Simak Yuk Hal-Hal Yang Memicu Stres Pada Anak

 
Ayah dan Bunda selaku anggota keluarga, menjadi orang-orang pertama yang selalu di dekat mereka sejak kecil hingga tumbuh dewasa.

Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dimiliki Si Kecil. Ayah dan Bunda merupakan figur terdekat dengan si Kecil dari awal kehidupa hingga tumbuh dewasa.

Lingkungan keluarga tempat si Kecil tumbuh sangat mempengaruhi kondisi mental dan emosional mereka. Jika si Kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang harmonis, aman dan nyaman maka ia akan tumbuh dengan bahagia. Sebaliknya jika si Kecil tumbuh dalam situasi yang tidak aman, penuh tekanan dan pembatasan maka ia akan mengalami stres.

Psikolog dari Brawijaya Women and Children Hospital, Rustika Thamrin, menyebut faktor penyebab anak stres adalah perilaku dari orang tuanya sendiri. Rustika menyebutkan bahwa, “Orang tua seringkali tidak menyadari bahwa perilakunya menimbulkan tekanan pada anak dan akhirnya dapat menyebabkan situasi stres.”

Gejala stres pada anak memang tidak mudah dikenali, karena tidak adanya  gejala yang spesifik. Beberapa gejala yang dapat Ayah Bunda kenali diantaranya susah tidur, nafsu makan menurun, emosi cepat berubah, serta menurunnya kemampuan si Kecil seperti sulit berkonsentrasi ketika belajar atau mengerjakan tugas sekolah. Sedangkan gejala fisik yang perlu Ayah Bunda waspadai antara lain nyeri perut, sakit kepala,  mengompol, susah buang air besar, ataupun mudah terserang penyakit.

Berikut ini beberapa perilaku orang tua yang bisa memicu stres anak:

1. Melarang tanpa menjelaskan alasan

Melarang Si Kecil tanpa memberi penjelasan dapat membuat anak kebingungan akan maksud dari Ayah Bunda, bahkan bisa membuat mereka merasa terkekang.

Larangan yang terlalu sering disampaikan juga bisa membuat Buah Hati merasa dibatasi untuk bebas melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Sikap kreatif anak dan keinginannya untuk bereksplorasi sebisa mungkin tidak dianggap sebagai kenakalan yang bisa membatasi geraknya.

Termasuk salah satu yang bisa menyebabkan stres adalah melarang anak menangis. Hal ini bisa terjadi karena Ayah Bunda ingin Si Kecil menjadi sosok yang hebat dan kuat. Tekanan ini utamanya dialami oleh anak laki-laki, karena banyak yang beranggapan menangis berarti menunjukkan kelemahan. Padahal, menangis adalah salah satu bentuk mengekspresikan perasaan mereka.

2. Mengkritik tanpa memuji

Kritik adalah hal yang wajar, jika memang apa yang dilakukan seseorang termasuk Si Kecil salah. Namun, jika kritik yang disampaikan adalah kesalahan-kesalahan yang lalu atau mengungkit kejadian sebelumnya, hal ini sama dengan meruntuhkan rasa percaya diri Si Kecil. Bentuk kritik yang disampaikan orang tua dan bisa membuat anak merasa stres lainnya adalah labeling. Label atau cap yang diberikan Ayah Bunda kepada Si Kecil bisa membahayakan, apalagi jika diiringi tindakan membanding-bandingkan tidak hanya membuat mereka merasa tertekan, namun di jangka panjang bisa menyebabkan luka batin.

3. Suka membandingkan atau membedakan

Membandingkan Si Kecil dengan anak lainnya dalam keluarga maupun putra-putri orang lain, bisa menyebabkan trauma atau luka batin yang terbawa hingga mereka dewasa. Sebagai orang tua, hal ini mungkin dianggap benar karena ingin memberi anak motivasi untuk kemajuan mereka. Namun, secara tidak langsung hal ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan diri dan membuat mereka minder.

4. Menuntut dan mengatur banyak hal

Hindari menuntut dan mengatur Si Kecil terlalu sering. Orang tua yang mengatur dan menuntut banyak hal biasanya merasa perlu dilibatkan dalam segala aktivitas anak. Hal ini bisa berdampak buruk, karena Si Buah Hati merasa tidak bebas mengeksplorasi diri dan berpengaruh buruk untuk perkembangan psikisnya.

5. Berteriak atau membentak

Stres yang dialami Buah Hati bisa juga dipicu oleh teriakan atau bentakan yang terjadi di rumah. Mereka yang sering dimarahi dan dibentak bisa merasa stres dan berujung depresi. Ayah dan Bunda, jika tidak ingin Si Kecil tumbuh menjadi anak yang kasar dan membangkang, hindari hal ini ya. Bukan rahasia lagi jika anak kerap menjadikan orang tua sebagai figur yang mereka contoh ketika dewasa.

Selain kepada anak, teriakan dan bentakan terkadang muncul ketika Ayah dan Bunda sering bertengkar. Karena itu, uapayakan untuk tidak bertengkar ketika Si Kecil ada di rumah atau dihadapan anak, karena akan membuat mereka kehilangan rasa aman dan nyaman. Ujungnya, mereka akan khawatir jika Ayah dan Bunda nantinya berpisah.

6. Bertindak kasar

Menyusul teriakan dan bentakan di atas, tindakan kasar dari Ayah Bunda juga bisa memicu stres pada Si Kecil. Selain secara verbal, tidak jarang orang tua menghukum anaknya dengan mencubit, memukul, menjewer, bahkan menoyor kepala Si Kecil. Ketahuilah, hal ini tidak hanya menyakiti fisik mereka tapi juga secara psikis.

Ayah Bunda, meski kondisi stres Si Kecil tidak melulu dipicu dari keluarga, namun tidak ada salahnya mengantisipasi dan mengevaluasi kembali pola pengasuhan atau aturan yang ada di rumah. Poin-poin di atas bisa menjadi pilihan panduan untuk memikirkan kembali cara merawat Buah Hati, mengingat komunikasi yang baik di keluarga bisa mendorong terciptanya generasi yang baik.

Sumber :

https://www.orami.co.id/magazine/anak-depresi-karena-orang-tua

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.