Stunting atau balita pendek adalah sebuah masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Masalah ini bukan hanya milik orang tua dengan balita atau batita tetapi seharusnya menjadi perhatian semua kalangan termasuk remaja.
Menurut Pusat Pemantauan Gizi, Dirjen Kesehatan Masyarakat, remaja yang memiliki status gizi baik akan mampu mencegah laju stunting ketika dirinya kelak hamil dan menyusui. Simak beberapa tips yang disampaikan Dokter Yohan Samudra SpGK-AIFO dengan tim Website SIGAP berikut ini.
Berapa besar kebutuhan kalori remaja setiap harinya Dok?
Remaja harus memenuhi kebutuhan kalori harian sekitar 2000 kalori untuk wanita dan 2500 kalori untuk pria (dapat bervariasi perindividu) dengan komposisi karbohidrat 55-60%, protein 15-20% dan lemak 20-25%.
- Pilih makanan kaya zat besi dan folat agar terhindar dari anemia, kemudian vitamin A, C, D, zink, iodium, selenium untuk imunitas.
- Konsumsi asupan tinggi kalsium dan magnesium untuk kekuatan tulang
Apakah ada suplemen-suplemen tambahan yg wajib dikonsumsi?
Utamakan mendapatkan zat gizi dari makanan sumber terlebih dahulu, terutama yang dapat mencegah anemia, mendukung kesehatan ditambah aktifitas fisik remaja seperti:
Kontrol dan cegah anemia | Daging merah rendah lemak. Sayuran berdaun hijau. Makanan fortifikasi tinggi zat besi. Suplementasi zat besi/IFA. |
Pola makan sehat | 5 porsi buah dan sayuran setiap hari. Buah dan sayuran yang bervariasi. Utamakan makanan segar dibandingkan makakan di proses. Lebih banyak air putih dibandingkan minuman manis atau minuman kemasan. Batasi konsumsi makanan kemasan. |
Aktifitas fisik | Target 60 menit setiap hari – berjalan, jogging, bersepeda, aerobik, dsb. Rutin melakukan olahraga yang disenangi. |
Suplementasi dapat ditambahkan sesuai kebutuhan, seperti setelah aktifitas atau olahraga berat, kesulitan memenuhi dari makanan sumber atau terbukti defisiensi dari pemeriksaan darah.
Mulai usia berapa tahun sebaiknya mengkonsumsi suplemen tersebut?
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan AAP merekomendasikan suplementasi besi pada remaja hanya bila terdapat riwayat ADB (anemia defisiensi besi), namun karena prevalensinya masih tinggi di Indonesia dapat disarankan secara umum.
Suplementasi zat besi dan folat dapat diberikan mulai usia 5-14 tahun dengan dosis 3-6 mg/kgbb/hari dengan pemantauan berkala.
Sumber:
Buletin Jendela Informasi Situasi Balita Pendek ( Stunting) di Indonesia. Pusat Riset Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI, semester 1 2018.
Wawancara tertulis tim Microsite SIGAP dengan Dr. Yohan Samudra SpGK-AIFO