Ups… Jangan Sampai Lakukan Hal ini Pada Anak-anak

 

Usia 3 tahun menjadi tahapan yang cukup seru, bahkan pada beberapa anak usia 3 tahun sudah mulai masuk sekolah dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Sebetulnya sudah siap belum sih di usia 3 tahun anak masuk ke sekolah meskipun isinya hanya bermain saja? Di dalam sekolah atau kelompok bermain yang rutinitasnya sebagian besar adalah bermain, sekolah adalah lembaga yang akan mengajarkan aturan. Ayah dan Bunda sebaiknya sudah bersiap mendampingi anak mengenal aturan meski tanpa disadari, Ayah dan Bunda mungkin saja sudah membuat aturan dan dalam pengasuhan untuk mengendalikan si Kecil. Apakah trik yang selama ini dilakukan sudah tepat? Kita kupas satu persatu, yuk!

Tidak konsisten

Ayah dan Bunda ingin si Kecil bisa taat pada intruksi yang diberikan, namun sebagai orang tua, kita sendiri yang suka melanggar aturan. Jika ingin mengajarkan anak rutinitas dasar agar Si Kecil juga terbiasa dengan rutinitas, pastikan Ayah dan Bunda juga taat pada aturan yang dibuat ya agar si Kecil mudah mengimitasi perilaku yang diharapkan.

Bernada Tinggi

Saat sudah repot, ada air yang tumpah, mainan berantakan, ada si Kecil yang belum sempat dimandikan, kerjaan rumah yang menumpuk, maka kalimat instruksi yang keluar pun cepat sekali ditambah nada yang tinggi. Jangankan untuk menuruti, si Kecil bahkan bingung apa mau Ayah dan Bunda. Jika ingin si Kecil mudah memahami, berikan instruksi dalam jarak dekat, sentuh, minta si Kecil melakukan instruksi dengan nada tenang. Ayah dan Bunda juga tentu lebih nyaman jika diperingatkan oleh orang lain dengan tenang, bukan? Si Kecil juga begitu, loh.

Tidak Ada Apresiasi

Saat si Kecil sudah dapat bekerjasama dengan baik, meski hanya membuang sampah pada tempatnya, atau mengembalikan balok mainan pada tempatnya, berikan senyuman atau acungkan ibu jari sebagai apresiasi. Perilaku buruk dinasihati, perilaku baik juga perlu diapresiasi agar perilaku positif itu semakin kuat melekat pada si Kecil. Jika Ayah dan Bunda memberikan pujian pada perilaku positif yang dilakukan si Kecil maka si Kecil tahu perilaku itu diharapkan oleh Ayah dan Bunda, selanjutnya si Kecil akan mengulangi lagi perilaku positif tersebut.

Selalu Membantu

Begitu sayangnya Ayah dan Bunda pada si Kecil, hingga tidak ingin ia kesusahan. Si Kecil tentu saja senang, namun si Kecil jadi tidak tahu kemampuan hebatnya. Yuk, Ayah dan Bunda berikan kesempatan si Kecil untuk mengembangkan diri. Biarkan ia membuang sampah kecil, tisu, kertas, ke tempatnya. Minta juga Si Kecil untuk mengembalikan mainan ke tempatnya. Jika sudah selesai makan si Kecil bisa loh membawa piring plastik atau gelasnya ke tempat cuci piring, meskipun harus menggunakan kursi kecil, ya. Jika khawatir terpeleset boleh kok hanya mengantar saja ke tempat cuci piring, Ayah dan Bunda menerima piringnya kemudian memasukan ke baknya.

Membandingkan

Terakhir adalah kesalahan yang paling sering dilakukan tanpa sengaja oleh Ayah dan Bunda, yaitu membandingkan capaian si Kecil dan anak lainnya. Kok si Kecil belum bisa baca, anak lain kok sudah hebat, ya? Si Kecil kok tidak mau tampil di depan umum, anak tetangga saja usia 3 tahun sudah berani tampil di panggung untuk baca puisi. Stop membandingkan, ya. Setiap anak itu unik dan menarik sesuai dengan karakter dan perkembangannya masing-masing. Asal perkembangan umumnya sudah sesuai, kurangi membandingkan si Kecil dengan anak lain, ya, Ayah dan Bunda.

Sumber :

Sanders, Matthew R.  (1992).  Every parent : a positive approach to children’s behaviour.  Sydney :  Addison-Wesley

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.