Waspada Penyebaran Cacar Monyet di Indonesia

 
Ayah Bunda, cacar monyet sebenarnya merupakan salah satu penyakit langka yang disebabkan oleh virus.

Pandemi Covid-19 di Indonesia memang belum berakhir. Namun, kini masyarakat diminta kembali meningkatkan kewaspadaan, seiring munculnya penyakit cacar monyet. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan temuan pertama kasus cacar monyet atau monkey pox di Indonesia pada 20 Agustus yang lalu. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Juli 2022 telah menetapkan kasus cacar monyet sebagai kondisi darurat kesehatan global.

Apa itu cacar monyet?
Ayah Bunda, cacar monyet sebenarnya merupakan salah satu penyakit langka yang disebabkan oleh virus. Dilansir situs kesehatan Healthline, penyakit tersebut disebabkan oleh virus dari genus orthopoxvirus, yang juga merupakan virus yang menyebabkan cacar (smallpox). Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1970 di Republik Demokrasi Kongo.

Namun berdasarkan perkembangan terbaru, kasus cacar monyet saat ini semakin meluas di beberapa negara di dunia. Menurut data dari WHO, kasus cacar monyet mulai menunjukkan kenaikan yang signifikan sejak 1 Januari 2022. Kasus pertama di Amerika, yang semula disebut bebas dari virus tersebut, ditemukan pada 7 Mei 2022 yang dibawa oleh seseorang yang baru saja bepergian dari Nigeria.

Gejala cacar monyet
Ketua Satgas Penanganan Cacar Monyet dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari, menyebut penyakit cacar monyet bisa menyebabkan kematian, terlebih jika pasien memiliki daya tahan tubuh yang buruk. Daya tahan tubuh yang buruk bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi kulit, saluran pernapasan, hingga otak dan berakhir dengan kematian.

Ayah Bunda, penyakit cacar monyet pada umumnya menyerang wajah si penderita. Tetapi, kelainan yang muncul akibat virus ini juga dapat menyerang bagian batang tubuh, seperti lengan, perut, punggung dan telapak tangan. Kelainan kulit yang bisa ditemukan pada pasien terduga cacar monyet adalah bintil-bintil di area bagian seperti wajah, batang tubuh, telapak tangan dan kaki, diikuti dengan lenting dan bernanah. Selain hal-hal tersebut, gejala yang paling banyak dikeluhkan oleh pasien adalah demam, sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, dalam kurun waktu 5 hingga 21 hari setelah terserang virus.

Penyebaran dan pencegahan
Lantas, seperti apa sih penyebaran virus ini dan bagaimana cara mencegahnya menulari Si Kecil? Untuk diketahui, penularan cacar monyet ini ternyata bisa terjadi dari manusia ke manusia, maupun dari hewan ke manusia. Sebab, penyakit ini merupakan zoonosis yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia.
Spesialis penyakit menular pediatri Duke University School of Medicine Dr Ibukun Kalu mengatakan, cacar monyet tidak menyebar semudah Covid-19 atau penyakit umum pada anak-anak. Penularannya biasanya membutuhkan kontak langsung dengan ruam orang yang terinfeksi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, cacar monyet dapat menyebar dengan menyentuh benda, kain, maupun permukaan yang telah digunakan oleh penderita dan belum dibersihkan. Atau, cara lainnya melalui tetesan pernapasan (droplet) yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi selama tatap muka dekat. Untuk saat ini, anak-anak lebih mungkin tertular cacar monyet dari orang yang mereka hubungi di rumah daripada di sekolah. Namun, seorang anak yang tinggal dengan penderita cacar monyet juga berpotensi membawa virus ke tempat penitipan anak atau sekolah mereka.

Mengingat cacar monyet menyebar terutama melalui kontak dekat yang berkepanjangan, bayi dan balita secara teoritis bisa mendapatkan infeksi dari pengasuh atau keluarga yang sakit. Spesialis penyakit menular pediatri Norton Children’s Hospital, Dr Kristina Bryant, mengatakan Ayah dan Bunda harus menganggap serius ruam baru yang timbul, terutama jika berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai dengan demam. Setelah itu, segera hubungi dokter anak untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Sama seperti penanganan cacar biasa, anak-anak dengan ruam dan demam harus dipastikan selalu berada di rumah dan mendorong mereka sering mencuci tangan.

Menurut Bryant, anak-anak dalam kelompok usia 4 – 10 tahun memiliki pemahaman yang cukup baik tentang konsep-konsep seperti menjaga tangan dan tubuh mereka untuk diri mereka sendiri, dan tidak berbagi barang-barang pribadi. Jika di dalam lingkup keluarga ada yang terinfeksi, mereka harus mengisolasi diri di ruangan yang jauh dari orang lain, memakai masker medis yang pas, serta menutupi ruam dengan lengan panjang, celana, atau sarung tangan. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan menjadi poin penting dalam menghindari virus ini, seperti rajin mencuci tangan menggunakan air dan sabun. Langkah lain, keluarga diimbau untuk menghindari kontak dengan hewan liar dan konsumsi daging hewan liar maupun yang tidak dimasak hingga matang.

Perlu menjadi catatan nih untuk Ayah Bunda, sejauh ini belum ada pengobatan khusus untuk penyakit ini. Penderita biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi. Pengobatan yang diberikan biasanya hanya ditujukan untuk mengurangi gejala yang dirasakan penderita. Bukan hanya itu, sampai saat ini juga belum ditemukan vaksin khusus untuk mencegah penyakit cacar monyet ini. Meski demikian, salah satu cara pencegahannya bisa dengan vaksinasi cacar. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan efektivitas dan kemampuan vaksin ini dalam mencegah keparahan penyakit cacar monyet.

Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/rh6kcq414/cara-lindungi-bayi-anak-dan-remaja-dari-penularan-cacar-monyet
https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/21/200500265/cara-penularan-cacar-monyet-dan-gejalanya?page=all
https://www.voaindonesia.com/a/pb-idi-cacar-monyet-bisa-menyebabkan-kematian-/6689574.html

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.