9 Tanda Disleksia Pada Anak yang Harus Diperhatikan

 
Disleksia disebabkan oleh gangguan saraf pada bagian batang otak, yang mana merupakan inti dari pemrosesan bahasa.

Anak usia bawah lima tahun (balita) merupakan momen dimana perkembangan dan pertumbuhan awal Buah Hati terjadi dengan sangat pesat. Pada usia ini, rasa ingin tahu yang tinggi dan eksplorasi menjadi kekuatan mereka untuk mempelajari hal-hal baru yang terjadi di sekitar. Dalam prosesnya, Ayah dan Bunda harus terus melakukan stimulasi dan pemantauan, terlebih jika dirasa perkembangan yang terjadi cenderung lambat atau terhenti.
Salah satu gangguan kesulitan belajar yang mungkin terjadi pada Si Kecil dan patut diwaspadai adalah ‘Disleksia’. Hal ini membuat mereka mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, atau berbicara dengan jelas. Disleksia disebabkan oleh gangguan saraf pada bagian batang otak, yang mana merupakan inti dari pemrosesan bahasa.

The International Dyslexia Association menyebut disleksia merupakan salah satu penyakit saraf pada anak. Hal ini ditandai ketika ia kesulitan mengenali huruf, kata, hingga kemampuan mengeja yang buruk. Contohnya, indra penglihatan seharusnya mengirimkan sinyal dari gambar atau huruf yang terlihat pada sistem saraf pusat atau otak. Kemudian, otak akan menghubungkan apa yang dilihat ini dalam urutan yang benar untuk membentuk kata, kalimat, maupun paragraf untuk dibaca. Namun pada anak dengan disleksia, mereka akan mengalami kesulitan dalam mencocokkan huruf dan gambar yang ada dan mengakibatkan mereka merasa sulit dalam mempelajari hal selanjutnya.

Kondisi disleksia disebut-sebut paling banyak terjadi pada anak-anak atau remaja. Berdasarkan informasi dari Mayo Clinic, tanda-tanda yang ditunjukkan pun berbeda sesuai dengan usia serta tingkat keparahan yang dialami. Gangguan belajar ini akan muncul seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikelola.
Untuk mengamati apakah Si Buah Hati mengalami disleksia atau tidak, Ayah dan Bunda bisa memperhatikan 9 tanda di bawah ini:

1. Pelupa

Bagi penyandang disleksia, biasanya mereka bisa sangat pelupa, bahkan melebihi teman-teman lainnya yang sebaya.

2. Gangguan berbahasa

Buah Hati yang mengalami disleksia akan sulit dalam mengungkapkan apa yang ia inginkan karena gangguan bahasa. Ia juga akan kesulitan dalam membedakan kata yang memiliki susunan kata yang mirip, seperti ‘taman’ dan ‘tanam’ atau ‘melon’ dan ‘molen’. Tidak hanya itu, mereka juga akan kesulitan berbicara secara runut, susah memahami istilah-istilah sederhana, seperti sebelum, sesudah, persamaan, perbedaan, atas, bawah, maju atau mundur.

3. Menulis terbalik

Saat menulis, anak dengan disleksia cenderung menuliskan huruf atau lambang bilangan secara terbalik. Hal ini seringnya ditandai sebagai ciri khas dan tunggal dari penyakit disleksia. Tulisan mereka acak-acakan dan tidak bisa membedakan huruf yang mirip, seperti ‘b’ dan ‘d’, ‘p’ dan ‘q’, maupun ‘m’ dan ‘w’.

4. Sulit mengurutkan abjad

Menyebutkan huruf abjad secara berurutan bisa menjadi hal yang sangat sulit bagi Si Kecil dengan disleksia. Hal ini karena mengurutkan huruf abjad sesuai susunannya menuntut keterampilan dan ingatan hasil belajar.

5. Kesulitan berkoordinasi

Gejala disleksia yang paling mudah terlihat di usia pra-sekolah adalah kesulitan dalam melakukan koordinasi gerakan motorik. Buah Hati akan terlihat sering terjatuh, sering menabrak benda, atau tersandung.

6. Sulit beraktivitas

Si Kecil yang mengalami diseleksia akan sulit melakukan aktivitas dengan keterampilan motorik halus atau memerlukan fokus, seperti mewarnai, menggunting, mengancingkan baju, memakai kaos kaki, dan lainnya.

7. Respons lambat

Ketika diberi tugas atau instruksi, anak disleksia memiliki kecenderungan lambat dalam menyelesaikannya. Gejala ini lebih mudah untuk dikenali pada saat dalam mode belajar.

8. Kehilangan barang

Sehubungan dengan kondisinya yang gampang lupa, mereka juga akan sering kehilangan barang-barang miliknya, seperti pensil, botol minum, atau penghapus.

9. Ada riwayat disleksia

Jika dalam keluarga ada riwayat disleksia, maka dugaan Si Kecil mengalami disleksia akan semakin kuat, terlebih dengan dukungan gejala-gejala yang sudah ditunjukan.

Hingga saat ini memang masih belum ditemukan cara yang ampuh untuk mencegah terjadinya disleksia, khususnya yang disebabkan oleh kelainan genetik turunan dari anggota keluarga. Meski demikian, Ayah dan Bunda bisa melakukan terapi dengan ahlinya untuk membantu Buah Hati.

Selama di rumah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu Buah Hati, yaitu dengan membacakan mereka buku, bekerja sama dengan pihak sekolah, memperbanyak waktu membaca, menciptakan suasana yang menyenangkan, serta menghindari mencela Si Kecil saat melakukan kesalahan.

Jika Ayah Bunda memiliki kecurigaan Buah Hati menderita disleksia, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah mengenai kebutuhan pendidikan khusus. Berkonsultasi dengan dokter spesialis anak maupun psikolog anak diikuti serangkaian tes sebaiknya dilakukan untuk mengetahui status perkembangan si Kecil dan langkah apa hang selanjutnya perlu dilakukan.

Sumber:

https://motherandbeyond.id/read/9758/9-tanda-si-kecil-idap-disleksia

Disleksia pada Anak

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/disleksia/

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.