Sering mendengar kata overdosis kini ternyata ada istilah overparenting untuk ditujukan Ayah dan Bunda yang sedang menjalani peran sebagai orangtua. Overparenting adalah sejenis pola asuh yang cenderung berlebihan dalam mengatur dan melindungi anak, menurut J.L Young, overparenting juga dikenal dengan sebutan helicopter parenting. Istilah ini sebetulnya sama dengan istilah overprotective, suasana pengasuhan dimana orang tua terlalu terlibat dalam seluruh kehidupan Si Kecil. Setiap orang tua yang menjalankan pola pengasuhan ini tujuannya tentu saja satu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Akan tetapi, sesuatu yang terlalu berlebihan tidak baik bagi anak dan juga bagi orang tua sendiri. Kita berkenalan dulu dengan pola asuh overparenting dan juga dampaknya bagi anak, ya.
Apakah Ayah dan Bunda sangat khawatir jika tidak dapat mengontrol seluruh yang terjadi pada Si Kecil. Ketika Si Kecil sekolah ingin melihat seluruh aktivitasnya, saat Si Kecil dipegang oleh pengasuh atau orang lain hati Ayah dan Bunda merasa tidak nyaman dan tidak percaya bahwa Si Kecil akan baik sesuai yang diperlukannya. Ayah dan Bunda tidak membiarkan Si Kecil memilih sendiri apa yang dia inginkan dan harapkan. Niat Ayah dan Bunda pasti baik, namun jika kita sebagai orang tua terbiasa mengendalikan semua situasi yang dilalui anak, anak tidak terbiasa mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Kesalahan merupakan hal yang biasa dan sebaiknya dilalalui dalam fase perkembangan anak karena dalam kesalahan lah terdapat pelajaran mencari solusi yang lebih baik lagi.
Kebalikan dari terlalu khawatir adalah terlalu memanjakan. Si Kecil disediakan segala hal sampai takut sekali Si Kecil merasa lapar, panas, takut, gelisah dan lainnya. Padahal setiap anak memerlukan perasaan itu dan kemudian menyampaikan apa yang ia rasakan kepada orang lain. Jika kita selalu menyediakan yang anak ingin, anak tidak tau apa yang ia perlu sebetulnya. Jadi Ayah dan Bunda boleh loh membatasi apa yang diberikan kepada anak, sampai anak dapat merasakan dirinya membutuhkan apa. Ayah dan Bunda sangat boleh memberikan mainan kepada anak, namun akan lebih baik jika mengendalikan dan mengontrol, tanyakan pada anak apa yang ia inginkan satu persatu. Meski Ayah dan Bunda memiliki banyak uang, akan lebih baik jika anak tetap diajarkan mengendalikan diri. Misal satu atau dua mainan setiap bulan, jika ada yang diinginkan lagi tunggu ya hingga bulan depan.
Terakhir, hadiah berlebihan sama tidak baiknya dengan hukuman berlebihan. Anak jadi tidak tau bagaimana seharusnya bersikap terhadap pujian dan hukuman. Ayah dan Bunda mesti mempertimbangkan dengan hati-hati hadiah, fasilitas dan hukuman yang diberikan apakah cocok dengan usia anak. Hindari pukulan, makian, kurungan jika anak melakukan hal yang tidak tepat. Jika memberikan hadiah juga berikan yang sesuai usianya dan kebutuhannya. Uang yang terlalu banyak akan membingungkan untuk anak, berikan uang sesuai kebutuhan anak di usianya. Jika di usia itu anak belum paham dengan konsep uang jangan memberikan uang. Berikan saja makanan atau mainan. Hadiah juga berikan yang anak dapat menggunakan dengan aman, pistol-pistolan karet dapat digunakan oleh anak yang sudah dapat memperkirakan jarak tembak dan bagian tubuh yang mesti dihindari dalam menembak, oleh karena itu jangan berikan pada anak yang berusia terlalu kecil.
Overparenting tidak hanya berdampak jangka pendek namun juga jangka panjang. Hubungan anak dan orang tua di masa dewasa anak akan menjadi hubungan yang tidak sehat, anak akan menuntut kebebasan dari apa yang selama ini sudah ditanamkan orang tuanya. Rasa berontak dan ingin mencicipi kebebasan memilih dan memutuskan akan selalu hadir dalam diri setiap manusia. Untuk itu, sejak anak kecil berikanlah kesempatan dan ruang itu, ya, Ayah dan Bunda. Agar Si Kecil tumbuh jadi manusia yang bertanggung jawab pada pilihannya. Beri ia ruang memilih agar ia tahu betul konsep resiko dan bertanggungjawab.
Referensi :
Alodokter.com. Waspadai Pola Asuh Overparenting. https://www.alodokter.com/waspadai-pola-asuh-overparenting
Young, J.L. Psychology Today (2017). The Effects of “Helicopter Parenting”.