Mempersiapkan Mental Untuk Calon Pengantin

 

Menjadi pengantin untuk banyak orang adalah momen paling membahagiakan karena dari pernikahan berbagai gambaran kehidupan baru yang menyenangkan hadir, seperti memiliki pasangan, memiliki anak, membayangkan hunian baru, membeli perabot lucu dan berbagai bayangan seru lainnya. Aneka persiapan telah dijalankan, mulai dari persiapan hunian hingga finansial. Namun demikian selain kesiapan fisik dan keuangan adalagi kesiapan yang juga perlu dimantabkan yaitu kesiapan mental. Artikel berikut akan membahas sisi lain yang perlu dipersiapkan dalam menyambut kehidupan baru pernikahan. Buat calon pengantin, mari kita simak!

Sederhana tapi tidak mudah yang perlu dilakukan adalah komunikasi, komunikasi tidak sebatas saling berbicara tapi juga mengetahui bagaimana pola komunikasi satu sama lain. Tidak semua orang memiliki gaya komunikasi yang sama, ada yang diam dulu baru bicara ada yang bicara dulu baru dipikirkan, semua itu perlu dipahami dan disepakati satu sama lain. Bagian dari komunikasi yang baik adalah menjadi pendengar yang baik dan meluangkan waktu untuk memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasangan kita. Jaga agar jalur komunikasi tetap terbuka dengan sering berbicara, untuk membagi pikiran dan perasaan. Siapkan mental bahwa komunikasi yang sudah diutarakan saja dapat membuat salah paham apa lagi yang tidak diutarakan.

Kedua, ingatlah bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Dua kepala dalam satu rumah tangga tidak mungkin selalu bersepakat meskipun satu pihak diam dan banyak menerima, bagaimana juga pasangan kita adalah manusia yang juga memiliki pandangan dan cara berpikirnya sendiri. Hormati saja perbedaan tersebut, jika terjadi perbedaan pendapat siapkan mental bahwa perbedaan tersebut sangat mungkin, kadangkala perbedaan tidak selalu harus disamakan namun dicari jalan tengahnya.

Ketiga dan juga sangat penting adalah membuat batasan personal. Setelah menikah kita merasa bahwa suami adalah sepenuhnya milik istri dan istri sepenuhnya milik suami. Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, namun akan lebih baik setiap pasangan memiliki batasan personal yang jelas. Seperti suami dan istri tetap memiliki teman-teman sendiri, setelah menikah tidak harus hilang kontak dengan teman-teman. Asalkan pertemanan yang dilakukan juga aktivitas yang positif, tidak mengganggu peran suami dan istri, waktu bermain dan bertemu teman disampaikan dan dibicarakan dengan pasangan, ya.

Suami dan istri yang memiliki hobi yang positif akan memiliki kualitas hubungan yang baik, memiliki minat pada satu hal tertentu adalah bentuk penyaluran energi. Batasan ini bisa juga berlaku pada batasan emosi, jika pasangan enggan membicarakan perasaannya jangan dipaksa terburu-buru karena setiap orang punya waktu untuk menyampaikan emosinya tanpa ada batasan waktu yang pasti. Bagaimana, sudah cukup dipersiapkan kah mental-mental tersebut untuk calon pengantin?

Sumber

urmc.rochester.edu. The Keys to a Successful Marriage. 28. Agustus 2012. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=1&contentid=4580

Thehealthside.com. Mentally preparing for married life. 28 Agustus 2021. https://www.thehealthsite.com/diseases-conditions/mentally-live-preparing-for-married-life-333/

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.