati makanan favorit dalam jumlah yang wajar untuk menghindari penambahan berat badan berlebih dan masalah kesehatan lainnya selama kehamilan.
  • Tetap Terhidrasi
    Ngidam kadang bisa menjadi tanda dehidrasi. Pastikan Bunda minum cukup air setiap hari, minimal 8-10 gelas, untuk membantu mengurangi ngidam dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Ayah bisa mengingatkan Bunda untuk minum air secara teratur dan memastikan selalu tersedia air minum di dekatnya.
  • Makan dengan Pola Seimbang
    Pastikan pola makan bunda mencakup berbagai buah, sayuran, protein tanpa lemak, biji-bijian utuh, dan lemak sehat. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan atau ahli gizi untuk mengembangkan rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan kehamilan.

Selalu konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan tentang kekhawatiran nutrisi dan perubahan dalam pola makan Bunda. Ngidam saat hamil adalah bagian unik dari perjalanan kehamilan yang, dengan pemahaman dan strategi yang tepat, dapat dikelola dengan cara yang sehat dan menyenangkan.

Prioritaskan pola makan seimbang, pilih alternatif sehat, dan nikmati perjalanan menuju kelahiran si kecil! Ayah dan Bunda, bersama-sama, bisa saling mendukung dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan selama masa kehamilan ini.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.