Anak Suka Marah-Marah, Apakah Bahaya? Ketahui Tandanya!

 
Perlu Ayah dan Bunda ingat, anak usia dini, setidaknya sampai ia berusia 7 tahun masih sulit memahami sudut pandang orang lain.

Ayah dan Bunda apakah sudah mulai ditahap merasa bahwa anak bukan bayi lagi. Kalau dulu cenderung nurut, saat lapar mau makan, kalau lelah tidur, kok sekarang mulai membangkang, ya. Jika mainannya diambil untuk disimpan ia menjerit hebat dan mengamuk sejadi-jadinya. Saat keinginannya tidak dituruti ia meraung. Sampai di titik ini Ayah dan Bunda merasa anak adalah pribadi yang keras kepala dan sulit diatur. Mulailah di awal kehidupan anak, anak sudah memiliki label atas dirinya dari orang tua sebagai anak yang keras kepala dan sulit diatur. Ayah dan Bunda tahukah, saat memberikan label itu maka secara tidak sadar kita sudah memberikan kotak pada anak. Apapun yang anak lakukan jika tidak sesuai keinginan Ayah dan Bunda maka Si Kecil dicap sebagai keras kepala. Padahal belum tentu, bisa jadi dia berhati lembut, hanya saja kita salah menilai. Yuk belajar mengenal anak!

Jika dulu saat bayi anak hanya menangis, sedikit tertawa, beranjak usia 12 bulan anak sudah bisa mulai mengamuk. Ada salah satu perkembangan yang terjadi di dalam kehidupan anak yang disebut perkembangan sosial emosional. Ini adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Si Kecil mulai terhubung dengan orang – orang di sekitarnya seperti menangis saat Ayah dan Bundanya pergi, memiliki perasaan malu saat berada di lingkungan baru, kesal saat tidak mendapatkan apa yang ia mau, atau bersemangat saat menemukan mainan yang disukai.

Perlu Ayah dan Bunda ingat, anak usia dini, setidaknya sampai ia berusia 7 tahun masih sulit memahami sudut pandang orang lain. Misal Ayahnya mau berangkat kerja, kemudian Si Kecil menangis, Si Kecil tidak akan paham bahwa Ayah akan terlambat, ayah akan menyulitkan kantornya jika terlambat. Anak bukan tidak mau tau tapi dia memang tidak tau sudut pandang orang lain. Di pikirannya hanya ada keinginan bersama Ayah. Jadi orang tua perlu menyadari bahwa ini bukan sikap menentang, keras kepala apalagi nakal. Begitupun dengan hubungan dengan anak lain, saat anak hendak marah dan memukul temannya biasanya karena ia melihat contoh terlebih dulu entah dari orang tua, orang sekitar atau tayangan media. Saat mainan Si Kecil diambil temannya, ia pun marah dan memukul. Bukan cuma itu, Ayah dan Bunda juga harus menghindari memberikan label Si Kecil nakal. Emosi atau kondisi marah-marah yang dimunculkan oleh Buah Hati merupakan bentuk usaha mempertahankan diri. Mengingat Si Kecil masih belajar mengekspresikan emosi dan mengembangkan kemampuan bahasa mereka, maka marah-marah ini bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Jika anak masih bisa ditenangkan sebetulnya belum masuk tanda bahaya. Nah, yang termasuk pada tanda bahaya adalah jika, terlalu banyak bergerak namun tidak terarah seperti misal bermain tapi tidak pernah tuntas karena sedikit bermain kemudian ditinggalkan dan ganti permainan lain, diulang seperti itu. Menunjukkan perilaku mengganggu anak lain, tidak sedang bermain namun ia mengganggu. Menunjukkan perilaku agresif seperti melawan secara konsisten padahal tidak pernah melihat contoh melawan, dan adakalanya anak menyendiri seperti tidak mau bersosialisasi. Jika tanda-tanda ini muncul secara konsisten baiknya Ayah dan Bunda mengunjungi psikolog atau dokter tumbuh kembang, ya.

Sumber:

Haibunda.com. Perkembangan Emosi Anak Usia 1-5 Tahun. https://www.haibunda.com/parenting/20221209155052-62-291612/7-contoh-perkembangan-emosi-anak-usia-1-5-tahun-perhatikan-bun (Diakses 31 Oktober 2023)

Morinagaplatinum.com.Inilah Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. https://morinagaplatinum.com/id/milestone/inilah-faktor-dan-tahapan-perkembangan-emosi-anak-usia-dini (Diakses 31 Oktober 2023)

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.