Pertumbuhan Si Kecil pastinya akan menjadi fokus utama bagi Ayah dan Bunda, seperti perkembangan otak kiri dan kanan, motorik dan sensorik. Namun sayang sekali, anak-anak sekarang ini lebih suka menghabiskan waktu dengan menonton video online dan bermain game online di ponsel atau komputer. Jika kegiatan itu dilakukan dengan berulang, maka Si Kecil tidak akan bisa mengeksplor dunia atau bahkan untuk sekedar melatih motorik dan sensoriknya.
Padahal, anak usia dini sangat penting untuk melakukan aktivitas fisik yang bertujuan untuk melatih pertumbuhan fisik motorik. Oleh sebab itu Ayah dan Bunda perlu secara aktif dan konsisten mengajak Si Kecil melakukan aktivitas-aktivitas yang merangsang Si Kecil menggerakkan seluruh anggota tubuh, salah satu kegiatan sederhana yang bisa dilakukan adalah bermain sepeda. Apalagi karena bermain sepeda bisa dilakukan di mana saja, di depan rumah, di tanah lapang, atau di taman.
Menurut Robert Kliegman, seorang dokter spesialis anak dan ahli di bidang pendidikan pediatri, naik sepeda adalah salah satu tanda bahwa perkembangan motorik saat Si Kecil berusia 3 tahun sudah berjalan dengan optimal. Kemampuan motorik Si Kecil saat belajar naik sepeda akan terlihat saat mengarahkan stang sepeda, menyeimbangkan sepeda, mengerem, dan mengayuh.
Mungkin bagi orang dewasa mengayuh sepeda dan mengarahkan stang sepeda adalah hal mudah. Namun bagi Si Kecil hal ini cukup sulit dilakukan apalagi karena otot-otot sendi mereka belum terbiasa. Dengan mengayuh kedua otot kaki Si Kecil akan belajar terkoordinasi untuk bergerak agar sepeda dapat melaju. Begitu pula saat Si Kecil berusaha menyeimbangkan tubuh. Pada momen-momen tersebut, Si Kecil akan menggerakkan otot kaki, lengan dan tangan secara bersamaan, serta tak lupa juga konsentrasi tinggi untuk menemukan posisi yang seimbang agar tubuh tidak jatuh.
Seluruh kegiatan itu melibatkan anggota tubuh untuk bergerak secara reflek merespon setiap situasi sehingga motoriknya terus terlatih. Sedangkan saat Si Kecil memelankan laju sepeda begitu melihat kerikil di depan, atau ketika Si Kecil mendengar suara perintah agar berhenti, saat-saat itu adalah ketika kemampuan sensoriknya terasah. Bersepeda juga mengajarkan Si Kecil mengetahui arah kiri, kanan, depan, dan belakang. Si Kecil yang awalnya tidak hafal dan sulit membedakan arah, lambat laun akan terbiasa karena saat bersepeda Si Kecil tidak hanya mengayuh dan menjaga keseimbangan, tetapi otaknya juga secara otomatis berpikir ke arah mana dia akan menggerakkan stang sepedanya. Dengan begitu Si Kecil akan dengan mudah mengenali dan merespon apabila Ayah, Bunda, ataupun teman sebayanya memintanya untuk berbelok ke satu titik tertentu.
Agar permainan sepeda Si Kecil lebih menyenangkan dan aman, Ayah Bunda jangan lupa menyiapkan alat pengaman seperti helm, pelindung siku dan lutut. Dengan memakai atribut keamanan secara tak langsung akan merangsang Si Kecil agar berusaha sebaik mungkin tidak jatuh dan melatih sensoriknya agar lebih peka terhadap sekitar. Si Kecil akan lebih memperhatikan sekitar dan lebih waspada.
Namun terkadang, bermain sepeda juga membuat Si Kecil bosan, apalagi jika Si Kecil belum lancar. Ayah dan Bunda bisa merencanakan untuk bersepeda bersama, bukan hanya untuk menemani Si Kecil, tetapi bisa mengamati Si Kecil sambil menanyakan hal-hal yang dirasakan ketika bermain sepeda. Ayah dan Bunda jangan mudah menyerah untuk mengajak Si Kecil rutin bersepeda ya.
Sumber:
https://id.theasianparent.com/stimulasi-motorik-anak
Brantasari, Mahkamah. Bermain Sepeda Untuk Melatih Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Pendas Mahakam, PG PAUD Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda. 2020