Kesehatan Si Kecil tentu saja merupakan prioritas utama bagi Ayah dan Bunda, terutama apabila Si Kecil masih balita. Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah pneumonia atau radang paru. Penyakit ini tidak hanya disebabkan oleh cuaca ekstrim, tetapi juga asap rokok atau asap tembakau.
Si Kecil yang berada di lingkungan perokok akan secara langsung menjadi perokok pasif, dengan peluang terjangkit pneumonia lebih besar dibanding anak yang tidak pernah terpapar asap rokok. Selain itu, asap tembakau juga dapat merusak saluran pernapasan dan memperburuk gejala pneumonia jika Si Kecil sudah terinfeksi.
Bahan kimia dan partikel halus yang ada pada rokok membuat perokok pasif begitu berbahaya, karena asap tersebut bisa menempel pada benda-benda di rumah seperti pakaian, mainan Si Kecil, karpet, dinding, bahkan hingga botol susu Si Kecil. Partikel berbahaya tersebut bisa masuk ke dalam tubuh Si Kecil ketika ada benda yang terkontaminasi zat dari rokok masuk ke dalam mulutnya, atau tidur di atas kasur/bantal yang telah terpapar asap tembakau.
Gejala Pneumonia
Ayah dan Bunda penting untuk memahami tanda dan gejala pneumonia. Di antaranya adalah demam, batuk yang parah, napas yang cepat dan dangkal, serta sulit bernapas. Batas frekuensi napas cepat pada Si Kecil kurang dari 2 bulan adalah lebih atau sama 60 kali per menit, pada Si Kecil 2 sampai 12 bulan adalah lebih atau sama 50 kali per menit dan usia 1-5 tahun adalah 40 kali per menit.
Pada pneumonia berat memiliki tanda-tanda bahaya umum yaitu tidak bisa minum, muntah persisten, kejang, tidak sadarkan diri, serta malnutrisi berat. Sementara itu, rentang usia Si Kecil dapat terserang pneumonia adalah 0 bulan sampai 5 tahun, dan pada usia 2 tahun menjadi masa rawan Si Kecil mengalami pneumonia berat.
Pada penelitian yang dilakukan 2021 silam membuktikan bahwa adanya hubungan erat antara perilaku merokok Ayah dan Bunda di rumah dengan risiko pneumonia berat. Perilaku merokok di dalam rumah mencerminkan paparan rokok yang berasal dari secondhand dan thirdhand smoke (orang yang bukan perokok). Paparan asap rokok di rumah lebih tinggi 2-6 kali lipat pada Si Kecil yang tinggal bersama orangtua yang merokok di dalam rumah dibandingkan dengan Si Kecil yang tinggal bersama orang tua yang merokok di luar rumah.
Perlu diketahui, merokok diluar rumah tidak cukup untuk menjaga Si Kecil tidak terkontaminasi dengan polutan tembakau. Karena partikel-partikel tersisa dari tembakau tetap menempel pada pakaian, kulit, rambut, dan napas. Maka sebelum mendekati Si Kecil, Ayah, Bunda, dan orang dewasa lainnya yang baru saja merokok atau bersama orang yang merokok, ada baiknya mengganti pakaian yang bersih, mencuci tangan hingga lengan dan muka, serta jangan biarkan Si Kecil menghisap jari.
Namun apabila jika ada yang pernah merokok di dalam rumah, maka Ayah dan Bunda perlu melakukan pembersihan lebih lanjut seperti, membuka ventilasi dan pintu, menggunakan filter udara atau air purifier dengan tingkat efisiensi tinggi (HEPA) yang mampu menyaring debu dan partikel berukuran mikron. Tidak hanya itu, Ayah dan Bunda juga perlu secara rutin membersihkan rumah, mengelap lantai, mencuci mainan, selimut Si Kecil dan benda lain yang sekiranya akan menempel di mulut Si Kecil.
Pada Hari Bebas Tembakau ini, mari bersama-sama meningkatkan kesadaran akan bahaya asap tembakau pada rokok dan mengambil langkah nyata untuk melindungi Si Kecil dari paparan asap rokok. Ayah dan Bunda jangan ragu untuk menegur apabila ada yang merokok di sekitar Si Kecil. Hal ini juga menjadi upaya menjaga generasi masa depan dari risiko penyakit yang serius.
Referensi:
Stefani, Maria dan Andy Setiawan. Hubungan Asap Rokok terhadap Derajat Keparahan Pneumonia Anak Usia di Bawah 5 Tahun. Sari Pediatri: Vol 23, No 4 (2021)
https://www.parenting.co.id/balita/asap+rokok+picu+anak+rentan+terkena+pneumonia