Batasan Antara Peduli dan Terlalu Peduli Untuk Anak

 

Semua orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anaknya sampai rela melakukan apapun untuk anak-anaknya. Sejak Si Kecil terlahir di dunia Ayah dan Bunda pasti sudah memikirkan masa depan Si Kecil, sekolah dimana, menempuh pendidikan apa, berapa biaya yang dibutuhkan untuk masa depan Si Kecil dan persiapan lainnya. Kerja keras dilakukan guna memberikan yang terbaik bagi Si Kecil, Si Kecil harus cukup sehat, cukup terlindungi dan harapan cukup lainnya. Akan tetapi, harapan yang besar ini juga membuat proteksi pada anak lebih kuat sehingga muncul sikap peduli yang berlebihan. Ada garis tipis antara peduli dan terlalu peduli yang malah bukan membuat anak nyaman tapi sebaliknya malah menjerumuskan masa depan kemandirian Si Kecil. Kepedulian apa saja yang ternyata berlebihan dan malah menghambat perkembangan Si Kecil?

Beberapa orang tua sangat terobsesi dengan nilai-nilai ini sehingga mendorong Si Kecil untuk mencapai nilai tertinggi bahkan dapat melampaui segalanya. Harapan Ayah dan Bunda memberikan dampak yang baik bagi Si Kecil, anak jadi tau apa yang sebetulnya diinginkan dari kedua orangtuanya, anak juga menjadi punya tujuan hidup ke depan, salah satunya memenuhi harapan orang tua, tentu selain tujuan untuk memenuhi mimpinya sendiri. Namun harapan yang berlebihan, intimidasi dan ancaman ternyata memberikan efek negatif bagi anak. Tekanan orang tua menyebabkan anak stress, cemas, kurang tidur, gangguan makan, kekhawatiran berlebihan, kelelahan, kehilangan minat pada hobi dan penarikan diri dari teman dan keluarga. Itu semua adalah konsekuensi dari tekanan yang berlebih dari orang tua kepada anaknya.

Orang tua juga memiliki harapan tinggi pada kenyaman hidup anak. Saat Si Kecil bertengkar, Ayah dan Bunda rasanya gemas ingin segera berlari ke sekolah menyelesaikan konflik yang dialami Si Kecil, padahal yang dibutuhkan Si Kecil adalah belajar menyelesaikan konfliknya sendiri. Tenang Ayah dan Bunda, pertengkaran di sekolah mengajarkan Si Kecil keterampilan sosial, ia jadi memahami bagaimana berteman, menyelesaikan masalah, bertahan dalam situasi konflik, membela diri dan ketrampilan sosial lainnya. Ada guru di sekolah yang akan menangani dengan cara yang bijaksana sesuai dengan nilai sekolah. Ayah dan Bunda pasti ingin memberikan yang terbaik, namun kadangkala pertolongan malah menghambat perkembangan sosial Si Kecil.

Saat Si Kecil ketinggalan barang bawaan dari rumah, Si Kecil juga sebetulnya sedang belajar menyelesaikan masalahnya. Saat Si Kecil membawa gelas berisi air dan tertumpah sebetulnya ia juga sedang belajar keseimbangan diri. Saat Si Kecil makan masih berantakan ia juga sedang belajar makan dengan rapih dan dengan sikap tangan yang lebih kokoh dalam menyuap. Jangan terburu-buru membantu, biarkan Si Kecil belajar dari kesalahannya. Terlalu banyak bantuan malah akan menghambat perkembangan kemandiran Si Kecil.

Ayah dan Bunda pasti ingin terbaik untuk Si Kecil, saking inginnya sampai tanpa disadari memberikan jauh lebih banyak dari yang semestinya diterima oleh Si Kecil. Batasan memberikan yang secukupnya malahan memberikan perkembangan kemandirian, sosial emosional serta perkembangan lainnya bagi Si Kecil. Yuk, kita bersikap sedikit tega kepada Si Kecil demi kebaikannya.

Referensi :

Thejakartapost.com. Parental pressure: A fine line between caring and caring too much. 21 September 2021. https://www.thejakartapost.com/life/2016/05/02/parental-pressure-a-fine-line-between-caring-and-caring-too-much.html

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.