Kenali Alasan Anak Gampang Menangis

 
Menangis memang sejatinya merupakan salah satu cara bagi Si Kecil untuk mengekspresikan perasaannya.

Apakah Ayah dan Bunda sedang mengalami masa-masa si Kecil yang dikit-dikit menangis? Atau dilarang sedikit saja langsung menangis? Wah, kenapa ya mereka kok gampang nangis atau cengeng?

Menangis memang sejatinya merupakan salah satu cara bagi Si Kecil untuk mengekspresikan perasaannya. Tapi, kalau mereka terlalu gampang menangis, sepertinya agak mengesalkan ya? Eits, jangan langsung dimarahi ya Ayah Bunda. Ada baiknya kita cari tahu dulu apa penyebab mereka gampang menangis.

Pertama, bisa jadi anak cengeng karena sifatnya yang lebih sensitif dibandingkan teman-temannya yang lain. Bagi mereka yang lahir dengan perasaan lebih halus, hal-hal kecil yang menurut Ayah Bunda sepele bisa jadi memancing tangisan mereka. Contoh, mereka akan mulai merengek ketika ditinggal sendirian dalam waktu singkat oleh Ayah dan Bunda, seperti ke kamar mandi atau ke ruangan lain. Atau, bisa juga mereka terlalu emosional dan ekspresif, sehingga mudah menangis.

Alasan lain anak berperilaku demikian karena mereka meminta perhatian. Psikolog perkembangan Becky Bailey menyebut, anak yang gampang merengek atau menangis ini bisa menjadi tanda jika ia menginginkan perhatian dari Ayah dan Bunda. Mungkin, ia merasa Ayah Bunda terlalu sibuk sehingga perlu mencari perhatian.
Nah, ada juga yang menyebut tangisan si Kecil ini dianggap mereka sebagai senjata ampuh untuk melembutkan hati Ayah dan Bunda. Ketika mereka melakukan hal buruk dan khawatir dimarahi, maka dengan menangis akan membuat Ayah Bunda menjadi tidak tega dan tidak jadi menegur. Selain itu, tangisan juga dirasa bisa menjadi alat untuk mendapatkan apa yang Si Kecil inginkan.

Selanjutnya, pola asuh Ayah Bunda juga sedikitnya berpengaruh pada sifat si Kecil, termasuk yang gampang menangis. Mereka yang selalu dilarang akan tumbuh menjadi sosok yang penakut dan selalu cemas ketika melakukan sesuatu di luar kebiasaannya karena sering merasa tidak yakin, khawatir dan takut dimarahi jika mengambil langkah baru, mereka menjadi mudah meneteskan air mata.

Tapi Ayah Bunda, bukan hanya Si Kecil yang sering dimarahi saja yang gampang menangis. Mereka yang terlalu dimanja juga disebut menunjukkan pola yang sama. Mereka yang dibesarkan dengan dimanja yang berlebihan atau selalu dituruti akan menyebabkan mereka menjadi sosok yang cengeng.

Bila suatu saat Ayah dan Bunda tidak lagi memenuhi keinginannya, mereka akan mulai menangis untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sekali saja hal ini terjadi dan orang tua menuruti, maka selanjutnya mereka akan berpikir cara tersebut ampuh dan terulang kembali. Yang perlu Ayah Bunda ingat, pola seperti ini akan sangat buruk jika terbawa hingga dewasa.

Kalau sudah begitu, bagaimana cara mengatasinya?
Langkah pertama dalam menghadapi anak yang sedang menangis adalah berusaha tidak panik ataupun memberikan reaksi yang berlebihan, terlebih jika sampai tantrum atau dirasa mengganggu orang lain. Jika sedang berada di area atau fasilitas umum yang ramai, bawa Si Kecil ke tempat sepi dan mulai tenangkan mereka.

Selanjutnya, Ayah dan Bunda bisa mulai dengan mendekati si Kecil dan coba berikan kenyamanan, seperti pelukan atau usapan. Gestur-gestur ini menjadi tanda jika Ayah Bunda ada di samping mereka dan siap menemani. Setelah mereka agak tenang, secara perlahan tanya bagaimana perasaan mereka, atau ajak mereka berbicara dan menjelaskan perasaannya. Upayakan menggunakan nada yang tegas namun tidak membentak.

Psikolog medis pediatrik di Birmingham, Dr. Dunya Poltarak, menyebut hal pertama yang harus diketahui Ayah Bunda adalah ketika berusaha mendisiplinkan Buah Hati yang sedang merengek, nantinya ini bisa menjadi sebuah boomerang. Secara tidak sengaja, hal ini akan memperkuat perilaku mereka, karena si Kecil mencari tanggapan baik yang positif maupun negatif.

Ayah Bunda juga bisa mengajukan pilihan atau membuat kesepakatan dengan Buah Hati. Berikut contohnya:

  • Jika mereka menangis karena tidak diizinkan makan es krim di malam hari, maka Ayah dan Bunda bisa menjelaskan alasannya sembari memberikan pilihan lain, berupa buah atau puding.
  • Si Kecil bisa diajak melakukan aktifitas lain yang disukai untuk meluapkan emosinya, seperti menggambar, bernyanyi, olahraga dan bermain dengan temannya yang lain.

Di samping itu semua, ada beberapa kondisi yang bisa dijadikan alarm oleh Ayah dan Bunda, apakah tangisan ini masih wajar atau tidak. Peneliti dari Inggris mencoba mengetahui tangisan seperti apa yang masih dalam taraf normal dan tidak mengkhawatirkan, dan mana yang harus menjadi tanda waspada. Bayi-bayi di Inggris, Kanada dan Italia yang menangis lebih dari tiga jam per hari, dalam setidaknya tiga hari per pekan, masuk dalam kategori tinggi.

Menurut para peneliti, bayi rata-rata menangis sekitar dua jam per hari dalam dua pekan pertama. Kemudian, mereka lebih sering menangis pada pekan-pekan berikutnya hingga mencapai puncak, sekitar dua jam 15 menit saat mencapai usia enam pekan. Ketika berusia 12 pekan, lama tangisan ini berangsur-angsur turun hingga menjadi rata-rata satu jam 10 menit. Meski demikian, ditemukan variasi ‘yang cukup ekstrem’, misalnya ada bayi yang hanya menangis 30 menit per hari dan yang menangis lebih dari lima jam per hari.

Karena itu, Ayah Bunda mungkin perlu sedikit lebih perhatian dengan pola menangis si Kecil. Pasalnya, dikutip di New Parent Support, jika tangisan bayi tidak terdengar seperti tangisan normal atau terdapat gejala lain, bisa jadi ini tanda bahwa mereka sakit.

Sumber:
https://hellosehat.com/parenting/anak-1-sampai-5-tahun/perkembangan-balita/menghadapi-anak-cengeng/
https://id.theasianparent.com/penyebab-anak-cengeng
https://www.haibunda.com/parenting/20200612134244-61-145969/kapan-tangisan-bayi-dianggap-masih-normal-bunda-harus-tahu

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.