Apa Ayah Juga Bisa “Dad Shaming”?

 

Ayah dan Bunda, istilah shaming belakangan ini sering terdengar di media sosial. Shaming sendiri berarti tindakan atau aktivitas mempermalukan seseorang, mengucapkan aib orang lain, penghinaan, yang diucapkan kepada objek secara langsung atau di ruang publik. Shaming lebih jamak terdengar disandingkan dengan kata mom. Pilihan Ibu atau situasi yang terjadi pada Ibu dikritik, dinilai orang lain, dibenturkan bahkan disalah-salahkan. Ibu bekerja dianggap tidak peduli anak, Ibu di rumah dianggap tidak produktif. Ibu gemuk dibilang tidak bisa menjaga diri, Ibu kurus disangka memikirkan diri sendiri. Nyatanya penghakiman seperti itu juga terjadi kepada Ayah, loh.

Dilansir dari Psychology Today, Dad Shaming ini dapat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri ayah dan tentu saja terhadap perasaan nyaman bagi anak-anaknya di rumah. Ada sebuah survey dari Universitas Michigan yang mengatakan bahwa ada 32 persen seorang yang baru menjadi Ayah mengalami Dad Shaming. Kritik terlalu kasar atas pola pengasuhan yang diterapkan ke anak-anak mereka di rumah menjadi permasalahan paling utama yang diterima Ayah. Yuk kita simak, apa saja Dad Shaming yang bisa sampai melukai sosok ayah.

Dad shaming yang sering terdengar pertama untuk Ayah tentu saja urusan pekerjaan. Jika Ayah bekerja jauh hingga meninggalkan anak berbulan-bulan tentu ada pertanyaan, “Gak kasian sama anak? Gak kangen istri?” Tidak ada yang tidak merindukan anak dan istri di rumah, ditambah rasa khawatir yang besar bagaimana istri mengasuh anak sendirian, apakah baik-baik saja kondisi mereka di rumah. Akan tetapi Ayah yang memilih bekerja meninggalkan keluarga pasti punya pertimbangan lainnya. Lebih baik mendukung daripada menanyakan hal yang malah membuat Ayah merasa bersalah.

Pola asuh juga sering menimpa Ayah, loh. Ada saja yang mengomentari interaksi Ayah dan anak. “Kok manjain anak, sih? Nanti gak kuat mental anaknya.” Padahal manja atau tidak bisa dinilai dari sekedar interaksi yang dilihat orang lain. Apa yang kita lihat belum tentu terjadi seperti yang kita pikirkan. Atau saat ada Ayah yang turut serta menggantikan popok atau memberikan makanan kepada anak dikomentari, “Istrinya mana itu kan tugas istri.” Padahal bisa jadi mereka sudah membuat kesepakatan mengenai pembagian pengasuhan.

Sindiran lain yang juga menimpa Ayah adalah sikap pasangan. “Kok istrinya gak mau urus anak pakai asisten? Kok istrimu gak masak, gak sayang keluarga, ya?” Komentar seperti ini juga menyudutkan Ayah sebagai keluarga sebagai nahkoda dan penentu keputusan. Sikap istri secara tidak langsung menyudutkan Ayah yang seolah tidak mampu mengatur keluarga utamanya istri. Padahal, bisa jadi komunikasi di antara Ayah dam Bunda memang bersepakat demikian dalam pengaturan rumah tangga. Situasi Dad Shaming seperti ini pasangan harus saling menguatkan satu sama lain agar pendapat orang lain tidak mengganggu hubungan rumah tangga.

Berbeda dengan Ayah, di budaya kita peran Ibu dalam pengasuhan jauh lebih besar sehingga kritik dan penilaian dalam rumah tangga meskipun tertuju pada Ayah namun dampaknya tetap sampai ke Ibu, Ibu ikut tersinggung karena peran pengasuhan masih berlaku dominan di pundak seorang Ibu. Ayah yang dihakimi , tapi ibu yang merasa tersinggung justru sangat mungkin sekali. Untuk itu komunikasi antar pasangan mengenai kesepakatan pengaturan rumah tangga mesti dipersiapkan jauh sebelum memiliki anak ya Ayah dan Bunda. Agar Ayah dan Bunda kokoh dan kompak menghadapi badai penilaian dari orang lain, ya!

Sumber :

Idntimes.com.Bentuk dad shaming yang sering dialami ayah. 28 Oktober 2021. https://www.idntimes.com/life/family/wiwit-widiastuti-1/5-bentuk-dad-shaming-yang-sering-dialami-ayah-dan-bisa-bikin-minder-c1c2/5

Popmama.com. Apa itu dad shaming. 28 Oktober 2021. https://www.popmama.com/life/relationship/fx-dimas-prasetyo/apa-itu-dad-shaming/3

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.