Diabetes Melitus ternyata tidak lagi menjadi penyakit yang identik dengan penyakit orangtua. belakangan ini, banyak ditemui himbauan pencegahan diabetes pada anak karena memang menurut penelitian data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun meningkat sebesar 700% selama jangka waktu 10 tahun terakhir.
Lalu apa saja ya pemicu gejala dan cara pencegahan diabetes melitus pada si Kecil? Rupanya, pola hidup dan pola makan menjadi salah satu pilar penting dalam pencegahan diabetes melitus pada anak. Penyakit yang diam-diam hadir lalu merusak sistem pada tubuh ini harus segera dicegah ya Ayah dan Bunda. Mari simak ulasannya dibawah ini.
Menurut Dokter Yohan Samudra, SpGK-AIFO, tanda-tanda si Kecil terserang diabetes melitus sebenarnya kurang lebih sama dengan orang dewasa yang terkena diabetes yaitu menjadi cepat lelah, sering haus dan buang air kecil, dan mudah lapar. Namun tanda dan gejala ini kadang tidak terlalu jelas dan berkembang lebih lambat dibandingkan pada orang dewasa. Oleh karenanya, Ayah dan Bunda harus lebih jeli melihat kondisi si Kecil. “Pastikan selalu memantau jika si Kecil jadi malas bermain, sering minum, atau frekuensi makan cemilannya meningkat, maka sebaiknya diperiksakan ke dokter dan dibuktikan dengan pengecekan di laboratorium “ Ujar Dokter Yohan Samudra SpGK-AIFO.
Berbicara mengenai makanan, anak-anak pasti mudah sekali menyukai makanan yang serba digoreng, krispi, kriuk-kriuk dan tentunya berlapiskan tepung. Si Kecil pasti enggan menolak jika kita tawarkan menu-menu terkenal seperti ayam goreng tepung, udang tempura dan masih banyak lagi. Rupanya menurut Dokter Yohan, proses memasak dengan menggoreng atau menggunakan tepung dapat berpengaruh besar untuk membuat si Kecil terkena diabetes jika terlalu sering menyajikan makanan yang digoreng dan bertepung dalam jumlah banyak.
Tidak lupa Dokter Yohan menambahkan bahwa untuk seseorang bisa sampai terkena DMT2 atau diabetes Melitus tipe 2 ini tidak semudah itu. Ada beberapa faktor penunjang lainnya yang menyebabkan diabetes baik pada anak dan dewasa yaitu berbagai faktor-faktor risiko lain dan gaya hidup yang tidak sehat dalam jangka panjang.
Mungkin terbesit di benak Ayah dan Bunda bahwa Si Kecil sangat dekat sekali dengan camilan. Apalagi buat si Kecil yang sudah bersekolah dan terbiasa membeli atau bertukar camilan bersama teman-temannya. Sesuai penjelasan Dokter Yohan, bahwa porsi makanan dan camilan harus dikontrol baik untuk anak maupun dewasa. “Baik anak-anak maupun dewasa sebenarnya harus mempunyai pengaturan makan dan Ayah atau Bunda dapat mulai belajar membaca label gizi di setiap makanan kemasan dan menghitung total asupan gula harian si Kecil”. Tambah Dokter Yohan Samudra, SP.GK-AIFO yang merupakan dokter Gizi Klinis yang berpraktek di Jakarta & Tangerang Selatan.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi gula untuk anak usia 2-18 tahun tidak lebih dari 6 sendok teh gula tambahan atau sekitar 25 gram per hari. Dokter Yohan memberikan gambaran mengenai kandungan gula pada menu-menu favorit si Kecil contoh : kandungan gula di minuman kemasan rata-rata 18 gram, di teh boba sekitar 28 gram, 1 potong brownies sekitar 12 gram, 1 donat dilapisi gula cair mengkilap sekitar 20 gr.
Wow, tidak disangka ya sebanyak itu asupan gula-gula pada makanan si Kecil dan juga daftar jajanan kita sebagai orangtua. mulai dari sekarang Ayah dan Bunda dapat sama sama belajar mengenalkan pola makan sehat serta memberi varian cemilan enak tapi lebih aman pada si kecil agar menjadi kebiasaan dan menjadikan pola makan dan kesukaan Ayah dan Bunda sebagai panutannya. Yuk Ayah dan Bunda, kita mulai “bersih-bersih” gula pada menu-menu kita semua.