Ayah dan Bunda, dalam mengajarkan konsep meminta maaf, selama ini yang umum diketahui adalah anak meminta maaf kepada orang tua. Namun, sebetulnya perlu kah Ayah dan Bunda meminta maaf kepada Si Kecil? Sebelum kita membahas lebih jauh, baiknya kita pahami dulu makna maaf itu sendiri. Maaf bukan sekedar penghormatan dari yang lebih kecil ke lebih besar atau lebih muda ke lebih tua. Maaf adalah bentuk kerendahan hati dan merangkul diri sendiri dari rasa ego yang besar, jadi maaf sebetulnya tidak terpaku ketentuan usia, namun bisa dari siapapun ke setiap orang lainnya karena maaf mengajarkan banyak hal yang tidak hanya bermanfaat untuk Si Kecil tapi juga Ayah dan Bunda.
Gambaran yang tertanam sejak kita kecil membuat kita sebagai orang tua kurang mengenal maaf dari orang dewasa ke anak. Salah satu belenggu yang mengikat adalah mengumpulkan kemampuan dan keberanian untuk mengakui kesalahan kita sendiri sebagai orang tua. Mengakui bahwa Ayah dan Bunda juga melakukan kesalahan kepada Si Kecil adalah salah satu keterampilan terbaik yang dapat kita kembangkan sebagai orang tua. Meminta maaf adalah salah satu tindakan paling mulia yang dapat dilakukan seorang ibu dan ayah sebab melakukan itu membutuhkan kerendahan hati dan membutuhkan pengakuan bahwa Ayah dan Bunda melakukan sesuatu yang salah. Meminta maaf bukan tanda kelemahan melainkan tanda kekuatan. Mengetahui bagaimana dan kapan harus meminta maaf dan memberikan contoh akan mengajari anak-anak kita banyak hal baik tentang kehidupan.
Jika Ayah dan Bunda berpikir bahwa meminta maaf akan membuat harga diri Ayah dan Bunda turun di hadapan Si Kecil, justru yang terjadi adalah sebaliknya. Manfaat meninta maaf pada anak memberikan efek positif yang sangat besar pada anak. Ketika orang tua meminta maaf, anak-anak sedang tumbuh dengan belajar kerendahan hati, kesadaran dan juga empati yang ditunjukkan langsung contoh dari Ayah dan Bunda. Meminta maaf kepada anak membantunya menyadari bahwa Ayah dan Bunda tidak sempurna dan itu membantu Si Kecil memahami bahwa mereka sendiri juga tidak harus sempurna. Di sebuah rumah yang ditanamkan rasa kasih dan empati seperti ini, maka setiap anggota keluarga akan memiliki rasa memiliki dan penerimaan antar anggota keluarga yang lebih besar. Setiap tindakan dan ucapan yang Ayah dan Bunda lakukan, emosi yang diajarkan, rasa kasih yang ditanamkan, itulah yang akan membentuk perilaku Si Kecil dan tertanam sejak besar menjadi pribadi unggul yang penuh cinta kasih pada sesama.
Sayangnya, banyak anak yang masa kecilnya tidak melihat kedua orangtuanya melakukan kebesaran hati meminta maaf sehingga ada orang dewasa yang menghabiskan masa dewasanya berusaha menyembuhkan luka masa kecilnya. Tanpa disadari kita pun sebagai orang tua akan melakukan hal yang sama pada anak: tidak mau meminta maaf pada anak dan membiarkan anak menerima rasa sakit dari orang tua tanpa penjelasan. Yuk Ayah dan Bunda, kita coba bangun rasa kasih dalam keluarga kecil kita dengan membiasakan minta maaf kepada anak agar Si Kecil tumbuh tidak diiringi luka batin hasil dari rasa amarah dan ego besar kita karena enggan meminta maaf dan mengakui kesalahan.
Referensi :
Laperent.com. Why Happy Parents Appologize. 26 Agustus 2021. https://www.laparent.com/why-happy-parents-apologize/