Siapa bilang perundungan atau bully hanya bisa dilakukan oleh teman ke teman? Perundungan sendiri bermakna tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk melukai secara fisik, verbal, dan psikologis oleh seseorang terhadap orang lain yang tidak berdaya. Salah satu ciri perundungan adalah ketidakseimbangan posisi atau kekuatan antara yang melakukan perundungan dengan korbannya. Orang tua memiliki posisi yang lebih tinggi dan berdaya, dan sebetulnya sangat memungkinkan menjadi pelaku perundungan kepada anak. Ayah dan Bunda, mari kita bahas bagaimana bentuk perundungan yang mungkin terjadi antara orang tua dan anak, yuk!
Bentuk perundungan dari orang tua yang paling dapat dilihat adalah ketika Ayah dan Bunda melakukan kekerasan fisik dengan alasan memberikan hukuman kepada Si Kecil. Meskipun tujuan hukuman mungkin untuk memberi pelajaran kepada seorang anak, namun pesan yang ditangkap oleh anak adalah bahwa penggunaan tindakan yang agresif, kasar dan intimidasi untuk menyelesaikan suatu masalah boleh dilakukan. Kekerasan fisik ternyata juga berdampak pada terganggunya ikatan emosional antara orang tua-anak. Sulit bagi seorang anak untuk merasakan kasih sayang terhadap orang tua yang sering menyakitinya dan ini adalah perasan negatif yang terbawa hingga Si Kecil tumbuh menjadi dewasa.
Selain kekerasan fisik, adalagi kekerasan yang sepertinya tidak terlihat memberikan bekas di tubuh tetapi sama merusaknya secara emosional, yaitu Ayah dan Bunda yang begitu agresif terus-menerus berteriak, melecehkan, dan mengkritik Si Kecil. Jenis intimidasi ini dapat berdampak negatif pada harga diri anak dan juga menghambat perkembangan sosial, seperti Si Kecil akan menarik diri dari lingkungan, tidak memahami bagaimana berhubungan dengan orang lain dengan baik, Si Kecil juga akan terbiasa menggunakan kata kasar tanpa ada rasa sungkan dan tidak pula merasa itu sebuah kesalahan.
Terakhir dari dua yang telah dijelaskan di atas adalah perundungan yang begitu samar, sering terjadi tanpa Ayah dan Bunda menyadarinya. Perundungan ini biasanya terjadi ketika orang tua yang bermaksud baik mencoba untuk memberikan kesan lucu dan gemas kepada Si Kecil padahal sebetulnya hal tersebut sensitif dan melukai Si Kecil, misal dengan memanggil Si Kecil dengan panggilan, “Si Gendut”, “Si Pendek”, “Si Hitam” dan lain sebagainya. Ayah dan Bunda tidak ada maksud untuk melukai perasaan Si Kecil, namun semakin anak besar ia akan kehilangan kepercayaan diri dari apa yang Ayah dan Bunda sematkan padanya. Yuk Ayah dan Bunda, sama-sama belajar lagi untuk berlaku lebih positif kepada Si Kecil.
Referensi :
Health.usnews.com. How Bully Parents Erode Kids’ Self-Esteem and Create Long-Lasting Damage. 25 September 2021. https://health.usnews.com/wellness/for-parents/articles/2017-07-13/how-bully-parents-erode-kids-self-esteem-and-create-long-lasting-damage