Jika Ayah dan Bunda seringkali mendengar kata narsis, mungkin dalam bayangan Ayah dan Bunda narsis adalah sikap terlalu bangga pada diri sendiri, seperti sering selfie dan memposting wajah diri sendiri di sosial media.
Tahukah, bahwa hal tersebut ternyata bukan bagian dari narsistik. Berbagai ciri narsistik merujuk pada sikap seseorang yang menunjukkan bahwa dirinya penting di atas segala-galanya dan sulit sekali menerima kritikan dari orang lain terhadap dirinya. Perasaan paling hebat juga selalu menyelimuti dan berharap orang – orang menilainya demikian juga kepadanya.
Lalu apakah orang dengan gangguan narsistik berdampak saat menjadi orang tua? Ayah dan Bunda bisa membayangkan seseorang yang selalu merasa yakin bahwa dirinya adalah yang paling hebat dan benar, mudah marah, tidak dapat mengendalikan emosinya, sikapnya kepada anak malah mendorong anak untuk menjadi apa yang orang tua inginkan bukan apa yang anak butuhkan.
Itu adalah sebagian tanda-tanda awal seseorang memiliki gejala narsistik, namun akan lebih baik jika hal demikian diperiksakan lebih lanjut ke psikolog dan psikiater, ya. Tentu saja sikap seperti ini berdampak negatif pada perkembangan seorang anak.
Orang tua dengan ciri narsistik sering merasa bahwa apa yang dicapai anak merupakan capaian orang tua, pretasi anak merupakan prestasi orang tua. Kehebatan yang dicapai karena kehebatan orang tua. Mempermalukan atau meremehkan prestasi anak merupakan hal yang lumrah disampaikan ke anak, pujian yang diberikan ke anak lebih tertuju kepada keberhasilannya sebagai orang tua.
Orang tua menunjukkan cinta dan kasih sayangnya jika Si Kecil bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan orang tua. Sikap ini memberikan dampak emosional baik bagi orang tua, anak dan juga situasi rumah. Minimnya empati yang dimiliki seseorang dengan kepribadian narsistik membuatnya sulit menempatkan diri dari sudut pandang orang lain khususnya posisi anak. Orang dengan narsistik secara tidak senagaja memposisikan dirinya adalah pusat kehidupan dan keputusan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain mesti berdampak pada dirinya.
Sifat dan perilaku narsis yang masih dalam batasan normal sebetulnya tidak ada masalah, rasa percaya pada diri sendiri akan membangun self-love dan self-esteem yang baik. Akan tetapi menjadi bermasalah jika seseorang terlalu berlebihan.
Jika ciri-ciri narsistik ada di Ayah dan Bunda, jangan sungkan menyampaikan kepada pasangan, karena bagaimanapun juga pasangan lah orang pertama yang paling bisa membantu apa yang terjadi pada Ayah atau Bunda.
Minta pasangan untuk menyampaikan jika sudut pandang yang digunakan terlalu berpusat pada diri sendiri. Berikan pandangan bagaimana empati yang semestinya dan seharusnya. Jika tips tersebut sulit dilakukan dan tidak terlalu efektif, jangan ragu untuk segera pergi ke profesional, ya. Semua dilakukan demi kebaikan dan perkembangan anak yang lebih positif.
Referensi :
Narcissis. https://www.psychologytoday.com/intl/basics/narcissism.
Perbedaan Perilaku Narsis dengan Kepribadian Narsisistik. https://www.alodokter.com/anda-termasuk-orang-narsis-pastikan-di-sini
3 Types of Narcissistic Parents. https://themighty.com/2019/10/types-of-narcissists-narcissistic-parents/